Gunung Raung Yang Bikin Penerbangan Kalangkabut
Surabaya (Metobali.com)-
Gunung Raung yang berada di perbatasan tiga Kabupaten di wilayah paling timur Provinsi Jawa Timur, yaitu Bondowoso, Jember dan Banyuwangi, dalam beberapa hari terakhir ini mengeluarkan abu vulkanik ke angkasa.
Erupsi “lumayan”, terjadi pada Kamis (9/7) malam, namun masih terdapat kaldera cukup besar di Gunung Raung yang bentangnya mencapai 1,8-2 kilometer sehingga ketika terjadi letupan, masih bisa tertampung di kaldera tersebut.
Namun, gunung api yang memiliki ketinggian 3.332 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu melontarkan abu vulkanik cukup tinggi diempas angin menuju arah timur. Akibatnya udara sekitar Bali dan Lombok yang berada di timur wilayah Jatim, menjadi terganggu.
Akibatnya, belasan bahkan hingga puluhan penerbangan terjadwal atau reguler dari dan ke Bali serta Lombok terganggu, baik itu penerbangan dari beberapa kota di Tanah Air maupun mancanegara seperti Australia.
Bahkan, Kementerian Perhubungan menyatakan lima bandar udara ditutup akibat pengaruh penyebaran debu vulkanik akitivitas Gunung Raung.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan JA Barata dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat dini hari menyebutkan lima bandara tersebut, ialah Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Lombok, Bandara Blimbingsari Banyuwangi dan Bandara Notohadinegoro, Jember.
“Penutupan tersebut berdasarkan ‘Notam’ (Notice to Airmen) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,” ucapnya.
Barata merinci Notam tersebut, di antaranya Notam Nomor A 1413/15 untuk penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, yang berlaku sampai dengan pukul 06.30 Wita. Notam Nomor B 1067/15 untuk penutupan Bandara Internasional Lombok, yang berlaku sampai dengan pukul 05.30 Wita.
Sedangkan Notam Nomor C 0498/15 untuk penutupan Bandara Selaparang, Lombok, yang berlaku sampai dengan pukul 09.00 Wita. Notam Nomor C 0499/15 untuk penutupan Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, yang berlaku sampai dengan pukul 12.00 WIB, serta Notam Nomor C 0500/15 untuk penutupan Bandara Notohadinegoro, Jember, yang berlaku sampai dengan pukul 08.00 WIB.
Dia menyebutkan rute yang terdampak debu vulkanik Gunung Raung untuk rute domestik: W33, W34, W41, W42, W43, W44, W45, W46, sedangkan untuk rute internasional, G326.
“Notam penutupan bandara-bandara ini akan terus diperbaharui menyesuaikan dengan kondisi nyata atas perkembangan penyebaran debu vulkanik terkait aktivitas Gunung Raung,” tukasnya.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I Farid Indra Nugraha mengatakan sejumlah penerbangan ke Denpasar dialihkan (divert) ke Makassar.
“Pukul 21.39 Wita, Denpasar ditutup karena abu Gunung Raung, saat ini sedang dimonitor pesawat yang ‘divert’ ke Ujungpandang (Makassar), Surabaya dan Cengkareng untuk mengantisipasi pendaratan,” imbuhnya.
Maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membatalkan 112 penerbangan akibat erupsi Gunung Raung ini, karena abu vulkanik gunung tersebut dapat membahayakan mesin pesawat.
“Pembatalan ratusan penerbangan itu seiring dengan NOTAM ‘notice to airman’ Nomor A1415/15, B1073/15, C0498/15 ‘AD CLSD DUE TO RAUNG MT.ACT’ yang dikeluarkan oleh ‘Briefing Office’ Kementerian Perhubungan RI pukul 08.25 WIB,” kata Pelaksana Harian Vice President Corporate Communication Garuda Indonesia, M lkhsan Rosan di Surabaya.
Ia mengungkapkan, nota itu tentang perpanjangan waktu penutupan Bandara Ngurah Rai Denpasar dan Bandara Internasional Lombok sampai dengan pukul 21.30 Wita. Selain itu, dampak erupsi Gunung Raung ikut memengaruhi operasional Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang kini ditutup.
“Bahkan, Bandara Notohadinegoro Jember juga dinyatakan ditutup dan seluruh penerbangan dari dan ke bandara-bandara tersebut dibatalkan,” ujarnya.
