I Gusti Ayu Putu Jaya Kurnia Sari, Pecinta Anjing Lokal Bali Yang Terlantar
I Gusti Ayu Putu Jaya Kurnia Sari bersama anjing – anjingnya.
Denpasar (Metrobali.com) –
I Gusti Ayu Putu Jaya Kurnia Sari salah seorang aktivis independen yang bergerak menyelamatkan dan memelihara anjing lokal di Bali, ia menilai perlu ada kesadaran bahwa anjing Bali agar diperhatikan secara serius oleh masyarakat Bali.
Saat ini masih ada stigma anjing Bali yang bersifat kurang terawat, sehingga anjing lokal Bali baik di pedesaan atau perkotaan seolah-olah merasa terjajah di negerinya sendiri.
“Anjing Bali dijajah di negerinya sendiri, sebab masih ada anggapan orang-orang yang memiliki anjing Bali kurang bergengsi dan bukan sebagai kebutuhan, di mana ‘anjing kacang’ perempuan masih banyak dibuang di jalanan umum,” ujarnya yang akrab disapa Putu Switi, Rabu (9/12/2020) kemarin.
Wanita asal Desa Baler Bale Agung, Negara yang bertempat tinggal di Batubulan, Gianyar ini menuturkan kisah atas kecintaannya terhadap anjing lokal di Bali, semula ia menyukai anjing Bali karena sempat mengalami gangguan bipolar atau suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati.
Dari karena ia memelihara anjing Bali, maka suasana hati dan kesepiannya cukup terobati. Semula Switi memiliki satu anjing dan di depan rumahnya ada anjing liar, itu lalu dirawatnya. Alhasil setiap di jalanan umum dan bila menemui anjing yang ‘bermasalah’ baik karena kesehatan atau fisiknya, lalu muncul inisiatifnya untuk segera merawat.
“Jadi pengalaman untuk feeding di lapangan saya lebih suka merawat anjing Bali, meski ada stigma anjing Bali itu dianggap anjing kampung, tidak menarik dari struktur penampilan. Akan tetapi, saya rawat anjing Bali yang liar atau tidak ada yang memiliki, saya lalu obati di rumah sampai sembuh,” tuturnya.
Bagi dia, selama ini ia seringkali melihat anjing Bali diberi makanan sisa, ini yang dia lihat sebagai ketidakadilan. Maka hatinya pun terketuk untuk memberi makanan anjing Bali.
“Sepertinya anjing Bali tidak di spesialkan. Jadi saya ingin ajak masyarakat untuk mulai memelihara dan jangan takut untuk memelihara anjing Bali,” imbuh Switi kelahiran 12 Maret 1978 ini.
Menurutnya, dahulu ia memang sempat bekerjasama dengan Yayasan swasta dalam bidang steril anjing liar. Namun kini, ia tak ragu-ragu memakai uang pribadi untuk klinik anjing Bali yang mengalami luka di kulit, mal nutrisi, dan sejenisnya. Ia pun masih membuka kesempatan bagi setiap pihak dari mana saja untuk ikut membantu kelestarian anjing Bali.
“Sekarang setelah dampak Pandemi, perawatan feeding anjing liar masih dari kantong pribadi. Walau tiga bulan sebelumnya pernah pula dibantu donatur orang asing, tetapi saat ini saya gunakan biaya sendiri untuk feeding anjing liar maupun anjing rescue yang dirawat di rumah,” katanya.
Ia secara pribadi sejak tiga tahun lalu melakukan langkah rescue dan usaha feeding dari dua tahun yang lalu terhadap 50 anjing jalanan setiap malam.
Lokasi feeding tersebut sering dia lakukan di daerah Terminal Batubulan, sekitaran Kuburan Singapadu, Pasar Kebon Singapadu, Barong State Batubulan, dan wilayah lainnya.
“Kalau di rumah sendiri ada 30 ekor anjing Bali dewasa dan 17 anjing puppy. Semua itu mulai saya beri makan nasi, kepala ayam, dog food atau sekarang dalam situasi sulit Covid-19 ini mereka mulai belajar makan kulit roti,” demikian paparnya. (hd)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.