Perth (Metrobali.com)-

Hubungan bilateral antara dua negara bertetangga Indonesia dan Australia diperkirakan tidak akan banyak terpengaruh setelah Pemerintah Federal Australia memotong 40 persen anggaran bantuan ke Indonesia untuk tahun 2015.

Pemotongan dana bantuan internasional oleh pemerintah Australia tidak secara spesifik membidik Indonesia atau negara manapun, kata Dr Shahar Hameiri, pengajar ilmu hubungan internasional Universitas Murdoch, kepada Antara di Perth, Australia, Kamis (14/5).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa besaran bantuan Australia kepada Indonesia tidak terlalu signifikan dan hampir semua negara menerima perlakuan yang sama, di mana bahkan negara-negara di sub-Sahara Afrika dana bantuan Australia dipangkas 70 persen.

“Ini karena Australia melihat Afrika bukan sebagai kepentingan nasional paling dekat dan paling utama,” ujar pria yang banyak menulis tentang isu dana bantuan internasional tersebut.

Kebijakan pemotongan dana bantuan internasional oleh pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott, sebagaimana disebut Shahar, merupakan kebijakan yang simbolik karena sejak awal pemerintah mengumumkan akan melakukan penghematan.

“Dan memotong dana bantuan internasional adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan pemerintah, karena tidak diperlukan persetujuan dari Senat dan Parlemen,” ujar peneliti Pusat Kajian Asia Universitas Murdoch itu.

Berdasarkan kawasan, dana bantuan Australia untuk semua negara di Asia Timur dipangkas 40 persen, kecuali Kamboja dan Timor Leste.

Dana bantuan untuk Kamboja tahun ini sama dengan tahun lalu, setelah pemerintah Kamboja bersepakat untuk menampung para pencari suaka yang tadinya berniat menuju Australia.

Sedangkan bantuan untuk Timor Leste hanya dipotong 5 persen, bukan 40 persen seperti negara-negara lain di Asia Timur.

Bantuan untuk kawasan Pasifik juga tidak berubah dibandingkan tahun lalu.

Australia tergabung dalam negara-negara kaya OECD. Dalam 3 tahun, pertumbuhan angka bantuan yang diraih dalam kurun 10 tahun akan dikikis habis.

Dalam satu dekade terakhir, sejak 2004, anggaran bantuan internasional Australia mengalami kenaikan dari 2 miliar dolar ke 5,4 miliar dolar. Namun hanya dalam tiga tahun angka itu akan kembali ke 2-3 miliar dolar.

Langkah ini bertolak belakang dengan kesepakatan Australia untuk memenuhi target rasio dana bantuan internasional terhadap GDP.

Target negara-negara OECD adalah 0,7 persen, namun komitmen 0,5 persen terhadap GDP saja tidak dipenuhi oleh Australia, dan kini angkanya akan menuju 0,3 persen dengan pemangkasan hingga beberapa tahun ke depan.

Dana yang dihemat lewat pemotongan bantuan internasional ini sangat kecil jika dibandingkan dengan anggaran belanja federal Australia.

“Tapi sekali lagi, ini adalah kebijakan simbolik pemerintah untuk berhemat. Dan memotong dana bantuan internasional adalah langkah paling mudah,” pungkas Shahar. AN-MB