Sementara, jelas dia, rute-rute penerbangan Garuda Indonesia yang terdampak di jalur domestik yaitu Denpasar-Jakarta sebanyak 27 penerbangan, Denpasar-Surabaya 11 penerbangan, dan Denpasar-Yogyakarta enam penerbangan.
Kemudian Denpasar-Timika dua penerbangan, Denpasar-Labuan Bajo empat penerbangan, Denpasar-Kupang dua penerbangan, Denpasar-Makassar empat penerbangan, Denpasar-Dili dua penerbangan.
“Berikutnya, pembatalan penerbangan rute Denpasar-Banyuwangi dua penerbangan, Denpasar-Bandung dua penerbangan, Denpasar-Palembang dua penerbangan, dan Denpasar-Manado dua penerbangan. Selain itu, Denpasar-Semarang dua penerbangan, Denpasar-Tambolaka dua penerbangan,” paparnya.
Di samping itu, tambah dia, rute lain yang terdampak yakni Jember-Surabaya dua penerbangan, Lombok-Sumbawa dua penerbangan, Lombok-Surabaya dua penerbangan. Kemudian, Lombok-Jakarta delapan penerbangan, Lombok-Denpasar dua penerbangan, Lombok-Bima dua penerbangan, Lombok-Makassar dua penerbangan, dan Lombok-Surabaya dua penerbangan.
“Untuk rute internasional, yang terkena pembatalan antara lain Denpasar-Melbourne dua penerbangan, Denpasar-Sydney dua penerbangan, Denpasar-Perth dua penerbangan, Denpasar-Narita dua penerbangan, dan Denpasar-Kansai dua penerbangan. Denpasar-Seoul dua penerbangan, Denpasar-Hong Kong dua penerbangan, Denpasar-Singapura empat penerbangan,” tambahnya.
Dengan situasi tersebut, sebut dia, Garuda Indonesia memberlakukan kebijakan pembebasan biaya “cancellation fee”, “rebooking/reroute fee”, “refund fee”, “ADM fee”. Kemudian fee perubahan tiket lainnya bagi para penumpang yang telah memiliki jadwal penerbangan dari dan keempat kota tersebut.
“Untuk sementara waktu, Garuda Indonesia tidak menerima pembukuan rute-rute tersebut pada hari Sabtu (11/7). Meski begitu, kami tetap memantau situasi dan perkembangan berkaitan dengan aktivitas Gunung Raung. Khususnya, kesiapan masing-masing Bandara untuk kembali melaksanakan operasional penerbangan,” tuturnya.
Sementara, lanjut dia, penerbangan Garuda Indonesia dari dan menuju keempat bandara tersebut akan dilayani setelah infrastruktur itu dinyatakan dibuka kembali oleh otoritas yang berwenang. Di sisi lain, Garuda Indonesia menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh para pengguna jasa dikarenakan situasi “force majeure”.
“Kami imbau para penumpang dengan tujuan bandara yang ditutup tersebut, agar langsung melakukan perubahan reservasi tiket melalui ‘call center’ Garuda Indonesia (24 jam) pada nomor 021-2351 9999 dan 0804 1 807 807,” pungkasnya.
Hal serupa dialami anak usaha Garuda yaitu Citilink, di mana manajemen maskapai tersebut memutuskan untuk membatalkan seluruh penerbangan dari dan ke Denpasar, Bali, serta Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Jumat akibat erupsi Gunung Raung di Jawa Timur.
Kondisi ini dinilai mulai menggangu keamanan dan keselamatan penerbangan di wilayah tersebut, demikian President & CEO Citilik Indonesia Albert Burhan, dalam surat elektroniknya yang diterima Antara di Surabaya, Jumat, seraya menambahkan bahwa tindakan ini (pembatalan terbang) mengacu pada pemberitahuan (Notam) yang dikeluarkan oleh otoritas penerbangan setempat.
“Dasar kebijakan untuk tidak melakukan operasi penerbangan dari dan ke Denpasar serta Lombok adalah demi ‘safety’ atau alasan keamanan dan keselamatan penerbangan. Bagi Citilink itu hal yang terutama saat ini,” ujar Albert Burhan.
Ia mengemukakan hal itu terkait dengan semakin meluasnya abu vulkanik dari Gunung Raung. Sedikitnya 27 penerbangan Citilink Indonesia yaitu rute-rute pergi pulang (pp) sebagai berikut: Jakarta – Denpasar, Surabaya – Lombok, Surabaya – Denpasar, Bandung – Denpasar, Bandung – Lombok, Balikpapan – Denpasar. Sedangkan penerbangan untuk rute-rute lainnya berjalan normal seperti biasa.
