Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI dari Fraksi Partai Golkar Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H., M.Kn., (Amatra) mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan atau Empat Pilar MPR RI kepada masyarakat Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada Selasa 2 April 2024 di Tabanan.

Tabanan (Metrobali.com)-

Anggota Badan Sosialisasi MPR RI dari Fraksi Partai Golkar Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H., M.Kn., (Amatra) mengajak masyarakat menjaga persatuan pasca hasil Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Hal itu disampaikan wakil rakyat yang akrab disapa Gus Adhi itu saat mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan atau Empat Pilar MPR RI kepada masyarakat Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada Selasa 2 April 2024 di Tabanan.

Empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang disosialisasikan yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Gus Adhi mengajak masyarakat untuk melupakan segara perbedaan politik yang ada dan kembali kepada spirit persatuan kesatuan sebagai sesama anak bangsa dan menguatkan kembali implementasi nilai-nilai luhur dari Empat Pilar Kebangsaan. Anggota Komisi II DPR RI Dapil Bali itu lantas  mengutip pernyataan Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur yang pernah mengatakan bahwa “yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.”

Menurut Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali it spirit kemanusiaan Gus Dur ini bersumber dari sila ke-2 Pancasila yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Spirit nilai “kemanusiaan yang adil dan beradab” inilah yang menurut Gus Adhi juga harus diutamakan dan dijunjung tinggi dalam proses demokrasi dan berpolitik termasuk dalam masa-masa kontestasi politik dan pesta demokrasi seperti Pemilu tahun 2024 yang secara umum telah berjalan aman, lancar dan damai.

Sekali lagi, Gus Adhi mengajak masyarakat menjaga kerukunan pasca Pemilu, meski berbeda-beda pilihan dalam kontestasi politik lima tahunan itu.

“Kalau kemarin-kemarin ada yang beda pilihan, itu wajar. Yang penting kita tetap menjaga persatuan. Dan sekarang tidak ada lagi blok-blok pilihan politik semua kembali bersatu sebagai anak bangsa dalam bingkai NKRI,” pesan Politisi Golkar asal Jro Kawan Kerobokan, Kabupaten Badung.

Dikatakan, perbedaan pilihan adalah hal biasa, wajar dan lumrah dalam pesta demokrasi. Namun yang lebih penting adalah menjaga bagaimana persatuan bangsa tetap kokoh ditengah perbedaan itu. Sebab persatuan bangsa itu diatas segala-galanya. Yang terpenting juga tetap menjaga ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila yang terus mendapatkan ancaman dan rongrongan dalam berbagai bentuk.

Gus Adhi yang juga Ketua Harian Depinas SOKSI ini juga mengingatkan berbagai hasil survei yang menunjukkan ancaman dari paham radikal di NKRI. Penghayatan dan pengalaman nilai-nilai Pancasila ini penting sebab bangsa ini menghadapi ancaman radikalisme dan intoleransi.

Sejumlah hasil penelitian menggambarkan betapa bahayanya kondisi saat ini jika Pancasila tidak hadir. Penelitian dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarief Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 63 persen guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain.

Tak hanya itu, Ryamizard Ryacudu saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyebutkan bahwa sebanyak 3 persen anggota TNI juga terpapar ekstrimisme. Kemudian survei Alfara pada 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 14,9 persen PNS tidak setuju Pancasila.

Berdasarkan Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial (CISFrom) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 36,5 persen mahasiswa Islam setuju dengan khilafah. Terakhir,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018 mengemukakan bahwa tujuh kampus di Indonesia juga terpapar ekstrimisme agama.

Atas berbagai hasil survei tersebut, Amatra lantas menekankan pentingnya semua kalangan agar memegang teguh Pancasila, mengingat isi teks Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai ajaran luhur Pancasila termasuk secara keseluruhan mengenai Empat Pilar MPR RI.

Sebab sangat bahaya jika nilai-nilai luhur Pancasila tidak dijalankan dalam keseharian. Degradasi moral anak bangsa yang terjadi saat ini juga karena imbas dari mulai dilupakan dan diabaikannya Pancasila.

wakil rakyat berhati mulia, gemar berbagi dan dikenal dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah” ini menegaskan bangsa dan negara yang kuat adalah yang mampu memegang teguh falsafah negara. Sebaliknya suatu bangsa dan negara bisa hancur berkeping-keping, terpecah belah jika tidak mampu memegang teguh falsafah negara.

Karenanya Indonesia jika ingin tetap eksis terus sebagai bangsa dan negara yang kuat, besar dan menjadi negara maju maka harus tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia.

“Irak, Libya, Yaman, Syria hancur karena tidak kuat pegang falsafah negaranya. Maka Indonesia harus kuat pegang falsafah negaranya yakni Pancasila. Jangan lagi Pancasila seperti diberikan ke pasar bebas, bisa diadakan bisa tidak,” ungkap Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali itu.

Gus Adhi itu lantas mengingatkan kembali visi dan misi bernegara berdasarkan Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Visi negara Indonesia yakni menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Sedangkan misinya yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

“Visi misi bernegara itu harus kita wujudkan dan kita topang kuat dengan implementasi nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan. Kita ingin membangun rumah kebangsaan yang kokoh sehingga perlu ditopang dengan Empat Pilar Kebangsaan,” pungkasnya. (wid)