anak agung rai

Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Himpunan Museum Bali (Himusba) Anak Agung Rai mengatakan untuk menghilangkan kesan museum hanya menjadi penyimpan benda mati, maka perlu terobosan untuk memadukan dengan nuansa hiburan.

“Keberadaan museum harus mampu menghapus kesan kuno dan hanya menjadi tempat menyimpan benda mati, museum harus dipadukan dengan nuansa ‘entertainment’,” katanya di Ubud, Bali, Minggu (31/8).

Untuk mewujudkan gagasan itu, kata dia, pihaknya, menggandeng Sonny Tulung menggarap program bersama agar Museum itu menjadi hidup.

“Pada tahun 1990-an mendirikan museum sangat sulit. Karena berbagai faktor yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu,” kata pemilik Museum ARMA Ubud itu.

Dikatakan museum harus menjadi “living culture” yang melibatkan masyarakat sekitarnya. Itu sebabnya di Museum ARMA yang seluas enam haktere, pihaknya mengkombinasikan dengan pertanian, pertunjuKkan tari dan kehidupan keseharian orang Bali.

“Kami dari manajemen museum juga harus memadukan dengan kegiatan yang mampu menghidupi museum secara finansial,” katanya.

Sementara itu, Sonny Tulung dari Sekolah Public Speaking Team Communication di Bali mengatakan saat ini semua hal harus dikemas sebgai huburan yang menghibur. Karena itu bersama Himusba, dia merilis kerja sama melalui program “Morning Coffee at The Museum” yang diselenggarakan pada Sabtu (30/8).

“Ini adalah terobosan agar museum tidak identik dengan masa lalu, tetapi menjadi inspirasi bagi sumber kehidupan masa kini,” katanya. AN-MB