Gianyar, (Metrobali.com)

Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana mengapresiasi para siswa SMPN 1 Ubud yang dinilai tidak melupakan akar tradisi di bidang seni-budaya Bali seperti tabuh, tari, wirama, dan nyanyian lagu Bali, meskipun mereka berada dalam era teknologi dan menuntut penguasaan bahasa asing agar dapat adaptif dan kompetitif. Para siswa yang dilatih kemampuannya dalam hal inovasi dan entreprenuership juga tetap diberikan tanggung jawab untuk menjaga lingkungannya dengan berbagai produk ramah lingkungan yang digunakan di lingkungan sekolah.

Hal itu disampaikan Ari saat memberikan sambutan pada HUT ke 60 SMPN 1 Ubud (31/8/2022). Ari yang juga merupakan alumni SMPN 1 Ubud yang lulus tahun 1987 dihadiahi lukisan foto dirinya oleh salah seorang siswa bernama Ni Kadek Kiara Pratista. Hadir juga dalam acara tersebut kepala sekolah Ni Made Irma Wulandari, Ketua Komite Sekolah SMPN 1 Ubud Prof Dr Tjokorde Gde Raka Sukawati, dan perwakilan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar.

“Saya gembira pada perayaan HUT tahun ini dimeriahkan dengan pameran anak-anak SMP dengan mengusung semangat kewirausahaan (entrepreunurship). Mereka disiapkan menjadi entrepreuner yang siap dengan inovasi dan kreativitas. Selain itu anak-anak juga diajakan kepedulian pada lingkungan dengan tampilan produk-produk green school seperti eco-enzim dan juga hidroponik,” tutur Ari

Menurut Ari, meskipun para siswa SMPN 1 Ubud anak-anak zaman sekarang, mereka tidak melupakan akar tradisi. Mereka menunjukkan talenta yang mengagumkan di bidang seni-budaya Bali: tabuh, tari, wirama dan nyanyian lagu Bali. Hal itu dinilai tepat, karena menurut Ari para siswa harus berakar pada budaya tanpa kehilangan kemampuan untuk adaptif dengan teknologi dan juga penguasaan bahasa asing (Inggris dan Jepang).

“Tadi ada satu anak yg tampil dengan story telling berbahasa inggris yg sangat lancar, menceritakan tentang kisah Calonarang. Luar biasa,” kata Ari.

Lebih lanjut, Ari menilai, perjalanan SMPN 1 Ubud yang telah menginjakan kaki di umurnya yang ke-60 telah membuahkan hasil. Menurutnya ini tidak lepas dari peran Raja Bethara Tjokorda Gede Agung Sukawati yang meletakan fondasi kokoh bagi kemajuan masyarakat Ubud dengan mendirikan SMP Negeri, klinik kesehatan dan juga museum Puri Lukisan Ubud, 60 tahun yang lalu. Sekarang, hasil dari pemikiran visioner para pendiri SMP Ubud mulai terlihat banyak alumni yang menjadi seniman, guru besar, pemangku, pengusaha, hingga pejabat publik.

“Tantangan pohon yg berumur 60 tahun adalah peremajaan diri. Harus ada upaya meremajakan diri secara terus menerus agar tetap mampu menghadapi tantangan jaman. Kemajuan tidak mungkin tanpa inovasi, tanpa penggerak. Semangat merdeka belajar yang didorong oleh Mas Menteri Nadiem (MendikbudRistekDikti) telah menghasilkan kepala sekolah dan guru penggerak yang membawa angin perubahan. Penggerak yang terus membuka ruang anak-anak untuk belajar tentang apa saja, pada siapa saja dan kapan saja,” ujar Ari. (RED-MB)