Buleleng, (Metrobali.com)

I Komang Edi Juliana, pemuda asal Banjar Tamblingan, Munduk, Buleleng, Bali, telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam memajukan sektor pertanian, khususnya hortikultura. Sebagai pelopor pertanian organik di Bali, Juliana terus berinovasi untuk menunjang ketahanan pangan melalui kelompok tani Amerta Giri Lesung, yang ia dirikan. Kelompok ini mendorong pentingnya penggunaan pupuk organik dan kesuburan tanah sebagai fondasi keberhasilan pertanian.

Pada acara bincang komunikasi (Bikom) yang digelar Selasa (1/10), Juliana menekankan bahwa kesuburan tanah, yang ia sebut sebagai “Ibu Pertiwi”, sangat berpengaruh terhadap hasil budidaya. “Ibu Pertiwi ibarat ibu hamil. Jika ibunya sehat, bayinya pun akan sehat dan kuat. Begitu juga dengan tanah, jika tanah subur, hasil panennya pun berkualitas,” ungkapnya. Untuk itu, ia mendorong penggunaan pupuk kompos dan menghimbau petani agar menghindari pupuk mentah, seperti kotoran ayam yang dapat merusak struktur tanah.

Salah satu inovasi unggulan Juliana adalah pengembangan varietas wortel lokal. Ia berhasil melakukan penyilangan untuk menciptakan varietas wortel dengan kualitas lebih baik, masa panen lebih cepat, rasa lebih manis, dan tekstur lebih renyah. Tak berhenti di sana, Juliana juga mengembangkan produk olahan berbasis wortel, seperti kerupuk dan brownies, yang diharapkan bisa menjadi oleh-oleh khas Bali. “Kami memilih kerupuk karena harganya terjangkau, disukai banyak orang, dan mudah didistribusikan,” ujarnya. Saat ini, ia bersama timnya terus menyempurnakan produk-produk tersebut sebelum dipasarkan secara luas.

Dalam proses bertani, Juliana juga menekankan pentingnya penerapan teknologi. Dari penggunaan traktor, mesin pemotong rumput, hingga penyiraman otomatis, semuanya ia perkenalkan kepada para petani muda. Selain itu, ia aktif melakukan riset kualitas tanah dengan bekerja sama dengan laboratorium hayati untuk memastikan lahan yang dibudidayakan sesuai dengan kebutuhan tanaman. “Teknologi sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas, namun riset kualitas tanah juga tidak kalah penting untuk memastikan tanah tetap subur,” jelasnya.

Sebagai petani muda yang lahir dari keluarga petani, Juliana mengakui bahwa ketertarikannya terhadap pertanian sudah dimulai sejak di bangku sekolah. Meskipun orang tuanya awalnya tidak mendukung keputusannya untuk terjun ke dunia pertanian, ia tetap teguh pada pilihannya. Setelah lulus dari SMK Negeri 1 Petang pada 2018, Juliana mendirikan kelompok pemuda Remaja Mandiri Bali yang kemudian berkembang menjadi kelompok tani Amerta Giri Lesung. Kelompok ini beranggotakan petani muda dan tua yang saling berbagi informasi dan teknik pertanian modern.

Juliana merasa prihatin dengan semakin maraknya alih fungsi lahan produktif untuk pembangunan. Ia mengingatkan pentingnya mempertahankan lahan pertanian sebagai kunci ketahanan pangan di masa depan. “Jika kita terus kehilangan lahan produktif, ancaman kekurangan pangan akan semakin nyata. Sebagai negara agraris, kita seharusnya mampu menjaga dan meningkatkan produktivitas pertanian,” tegasnya. Ia juga berharap para pemangku kebijakan dapat memperkuat aturan kawasan hijau agar lahan pertanian tidak mudah dialihfungsikan.

Harapan Juliana adalah generasi muda Bali lebih banyak yang terjun ke dunia pertanian. Baginya, pertanian tidak hanya tentang menanam, tetapi juga tentang menjaga bumi dan meningkatkan ketahanan pangan. “Ayo kita jaga bumi kita, jangan lagi menjual lahan pertanian kita. Mari berinovasi di sektor pertanian, kelautan, atau peternakan untuk masa depan yang lebih baik,” pesannya.

Melalui dedikasi dan inovasinya, I Komang Edi Juliana tak hanya menjadi inspirasi bagi petani di Bali, tetapi juga bagi generasi muda lainnya.

“Dengan berbagai pencapaian yang telah diraihnya, diharapkan dapat terus berkontribusi dalam membangun ketahanan pangan Bali yang lebih kuat dan berkelanjutan,” tutupnya. GS