Paduan Suara Universitas Airlangga

“Kami tidak menyangka bisa berprestasi dalam ‘The 14th International Choir Festival Tallinn (ICFT) 2015’ di Estonia, 23-25 April 2015, karena kami bersaing dengan peserta dari negara-negara Eropa yang terbiasa dengan suara bernada tinggi,” ucap Maria Charlin Norin Reswa.

Maria yang merupakan Ketua Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA) Surabaya itu menyebut kemenangannya itu berkat penampilan 35 penyanyi dan seorang konduktor (serta dua orang pendamping) yang terkesan “Indonesia Banget” (sangat khas Indonesia).

“Kami mencuri angka pada kategori ‘folksong’ yang menyajikan tiga lagu daerah yakni Cing Cang Keling (Sunda), Janger (Bali), dan Ugo-ugo (Banyuwangi),” tutur mahasiswi semester 6 Fisip Unair itu saat disambut Wakil Rektor II Unair Prof M Nasih di Rektorat Unair, 5 Mei 2015.

Tidak hanya itu, tim Unair itu juga menggunakan koreografer, kostum Bali, dan tanpa alas kaki atau sepatu.

“Mayoritas penonton kaget dengan penampilan tanpa sepatu itu, padahal di Estonian itu sangat dingin. Mereka tidak tahu, kami melakukan hal itu sebenarnya bertujuan agar gerak kami menjadi lincah dalam menyuguhkan lagu dan gerak,” ujarnya.

Hasilnya, tim PSAU menyabet juara I untuk kategori “folksong choir”, juara III untuk kategori “early music”, dan juara IV untuk kategori “mixed choir”.

“Jadi, kami tampil apa adanya dengan mengetengahkan karakter suara Asia yang tidak terlalu tinggi nadanya dengan paduan corak ragam kebudayaan Indonesia, sehingga kami mampu menembus babak utama Grand Prix,” tukasnya.

Dengan prestasi itu, tim besutan “music director” Yosafat Rannu Leppong itu menyisihkan 11 tim paduan suara dari Jerman, Estonia, Finlandia, Latvia, Lithuania, Norwegia, Austria, Swedia, dan sebagainya.

“Akhirnya, tim PSUA pun menembus babak utama Grand Prix bersama lima tim paduan suara dari Estonia, Finlandia, dan Swedia, karena kategori folksong mendapatkan nilai 90,4. Kalau nilainya di atas 90, maka tim berhak ke babak utama itu,” ungkapnya.

Kelima paduan suara dari negara lain itu adalah Youth Male Choir Estonian National Opera, Segakoor HUIK Estonia, Adolf Fredik’s Church Sweden, Kampiun Laulu Finland, dan Girl’s Choir Kamerhaaled Estonia.

Kendala cuaca Padahal, PSUA sebagai satu-satunya wakil Asia dalam ajang kompetisi itu bukan tanpa kendala, sebab PSUA sebagai tim dari negara tropis itu harus beradaptasi dengan cuaca di bawah 10 derajat yang sangat mempengaruhi kualitas suara mereka.

“Cuaca yang sangat dingin itu membuat suara kami berlendir, sehingga kualitas suara untuk menyanyi menjadi turun, tapi kami tidak kehilangan akal, kami memanfaatkan ‘hitter’ yang kami bawa untuk penguapan guna mengurangi lendir,” paparnya.

Kendala lain adalah tempat latihan yang tidak ada, sehingga tim Unair terpaksa berlatih di kamar hotel yang sempit, namun mereka mendapat bantuan dari dosen Psikologi Unair yang studi S3 di Polandia, Rakhman Ardi, untuk berlatih di universitasnya.

“Makanan juga menjadi kendala, karena di Eropa banyak makanan yang berbahan babi, tapi untunglah kami membawa bekal berupa mi instan dan kentang. Kalau pun makan di luar pun, kami memilih kentang. Cari aman saja,” kilahnya.

Sebelum mengikuti kompetisi tersebut, PSUA juga sempat menggelar konser pra-kompetisi di kota Parnu yang difasilitasi KBRI Helsinki.

Dalam konser itu, mereka membawakan 12 lagu, di antaranya Janger, Saman, Cing Cang Keling dan Yamko Rambe Yamko. Penampilan mereka memukau penonton yang hadir di Hall of Kuninga Street Elementary School, Parnu.

Keberhasilan di Estonia itu menambah deretan daftar kesuksesan PSUA dalam kompetisi choir internasional, setelah sebelumnya berhasil meraih sejumlah penghargaan di International Warsaw Choir Festival (2012) dan Prague Cantat 24th International Choir Competition di Praha (2010).

“Alhamdulillah, PSUA berhasil menjuarai perlombaan kelas dunia. Yang membuat saya bangga dan terharu dengan kemenangan PSUA bukan sekadar juaranya, tapi karena idealisme bermusik, dedikasi, dan passion mereka,” kata dosen Psikologi Unair di Polandia, Rakhman Ardi, dalam surat elektroniknya.

Kemampuan-Kemauan Selain itu, Rakhman Ardi juga mengagumi bagaimana solidaritas rekan-rekan PSUA yang ibarat satu keluarga dan bahu membahu dalam kerja dan doa.

“Sebagai fans saya ingin mengucapkan sekali lagi… Congratulation Airlangga University Choir. Sungguh sebelumnya bahkan mungkin tak ada yang tahu di mana letak Indonesia. Ait’h PS Unair! May God give me an occasion to see you again overseas someday!,” katanya.

Apalagi, prestasi PSUA itu pun dilengkapi dengan prestasi mahasiswa jurusan Otomasi Sistem Instrumentasi (OSI) dari Sekolah Vokasi Unair Surabaya yang menjadi juara I dalam Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI) Berkaki pada Kontes Robot Indonesia (KRI) 2015 Regional IV Jawa Timur.

“Robot Megatantra yang kami rancang bersama dua rekan itu akhirnya mampu mengalahkan tim robot dari PENS dengan nilai 9,5, sedangkan tim PENS hanya mendapatkan nilai 9. Kami kalah dalam kecepatan, tapi kami menang dalam strategi,” tutur Ketua Tim Megatantra Unair, M Harris.

Menanggapi prestasi internasional dan regional itu, manajemen Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berjanji akan menyiapkan dana pembinaan untuk Paduan Suara Universitas Airlangga (PSUA) dan tim robot dari Sekolah Vokasi Unair.

“Kami akan menyiapkan dana pembinaan untuk UKM (unit kegiatan mahasiswa) yang mengharumkan nama Unair dan bangsa di tingkat nasional dan internasional.” “Tidak hanya untuk UKM, kami juga akan memformulasikan apresiasi untuk mahasiswa,” kata Wakil Rektor II Unair Prof M Nasih ketika menyambut tim PSUA dan tim robotik Unair itu.

Menurut dia, prestasi PSUA itu menunjukkan Unair memiliki kemampuan yang luar biasa.

“Kemampuan itu akan menjadi potensi yang luar biasa bila ditambah dengan sedikit kemauan, karena itu kemauan harus diciptakan,” ucapnya. AN-MB