Vice President Corporat Comunication Citilink Indonesia, Benny S. Butarbutar menambahkan untuk memudahkan penumpang melakukan “refund”, “re-route” dan juga “reschedule”, manajemen Citilink menyarankan penumpang untuk menghubungi “call center” ke 0804 1080808, atau “customer service” di bandara setempat.
Jember Operasional Namun, bandara di Jember yang termasuk Notam tertutup, justru tetap beroperasi, karena abu vulkanik Raung tidak “mendarat” di daerah itu. Udara Jember “hanya” dilewati abu Raung yang terus mengarah ke timur.
Karena masih beroperasi, penerbangan Garuda Indonesia rute Jember-Surabaya di Bandara Notohadinegoro Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat, masih tetap terganggu, terlambat dua jam akibat instruksi Kementerian Perhubungan tentang penutupan bandara terkait sebaran debu vulkanik Gunung Raung.
“Saya kaget mendapat informasi penutupan Bandara Notohadinegoro, padahal selama ini penerbangan di bandara Jember berjalan lancar dan tidak terkendala abu vulkanik Gunung Raung,” kata General Manajer PT Garuda Indonesia Tbk Area Jember, Syamsul Adnan.
Ia mengaku langsung melakukan pengecekan di bandara yang berada di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember itu untuk melihat apakah ada debu vulkanik di bandara tersebut.
“Kami dan pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Notohadinegoro Jember melakukan pengecekan di landasan pacu (ancang) dan hasilnya tidak ada abu vulkanik Gunung Raung yang turun di sana,” tuturnya.
Jumlah penumpang yang akan terbang menggunakan pesawat Garuda Indonesia pada Jumat sebanyak 52 orang dan mereka diberitahu terkait dengan keterlambatan (delay) sekitar dua jam, akibat instruksi Kemenhub tersebut.
“Tidak ada pembatalan atau penundaan untuk penerbangan Garuda rute Jember-Surabaya karena pesawat jenis ATR 72-600 akan terbang dari Bandara Notohadinegoro Jember pada pukul 12.00 WIB, sehingga hanya keterlambatan sekitar dua jam,” paparnya.
Jadwal penerbangan Garuda di Bandara Notohadinegoro pukul 10.20 WIB, namun untuk hari ini terbang sekitar pukul 12.00 WIB karena ‘notice to airmen’ (notam) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terkait abu vulkanik Gunung Raung.
Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Notohadinegoro Jember, Edi Purnomo kepada sejumlah wartawan mengatakan penutupan Bandara Notohadinegoro berdasarkan “Notice to Airmen” dari Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
“Pihak bandara bersama operator maskapai Garuda menyampaikan bukti di lapangan bahwa tidak ada abu vulkanik Gunung Raung kepada otoritas penerbangan Juanda, sehingga Bandara Notohadinegoro bisa beroperasi pada pukul 12.00 WIB,” ungkapnya.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginstruksikan penutupan lima bandara terkait sebaran debu vulkanik Gunung Raung di Jawa Timur yang membahayakan kegiatan penerbangan sejak Kamis (9/7) malam.
Kelima bandara tersebut yakni Bandara Internasional Ngurah Rai Bali yang ditutup hingga pukul 06.30 WITA, Bandara Internasional Lombok yang ditutup hingga pukul 05.30 WITA, Bandara Selaparang Lombok yang ditutup hingga pukul 09.00 WITA, Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang ditutup hingga pukul 12.00 WIB, dan Bandara Notohdinegoro Jember yang ditutup hingga pukul 08.00 WIB.
Belum Perlu Evakuasi Kondisi Raung yang memang dalam kesehariannya “batuk-batuk” menyemburkan abu vulkanik, namun akhir-akhir ini aktivitasnya lebih meningkat, sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur memandang warga yang tinggal di kawasan Gunung Raung belum perlu dievakuasi karena kondisi yang dinilai masih aman, meski berstatus “Siaga”.
“Dalam waktu dekat ini, warga belum perlu dievakuasi karena masih beraktivitas di jarak aman,” ujar Kepala BPBD Jatim kepada wartawan di Surabaya, Sudharmawan.
Menurut dia, saat ini masih terdapat kaldera cukup besar di Gunung Raung yang bentangnya mencapai 1,8-2 kilometer sehingga ketika terjadi letupan, masih bisa tertampung di kaldera tersebut.
