Jakarta (Metrobali.com)-

Putra Proklamator Republik Indonesia Guruh Soekarnoputra menegaskan sistem perekonomian yang paling tepat diterapkan di Indonesia adalah ekonomi kerakyatan dan gotong royong.

“Ekonomi kerakyatan dan gotong royong sudah hidup di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka dan hal ini sejalan dengan Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia,” kata Guruh Soekarnoputra pada peringatan 112 tahun lahirnya sang proklamator, Soekarno, di Gedung Pola, Jalan Proklamasi, Jakarta, Kamis (6/6).

Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain, perwakilan dari Kedutaan Besar China, perwakilan dari Keduataan Besar India, perwakilan dari Kedutaan Besar Korea Utara, mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, mantan KSAD Tyasno Sudarto, serta putra-putri almarhum Soekarno, yakni Guntur Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Menurut Guruh, ekonomi kerakyatan dan gotong royong telah terbukti menbawa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan dihargai bangsa-bangsa lain di dunia.

Namun, pada era orde baru dan era reformasi, menurut dia, sistem perekonomian Indonesia mulai digeser ke ekonomi modern dan bahkan liberal.

“Pemerintah Indonesia saat ini menerapkan ekonomi liberal melalui pasar bebas,” katanya.

Menurut Guruh, ekonomi pasar bebas ini lebih banyak menguntung asing daripada bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia yang bisa memanfaatkan ekonomi pasar bebas ini, menurut dia, hanya segelintir konglomerat, sedangkan rekyat tetap banyak yang hidup miskin.

Guruh juga mencontohkan, jika mencermati gedung-gedung bertingkat di sepanjang jalan protokol di Jakarta, sebagian besar adalah gedung-gedung usaha milik asing.

“Asing berjaya di Indonesia, sedangkan rakyat tetap miskin. Apakah ini sejalan dengan cita-cita pendiri Republik Indonesia, yang menuju kesejahteraan rakyat?” katanya.

Pada kesempatan tersebut, Guruh Soekarnoputra mengingatkan pemerintah Indonesia saat ini untuk secara bertahap kembali ke ekonomi kerakyatan dan gotong royong. INT-MB