Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra, MH, MKn melaksanakan Sosialisasi 4 Pilar di Desa Banyubiru, KecamatanNegara, Kabupataen Jembrana, Provinsi Bali, pada Jumat 5 Agustus 2022.

Jembrana (Metrobali.com)-

Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra, S.H.,M.H.,M.Kn.,(Amatra) terus hadir turun di tengah-tengah masyarakat untuk membumikan dan mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI serta dalam upaya juga memperkuat dan mempertebal wawasan kebangsaan.

Kali ini Sosialisasi Empat Pilar MPR RI diberikan kepada Perkumpulan Masyarakat Muslim dan Nelayan di Desa Banyubiru, KecmatanNegara, Kabupataen Jembrana,Provinsi Bali, pada Jumat 5 Agustus 2022.

Dalam kesempatan ini wakil rakyat yang akrab disapa Gus Adhi ini menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam Empat Pilar MPR RI atau Empat Pilar Kebangsaan yang diyakini bisa memperkuat optimisime dan modal kuat bangkit dari dampak pandemi Covid-19.

Empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang disosialisasikan yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Keberadaan Empat Pilar MPR RI semakin penting di tengah berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia termasuk di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Sebab, tegas Amatram Empat Pilar ini adalah vaksin ideologi supaya rakyat sadar betul kita bangsa yang penuh keberagaman, kebhinekaan tapi tetap bersatu dalam perbedaan.

Amatra juga mengapresiasi pemahaman Perkumpulan Masyarakat Muslim dan Nelayan di Desa Banyubiru, Jembrana ini terhadap Empat Pilar MPR RI termasuk spirit gotong royong masyarakat setempat dalam menghadapi dan menangani pandemi Covid-19.

“Saya apresiasi pemahaman masyarakat tentang Empat Pilar, kepribadian dan jati diri bangsa, keanekaragaman budaya, saling memperhatikan dengan rasa dan gotong royong dalam masa pandemi ini,” tutur Amatra.

“Dengan pesan-pesan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Empat Pilar Kebangsaan ini, Astungkara kita bisa pulih lebih cepat, bisa kembali bangkit setelah  hampir tiga tahun terpukul  dan terdampak oleh pandemi Covid-19,” ujar Amatra yang merupakan k Anggota Komisi II DPR RI Dapil Bali ini.

Saat ini Indonesia khususnya juga Bali memasuki fase pemulihan ekonomi usai terpukul akibat pandemi dan perekonomian Bali terkontraksi cukup dalam, dimana sektor pariwisata sangat terpuruk. Kinim kata Amatra, Indonesia dan Bali sudah mulai bangkit dengan kekuatan gotong royong bersama-sama bergandengan tangan.

Untuk itu, sosok wakil rakyat berhati mulia, gemar berbagi dan dikenal dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah” ini mengajak masyarakat untuk terus memperkuat modal sosial berupa gotong royong agar Indonesia bisa semakin pulih dan bangkit dari dampak pandemi Covid-19.

Sebelumnya dalam paparannya, Gus Adhi menekankan pentingnya Empat Pilar MPR RI dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia serta eksistensi Indonesia sebagai negara besar. Tanpa Empat Pilar rumah besar Indonesia yang kokoh dan mewah ini tidak berarti apa-apa.

“Maka saya hadir ingatkan pentingnya Empat Pilar dilaksanakan. Sebab ada goncangan dari segala penjuru, atas bawah, kanan kiri sangatlah besar,” tegas Amatra yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini.

Amatra juga mengingatkan berbagai hasil survei yang menunjukkan ancaman dari paham radikal di NKRI. Penghayatan dan pengalaman nilai-nilai Pancasila ini penting sebab bangsa ini menghadapi ancaman radikalisme dan intoleransi.

Sejumlah hasil penelitian menggambarkan betapa bahayanya kondisi saat ini jika Pancasila tidak hadir. Penelitian dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarief Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 63 persen guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain.

Tak hanya itu, Ryamizard Ryacudu saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyebutkan bahwa sebanyak 3 persen anggota TNI juga terpapar ekstrimisme. Kemudian survei Alfara pada 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 14,9 persen PNS tidak setuju Pancasila.

Berdasarkan Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial (CISFrom) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 36,5 persen mahasiswa Islam setuju dengan khilafah. Terakhir,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018 mengemukakan bahwa tujuh kampus di Indonesia juga terpapar ekstrimisme agama.

Atas berbagai hasil survei tersebut, Amatra lantas menekankan pentingnya semua kalangan agar memegang teguh Pancasila, mengingat isi teks Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai ajaran luhur Pancasila termasuk secara keseluruhan mengenai Empat Pilar MPR RI.

Sebab sangat bahaya jika nilai-nilai luhur Pancasila tidak dijalankan dalam keseharian. Degradasi moral anak bangsa yang terjadi saat ini juga karena imbas dari mulai dilupakan dan diabaikannya Pancasila.

Politisi Golkar asal Kerobokan, Badung ini menegaskan bangsa dan negara yang kuat adalah yang mampu memegang teguh falsafah negara. Sebaliknya suatu bangsa dan negara bisa hancur berkeping-keping, terpecah belah jika tidak mampu memegang teguh falsafah negara.

 

Karenanya Indonesia jika ingin tetap eksis terus sebagai bangsa dan negara yang kuat, besar dan menjadi negara maju maka harus tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia.

“Irak, Libya, Yaman, Syria hancur karena tidak kuat pegang falsafah negaranya. Maka Indonesia harus kuat pegang falsafah negaranya yakni Pancasila. Jangan lagi Pancasila seperti diberikan ke pasar bebas, bisa diadakan bisa tidak,” pungkas Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali itu. (wid)