Selain itu, kata dia, sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) bahwa kawasan steril berada pada radius tiga kilometer dari puncak gunung.
“Sampai radius tiga kilometer tidak ada pemukiman penduduk, baik di wilayah Kabupaten Banyuwangi maupun Kabupaten Bondowoso,” imbuhnya.
Ia mengatakan, permukiman penduduk terdekat ada di radius 10 kilometer, masing-masing sebanyak 70 kepala keluarga di wilayah Kabupaten Banyuwangi, dan 80 kepala keluarga di wilayah Kabupaten Bondowoso.
Kendati demikian, ia mengaku bersama pemerintah setempat tetap melakukan berbagai persiapan, antara lain membuat rencana kontinjensi atau manajemen risiko berbasis kewilayahan.
Eks Sekretaris Daerah Kabupaten Bangkalan itu juga menjelaskan, hasil evaluasi di Bondowoso pada Selasa (7/7) sudah cukup bagus dan tinggal ditingkatkan.
“Tim juga sudah mengkaji, kalaupun ada evakuasi tidak lagi semua penduduk di desa diungsikan, tetapi cukup di tingkat dusun saja,” ucapnya.
Sementara itu, untuk melatih kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana, usai pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah, BPBD bersama pemerintah setempat akan melakukan simulasi tentang peta jalur bencana.
“Harapannya masyarakat bisa paham dan tidak gagap jika Gunung Raung benar-benar erupsi. Kami juga pastikan bahwa masyarakat dan pemerintah benar-benar siap menghadapi kemungkinan bencana ini,” tambahnya.
Sedangkan di Bondowoso, Tim Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Gunung Raung, Jumat menyisir lokasi dalam radius bahaya akibat letusan gunung api setinggi 3.332 mdpl tersebut, agar tidak ada penduduk tinggal atau beraktivitas.
Penyisiran itu dipimpin oleh Komandan Satgas Penanggulangan Bencana (Satgas PB) Gunung Raung Letkol (Arh) Sudrajat yang sehari-hari menjadbat sebagai Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) Bondowoso.
“Sesuai rekomendasi dari PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) radius bahaya dari Gunung Raung ini adalah 3 kilometer, namun dalam radius 6 kilometer saja, sudah tidak ada warga,” ucap Sudrajat.
Ia menjelaskan pihaknya telah berusaha menyisir ke perkampungan terdekat dengan kawah Gunung Raung, yakni Dusun Sepanas, Desa Rejoagung, Kecamatn Sumber Wringin, yang berjarak sekitar 7 kilometer dari kawah.
Bahkan tim gabungan bersama TNI, Polri, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), relawan dan lainnya itu telah melakukan penyisiran hingga ke jarak 6 kilometer dari kawah, namun tidak ditemukan warga yang tinggal di kawasan itu.
“Jadi kami pastikan bahwa warga sudah mematuhi apa yang kami sampaikan untuk menjaga keamanan mereka. Kami juga menyampaikan sosialisasi lagi kepada warga di Dusun Sepanas yang penduduknya berjumlah 25 kepala keluarga atau sekitar 50 jiwa mengenai bahaya Gunung Raung ini,” paparnya.
Pihaknya memastikan semua rencana sudah matang jika muntahan letusan Gunung Raung membahayakan warga. Pihaknya sudah menyiapkan lokasi evakuasi sementara dan evakuasi akhir untuk menyelamatkan warga jika dampak letusan gunung berketinggian 3.332 meter dari permukaan laut (mdpl) itu meluas.
“Sejak Gunung Raung naik status dari waspada menjadi Siaga, Bupati Bondowoso mengeluarkan surat keputusan mengenai pembentukan satuan tugas dengan kekuatan sekitar 1.845 personel gabungan. Kami sudah siap jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu,” tambahnya.
Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso memasang sekitar 400 rambu jalur evakuasi jika Gunung Raung meletus.
“Rambu-rambu ini kami pasang dengan jarak antara 200 hingga 400 meter atau kalau ada tikungan dan arah yang membingungkan bagi warga,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kabupaten Bondowoso Hendri Widotono.
Ia menjelaskan bahwa rambu-rambu itu ditempatkan dari Dusun Legan, Desa Sumber Wringin, menuju posko bersama di lapangan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Sumber Wringin yang berjarap sekitar 5 kilometer. Rambu lainnya dipasang dari Dusun Sepanas, Desa Rejoangung. AN-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.