Fawzi Barhoum

Kota Gaza (Metrobali.com)-

Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) pada Kamis (31/7) menyatakan agresi Israel ke Jalur Gaza adalah taruhan besar buat Pemerintah Israel.

Keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan operasi militernya adalah “taruhan yang mendorong militer Israel ke keadaan yang tak diketahui”, kata Juru Bicara HAMAS Fawzi Barhoum di dalam satu pernyataan.

Netanyahu mengobarkan perang tersebut untuk mempertahankan kekuasaan yang dikendalikan oleh sekutu regional dan internasional yang mendorong dia ke perang yang membuat dia kalah yang konsekuensinya tidak diketahui, tambah Barhoum.

Sementara itu, pemimpin senior HAMAS Khalil Al-Hayyah juga mengatakan Netanyahu menghidupkan krisis akibat roket yang ditembakkan ke dalam Israel dari Jalur Gaza.

Di dalam satu pernyataan singkat, Al-Hayyah –anggota biro politik HAMAS– mengatakan Netanyahu sedang mencari cara untuk keluar dari serangan tersebut. “Ini takkan diperoleh tanpa menerima tuntutan kubu perlawanan di Jalur Gaza,” katanya.

Pernyataan HAMAS tersebut dikeluarkan setelah pengumuman oleh Netanyahu bahwa Israel akan terus mengungkap terowongan bawah tanah di Jalur Gaza tak peduli dengan kemungkinan adanya gencatan senjata dan mencapnya “penting” bagi keamanan Israel.

Komentar perdana menteri Israel itu dikeluarkan pada awal pertemuan darurat pemerintah pada Kamis siang. Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu mengatakan militer Yahudi telah berhasil menghancurkan puluhan terowongan di Jalur Gaza.

Radio publik Israel pada Kamis menyatakan kabinet Israel pada Rabu malam mengeluarkan instruksinya kepada militer untuk melanjutkan serangannya terhadap Jalur Gaza.

Militer Israel memanggil sebanyak 16.000 lagi prajurit cadangan, sehingga seluruh jumlah personel cadangan yang dikerahkan sejak awal “Operation Protective Edge” menjadi sebanyak 86.000. Satu sumber militer Israel mengatakan tambahan tentara yang dipanggil dan diupayakannya bantuan militer AS menunjukkan perluasan operasi Israel.

Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon mengatakan operasi itu takkan berhenti sebelum terjaminnya keamanan dan keselamatan Israel, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat. “HAMAS telah menanggung korban yang tak pernah terjadi sebelumnya.” Agesi besar militer Israel dimulai pada Selasa (8 Juli) untuk “mengakhiri serangan roket terhadai Israel Selatan dan dilakukan setelah penindasan atas HAMAS di Tepi Barat Sungai Jordan”. AN-MB