Foto: Ketua DPD PSI Kabupaten Klungkung I Dewa Gede Alit Saputra yang akrab disapa Dewa Kayonan.

Klungkung (Metrobali.com)-

Dalam panggung politik nasional, belum lama ini seolah terjadi perang dingin antara PDI Perjuangan dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). PDI Perjuangan melempar sindiran keras terhadap PSI dengan menyinggung PSI sebagai partai kecil yang jadi penganggu. Sindiran itu berujung PSI menganggap PDI Perjuangan sebagai partai politik yang sombong dan arodan.

Namun dalam banyak kisah nyata, dan juga ada analogi kisah terkenal antar David vs Goliath, si kecil versus si besar, faktanya yang kecil bisa jadi menumbangkan dan mengalahkan yang besar.

Goliath yang besar, tak selalu diasosiasikan paling kuat dan selalu menang. Sementara David yang kecil juga tak melulu dipandang sebagai sumber kelemahan.

Spirit sebagai seorang David inilah yang mungkin dibawa dan ditanamkan kuat-kuat di benak kader-kader PSI sehingga mereka punya keberanian lebih dan nyali yang besar untuk menghadapi pertempuran kontestasi Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 dengan tanpa rasa takut walaupun harus bersaing dengan partai-partai besar, partai senior berusia puluhan tahun yang sudah relatif mapan dalam panggung politik nasional.

Spirit sorang David yang bisa mengalahkan raksasa Goliath itu mungkin juga yang diamini Ketua DPD PSI Kabupaten Klungkung I Dewa Gede Alit Saputra yang akrab disapa Dewa Kayonan yang mengaku sangat optimis tidak hanya membawa PSI tidak hanya pecah telur tapi juga merebut satu Fraksi di DPRD Klungkung di Pileg 2024. Bahkan dengan penuh kepercayaan diri politisi PSI yang juga maju tarung maju sebagai Caleg DPRD Klungkung dari Dapil Kecamatan Klungkung ini menyebut target satu fraksi itu bukan sekedar isapan jempol melainkan akan menjadi kenyataan.

“Jadi kita tentu tidak cukup puas telah lolos di pendaftaran di KPU kemudian berhenti. Kita tidak mau lengah untuk urusan itu, hal sekecil apapun, karena sekarang sangat ketat sekali kita berjuang. Saya perintahkan dan instruksikan semua Ketua DPC untuk bergerak untuk ke hal yang sama. Sehingga optimis harapan untuk mendapatkan satu fraksi itu tidak sekedar isapan jempol,” tegas Dewa Kayonan belum lama ini.

Sementara terkait dengan peluang PSI untuk memberikan kesempatan kepada tokoh-tokoh petarung, mengingat masih ada waktu pergantian nama bakal caleg sebelum batas penetapan DCT, Dewa Kayonan mengatakan berbekal pengalaman di tahun 2029 pihaknya sangat selektif dalam memilih orang-orang baru. Namun PSI tetap memberikan kesempatan atau ruang seluas-luasnya kepada masyarakat yang ingin bergabung dengan PSI yang tentunya harus sesuai dengan DNA PSI yakni anti korupsi dan anti intoleransi.

“Jadi, secara tidak langsung kita melakukan seleksi yang sudah kita pasang sementara seperti apa yang akan masuk, bobotnya seperti apa? Potensinya. Itu akan kita pertimbangkan dan itu sudah terjadi. Baik yang akan datang sendiri maupun kita masih melakukan hunting untuk melakukan perbaikan itu. Karena di banyak partai, juga melakukan hal yang sama,” ungkapnya.

Dewa Kayonan menegaskan bahwa PSI tidak ingin lengah setelah dinyatakan lolos pendaftaran di KPU, mengingat persaingan saat ini sangat ketat. Oleh karena itu ia telah memerintahkan dan menginstruksikan kepada ketua-ketua DPC untuk terus solid bergerak. Karena itulah Dewa Kayonan juga optimis target satu fraksi di DPRD Klungkung bisa tercapai.

Secara pribadi dirinya juga mengaku tidak kapok dengan pengalaman-pengalaman pahit sebelumnya saat dirinya pernah maju nyaleg di Pemilu 2019 dari partai dan dapil yang sama. Ia justru bertekad untuk terus berjuang dan tidak mau seperti keledai yang jatuh di lubang yang sama.

“Kita ulang perjuangan untuk menjadi wakil rakyat di DPRD Klungkung dan membawa PSI pecah telur dan Astungkara bisa satu Fraksi di DPRD Klungkung. Kita tidak pernah kapok, belajar dari pengalaman. Kita tidak mau seperti keledai jatuh di lubang yang sama,” tegas Dewa Kayonan.

Tokoh seniman dan budayawan dengan menjalankan aktivitas pelestarian seni budaya lewat Sanggar Kayonan di Klungkung juga mengakui perjuangan di tahun 2019 sebagai caleg PSI yang tarung ke DPRD Klungkung belum menusuk walaupun perjuangan saat itu lebih pada Ngayah di jalur kesenian.

“Walaupun pada kenyataannya kita sudah uji coba di tahun 2019 kemarin memang belum menusuk, belum betul-betul Nebek, karena apa yang kita lakukan di kesenian sebagai pengabdian Ngayah, dibayar atau tidak di bayar, karena itu ketulusan,” ujar pendiri Sanggar Kayonan yang beralamat di Desa Adat Kemoning, Kelurahan Semarapura Klod, Klungkung, Bali ini didirikan pada tanggal 8 Juni 1992 yang artinya kini sudah berusia 31 tahun ini. (wid)