Kabag Humas

Mangupura (Metrobali.com)-

Memasuki  wuku Dunggulan diyakini sebagai hari yang penuh dengan energi negatif sehingga sering disebut sebagai “Uncal Balung”, menurut sastra dan keyakinan umat hindu menyebutkan bahwa memasuki kawasan wuku Dunggulan ini sangat dihindari melakukan upacara baik Manusa Yadnya, Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya dan lainnya. menyadari hal tersebut maka guna menghindari terkontaminasi energi negatif dari  Bhuta Kala Tiga Dunggulan, maka umat hindu setiap Sugian Jawa dan Sugian Bali ini melakukan penyucian Bhuana Agung dan Bhuana Alit melalui upacara penyucian alam dan diri sendiri ini. Diharapkan ketika memasuki kawasan energi negatif ini umat hindu dapat melewatinya dengan baik. oleh karenanya  maka  upacara pemelaspas Gedung BPPT dilakukan bertepatan dengan hari Sugian Jawa yang bermakna untuk pembersihan alam semesta dari energi negatif, demikian dijelaskan Kabag Humas dan Protokol Pemkab Badung Anak Agung Gde Raka Yuda di Puspem Badung, Kamis (11/12) .

Secara lebih rinci Raka Yuda mengungkapkan, bahwa mulai hari kamis 11 dan jumat 12 desember ini umat Hindu di Bali melaksanakan upacara Sugian Jawa dan Sugian Bali. Bagi Umat Hindu Bali, bahwa rahinan Sugian Jawa sebagai penyucian Bhuana Agung dan Sugian Bali untuk penyucian Bhuana Alit, pembersihan diri pribadi masing masing, oleh karenanya pembersihan fasilitas bangunan pemerintah yang berfungsi utama sebagai tempat pelayanan wajib dilakukan upacara penyucian untuk mewujudkan harmoni dan keseimbangan energi. Sebagai umat hindu di Bali sangat percaya dan meyakini bahwa bangunan yang penyelesaiannya mendekati 100% wajib dilakukan upacara melaspas, makuh dan mecaru sebelum memasuki Rahinan Galungan, dan hari yang paling tepat adalah pada saat Sugian Jawa yang dimaknai sebagai hari Penyucian Bhuana Agung atau alam, termasuk tentunya  penyucian bagi bangunan .

Melalui upacara melaspas, makuh dan mependeman ini menurut kepercayaan bahwa bangunan itu diyakini  akan memberikan vibrasi yang positif  sehingga keseimbangan dan harmonisasi dalam memberikan pelayanan publik dapat terwujud di Kabupaten Badung” ungkapnya, selanjutnya menyikapi masih ada sisa pekerjaan yang harus dituntaskan, menurut Raka Yuda bahwa hal tersebut dapat dilaksanakan seusai upacara. dan setelahnya jika dipandang penting dilakukan pengulapan kecil sebagai menyatsat mala akibat ada pekerjaan baru tentu kita berharap melalui upacara ini akan dibersihkan kembali. namun yang jelas secara keyakinan umat hindu bahwa segala bentuk upacara yang dilakukan merupakan sarana persembahan yang bertujuan menciptakan kesehimbangan dan harmonisasi. RED-MB