Mangupura (Metrobali.com) 

Beban pengeluaran untuk biaya operasional hotel diyakin akan semakin bertambah namun itu sudah merupakan bentuk konsekuensi dari penyelarasan ‘New Normal’ yang mesti memberlakukan ‘New Procedure’ untuk meningkatkan pariwisata yang berkualitas dengan visi ‘New Quality’ sebagai implikasi dari wabah Covid-19.

“Dipastikan hal ini akan menjadi semacam ‘guideline’ buat semua stakeholder pariwisata diseluruh dunia, persoalannya adalah beban pengeluaran hotel akan melambung tinggi menjadi sekitar 45 persen dari kondisi normal, diantaranya untuk listrik, air dan maintenance lainnya termasuk salary karyawan yang dirumahkan ditambah sanitasi dan alat pelindung diri (APD) yang harus memenuhi kualiitas standar,” tutur Wakil Ketua IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) Ramia Adnyana di sela-sela pemberian bantuan paket bahan pangan oleh hotelier kepada jurnalis di lobi Hotel Sovereign Tuban, Badung, Bali, Senin (25/5/2020).

Karena itu, bila kondisi ini berlangsung lama, maka hotel tak kuat lagi membiayai operasional tersebut. Menurut Ramia yang juga GM Hotel Sovereign ini, kondisi ini sudah berat sejak tiga bulan lalu dimana hotel sudah tak lagi beroperasi. Hotel kini sudah megap-megap.

“Kekuatan kami di jajaran hotel hanya sampai Juni. Kalau tak bisa beroperasi awal Juli, kami sudah tak mampu lagi bertahan,” tambah Ramia didampingi K. Swabawa dan sejumlah pengurus IHGMA lainnya.

Karena itu para pelaku di industri pariwisata yang tergabung di IHGMA berharap ada kebijakan (pelonggaran) agar hotel bisa beroperasi meski secara bertahap dan terbatas. Ramia juga mengaku khawatir bila kondisi sekarang terus berlanjut tanpa ada dukungan dari pemerintah terhadap industri pariwisata (hotel) berupa bailout (dana talangan), mengingat dana hotel sudah hampir habis.

Apalagi kalau ini berlanjut sampai Oktober sebagaimana yang disampaikan dari Kemenparekraf. “Bila kondisi seperti ini dibiarkan sampai Oktober dan tak ada talangan dari pemerintah, giliran hotel yang akan mati,” tegas Ramia.

Karena itu ia berharap pemerintah bisa segera membuat kebijakan agar hotel bisa bergerak secepatnya sesuai rencana new normal. Menurut Ramia Adnyana, Bali sebenarnya sudah siap dengan kebijakan new normal tersebut.

“Kita tak masalah menjalankan new normal. Tinggal penambahan standar Covid-19 sesuai ketentuan WHO. Hotel sudah siap sekarang dan menunggu time line, yang sampai sekarang belum ada,” tambahnya.

Di sisi lain, Ramia mengakui potensi turis domestik sangat besar. Meski penularan lokal cukup tinggi. Namun dengan standar yang diberlakukan, ia yakin hal itu bisa diantisipasi. Demikian pula untuk turis mancanegara yang sangat menginginkan berwisata ke Bali. Ramia mencontohkan ada 300-an wisatawan Ukraina yang tetap bertahan di Bali. Karena bekalnya habis, mereka terpaksa kembali dengan pesawat charteran atas bantuan pelaku pariwisata di Bali. (hd)