Gianyar (Metrobali.com)-

Artis nasional Happy Salma akan mementaskan monolog Rabu malam di Ubud dalam A  Tribute for Pram, sebuah acara untuk mengenang sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer.

Monolog berdurasi sekitar 15 menit itu sendiri diadaptasi dari Bumi Manusia, buku pertama dalam tetralogi yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer selama tahun-tahunny berada di balik jeruji besi karena dianggap sebagai sastarawan berhaluan “kiri” oleh pemerintahan Orde Baru.

Happy Salma akan mmanggungkan tokoh Nyai Ontosoroh, tokoh sentral dalam Bumi Manusia, yang digambarkan Pram sebagai wanita yang jelita, cerdas, dan memiliki keteguhan hati untuk menaklukkan tantangan hidup.

“Saya ini banyak belajar dari karakter Nyai Ontosoroh untuk menjadi wanita yang lebih tegas,” ujar Happy Salma, Selasa (2/10).

Happy Salma mengakui bahwa sebagai wanita Sunda ia dibesarkan untuk menjadi perempuan yang murah senyum, selalu mengalah dan kerapkali sungkan terhadap orang lain.

“Saya mnjadi pribadi yang lebih tegas setelah berkenalan dngan karakter Nyai Ontosoroh. Namun saya tidaklah sekeras dia,” katanya sembari tertawa.

Happy Salma mengakui bahwa ia sangat mengagumi karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Bahkan, menurutnya, karya-karya Pramoedya merupakan salah satu alasan yang membuatnya terjun ke dunia sastra dan teater. Selain berakting di film dan televise, peraih Piala Citra pada FFI 2010 ini juga rajin menulis cerita pendek dan novel. Kumpulan cerpennya “Pulang” sempat dinominasikan untuk meraih penghargaan sastra bergengsi Khatulistiwa Literary Award.

Di panggung teater, Happy pernah bermain dalam pementasan monolog “Ronggeng Dukuh paruk” pada tahun 2009 di Bern-Swiss, Belanda dan Taman Ismail Marzuki-Jakarta. Naskah monolog Nyai Ontosoroh sendiri pertama kali dipanggungkan Happy Salma pada 2007 di Taman Ismail Marzuki.

“Jadi rasanya kayak nostalgia memainkan kembali naskah ini,”

“Saya merasa senang sekali akan pentas di Ubud, ini pementasan teater saya yang kepertamakali di Ubud,” ujarnya.

Rasa senang itu bisa dimaklumi mengingat Ubud kini telah menjadi rumah kedua bagi Happy Salma setelah pernikahannya dengan Tjokorda Bagus Dwi Santana, yang kerap dipanggil Max, putra dari salah satu penglingsir Puri Ubud, Tjokorda Raka Kerthyasa, lebih dikenal sebagai Tjok Ibah.

“Max tentunya akan hadir menonton pementasan saya ini,” katanya.

Happy Salma sendiri selama beberapa hari terakhir serius berlatih dan membaca ulang naskah monolog itu bersama Wawan Sofwan yang bertugas sebagai sutradara.

Selain Happy Salma, acara tersebut juga akan diisi dengan orasi budaya oleh Professor Max Lane, ahli kajian Indonesia serta penterjemah dari tetralogi karya Pramoedya Ananta Toer, pementasan monolog oleh Cok Sawitri, persembahan sitar oleh Ketut Yuliarsa, pembacaan puisi oleh Acep Zamzam Noor, serta gong suling oleh anak-anak Sanggar Tunjung-Padangtegal.

Acara yang terbuka untuk umum dan gratis tersebut akan berlangsung di wantilan Pura Dalem Ubud, sekitar 200 meter ke barat dari Puri Ubud, dan dimulai sekitar pukul 19.30 Wita. Acara ini merupakan bagian dari Ubud Writers and Readers Festival ke-9, yang berlangsung 3-7 Oktober dan diikuti 130 penulis dari 20 negara. JN-MB