kawasan mangrove

Denpasar (Metrobali.com)-

Pemukiman warga dan beberapa hotel serta industri lainnya yang ada di kawasan Kuta Selatan akhirnya diketahui telah mencaplok lahan hutan mangrov. Beberapa yang sudah terdeteksi antara lain Hotel Kristal di lingkungan Mumbul Nusa Dua Kuta Selatan, juga diduga menggerus atau mencaplok lahan mangrove. Ada juga beberapa pemukiman pendudukan yang sengaja mencaplok lahan mangrov dan beberapa unit usaha lainnya. Hal itu terlihat dari jarak sempadan pantai yang mestinya 150, meter dari lokasi namun terlihat proyek itu melanggar sempadan. Secara keseluruhan keberadaan hutan mangrove di sekitar Jimbaran dan Kedonganan di Kabupaten Badung, Bali kian tergerus oleh pembangunan pemukiman dan hotel.

Kondisi ini diketahui saat sekitar 200 pelajar dan mahasiswa Universitas Udayana melakukan  penanamm pohon mangrove di sekitar sungai Tukad Mati Patasari Kelurahan Kuta, Minggu (5/4). Aksi penananaman pohon mangrove yang dikemas One Student One Tree  for Bali, diikuti pelajar SMK Denpasar dan SMK Kesehatan serta Mahasiswa Adninistrasi Negara Fisipol  Universitas Udayana. Turut bergabung dalam aksi peduli lingkungan  itu seperti anggota TNI Koramil Kuta Selatan dan Forum Peduli Mangrove. “Kami ingin berbuat sesuatu untuk menyelamatkan hutan mangrove dengan gerakan penanaman pohon mangrove,” kata koordinator aksi One Student One Tree Ni Made Indra Ramawati di sela aksi. Dengan kegiatan semacam itu bisa menjadi ajang sharing berbagi pengalaman antar mereka sehingga ke depan bisa lebih peduli dalam menjaga lingkungan.

Pihaknya ingin menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan termasuk dalam menjaga pentingnya ekossitem mangrove. Terlebih dari penjelasan kelompok nelayan setempat Wayan Sukra alias Dolphin, bahwa kawasan itu menjadi tempat buangan sampah dari  Kota Denpasar. Kondisi itu mengakibatkan fungsi sungai kian terancam demikian juga keberadaan kelangsungan hutan mangrove terancam, akibat tumpukan sampah.

“Kami mengapresiasi setiap upaya pelestarian kawasan seperti penanaman pohon mangrove,” kata Dolphin. Apalagi  sejatinya kawasan Sungai Tukad Mati, cukup penting dan memiliki sejarah panjang hingga lahirnya Kuta sebagai destinasi pariwisata andalan Bali. “Kami ke depan ingin mengembalikan Tukad Mati sebagai destinasi pariwisata Kuta,”, sambungnya.

Mahasiswa dan pelajar itu kemudian bergerak ke kawasan Hutan Mangrove di perbatasan Kedonganan dan Jimbaran, di mana hutan mangrove kian tergerus aktivitas pemukiman dan industri pariwisata. “Lahan hutan mangrove di sini tergerus setelah diurug tanah untuk pemukiman,  disayangkan kenapa pihak terkait tidak segera mengambil tindakan, “,imbuh dosen Universitas Udayana IGA Sri Wigunawati yang turut dalam aksi tanam mangrove. Jika kondisi itu dibiarkan, maka dikhawatirkan  luasan hutan mamgrove makin tergerus sehingga akan mengancam kelangsungan hidup dan lingkungan alam sekitarnya.

Demikian juga  dengan proyek pembangunan di sekitar kawasan mangrov. Karena itulah  kata Sri sebagai bentuk kepedulian mahasiswa atas kondisi lingkungan di Tanjung Benoa sekaligus proses pembelajaran siswa dilakukan aksi yang mengusung tema”kami datang, kami melihat,  kami peduli”. “Dengan kegiatan ini, supaya mereka bisa melihat sendiri kondisi hutan mangrove, sehingga bisa melakukan kajian dan memberikan solusi atas jargon baik yang kontra maupun yang pro untuk revitalisasi Teluk Benoa,” tandasnya. JAK-MB