Poto diambil dari status Igp Dharmawan di facebook
Ilustrasi-Gunung Agung
 

Denpasar, (Metrobali.com) – 

Gunung Agung telah mengalami letusan freatik pada Selasa lalu, 21 November 2017 pukul 17.05 WITA. Bersama letusan itu, gunung setinggi 3.142 mdpl itu juga memuntahkan abu vulkanik. Asap kelabu membumbung setinggi 700 meter.
 
Kini, aktivitas gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu berangsung normal. Jika sebelumnya secara konsisten dihantam gempa tremor menerus, kini hal itu tak terjadi lagi. Yang nampak di permukaan kawah hanyalah asap putih tipis yang membumbung dengan ketinggian fluktuatif.
 
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika menjelaskan, sampai kini asap putih masih teramati usai letusan freatik beberapa hari lalu.
 
“Sampai hari ini asap putih tipis bertekanan lemah masih teramati setelah letusan freatik. Dari seismisitas-nya, tremor tidak terekam lagi,” jelas Suantika, Sabtu 25 November 2017. Dari hasil pantauan menggunakan drone menunjukkan hal sama, asap putih lemah masih teramati ke luar dari kawah Gunung Agung.
 
“Hasil dari pemantauan drone memang asap putih melemah. Saya takutnya gas-gas magmatik itu keluar ya.‎ Gas yang masa lalu maksudnya (hasil letusan tahun 1963). Gas magmanya
Kenapa gasnya tipis, mungkin gasnya sudah habis. Kan untuk membentuk gas itu perlu waktu. Jadi, sementara tahapnya periode kemarin (letusan freatik) sudah selesai.
 
Kendati begitu, ia memprediksi musim penghujan yang mengguyur Bali dan di sekitaran Gunung Agung berpotensi menimbulkan terjadinya letusan freatik. “Kemungkinan akan ada letusan freatik lagi. Tapi untuk letusan magmatiknya belum. Potensi letusan magmatik belum ada. Mudah-mudahan aman,” papar dia. (Laporan Bobby Andalan)