Denpasar (Metrobali.com) –

 

Gubernur Bali, Wayan Koster meluangkan waktu liburnya pada, Minggu (Redite Pon, Dukut) 13 Maret 2022 dengan bertatap muka sekaligus mendengarkan aspirasi para Komunitas Kreatif Digital yang diantaranya terdiri dari Startup, Games, Musik, Film, Komedi, Content Creator dan Theater, serta Digital Art (Ilustrator, Animator, Visual Artist) asal Pulau Bali di Halaman Kertasabha, Jayasabha.

Gubernur Bali, Wayan Koster sangat antusias dan memberikan apresiasi kepada seluruh para Komunitas Kreatif Digital yang telah memanfaatkan teknologi digital di dalam menuangkan hasil karya seni dan budaya-nya, dimana hal itu sangat sejalan dengan konsep Ekonomi Kerthi Bali yang telah disusunnya dan diluncurkan secara resmi oleh Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo pada tanggal 3 Desember 2021 dengan nama Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru.

Gubernur Bali dalam sambutannya menyampaikan pandemi Covid – 19 telah merubah cara kerja dan berfikir Kita dalam tatanan kehidupan di berbagai aspek yang salah satunya Kita didorong untuk bergerak cepat untuk bekerja dengan memanfaatkan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) termasuk teknologi digital.

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat di Pulau Bali, ternyata telah direspon oleh generasi muda di Bali dengan sangat cepat dan berkembang secara alamiah, sehingga muncul di era sekarang Pelaku Kreatif Digital diantaranya seperti : Startup, Games, Musik, Film, Komedi, Content Creator dan Theater, serta Digital Art (Ilustrator, Animator, Visual Artist).

Atas kondisi ini, Saya lantas berfikir bahwa kalau melihat sejarah Bali, dimana orang Bali termasuk kategori ras unggul. Disaat Saya sebelum menjadi Gubernur Bali dan membuat visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali serta membaca dalam lontar, Saya temukan bahwa orang Bali itu adalah orang unggul. “Atas hal itulah, Saya di dalam pembangunan Bali ada misi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang unggul, berdaya saing tinggi yaitu berkualitas dan berintegritas, bermutu, profesional dan bermoral serta memiliki jati diri yang kokoh yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Krama Bali,” ujar orang nomor satu di Pemprov Bali ini.

Belajar dari pandemi yang telah memberikan ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi di Bali, mengingat ekonomi Bali yang lebih dari 54 persen didominasi oleh sektor pariwisata dan sangat rentan atas bencana alam hingga bencana yang direncanakan (seperti Bom Bali I dan Bom Bali II, red), membuat Pemerintah Provinsi Bali di era kepemimpinan Gubernur Bali, Wayan Koster menyusun konsep Ekonomi Kerthi Bali terdiri atas 6 pilar sektor unggulan, yaitu: 1) Sektor Pertanian dalam arti luas dengan Sistem Pertanian Organik; 2) Sektor Kelautan dan Perikanan; 3) Sektor Industri; 4) Sektor IKM, UMKM, dan Koperasi; 5) Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital; dan 6) Sektor Pariwisata Berbasis Budaya dan Berorientasi pada Kualitas.

Dalam Konsep Ekonomi Kerthi Bali, Saya telah masukan Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital. “Sehingga teknologi digital harus Kita berdayakan untuk mempromosikan dan memperkuat sumber daya lokal dan teknologi digital Kita manfaatkan untuk memperkuat budaya Bali, bukan malah menekan dan mematikan budaya Bali,” ujar mantan Anggota DPR RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini seraya mengungkapkan Ekonomi Kerthi Bali yang bertujuan untuk mewujudkan Bali berdikari dalam bidang ekonomi ini telah diluncurkan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo, tanggal 3 Desember 2021 dan dijadikan percontohan dalam transformasi perekonomian oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa.

Gubernur Bali jebolan ITB ini berkomitmen memberdayakan Komunitas Kreatif Digital dengan dibuatkan regulasi (apakah nanti melalui Peraturan Daerah atau cukup dengan Peraturan Gubernur, red) dan segera mengimplementasikan program Bali Digital Festival yang akan berlangsung pada 8-10 April 2022 mendatang dan berlangsung tepat pada Rahina Tumpek Landep (Saniscara Kliwon Landep) 9 April 2022. “Bali Digital Festival yang berlangsung pada Rahina Tumpek Landep bertujuan untuk memuliakan munculnya kekuatan dan ketajaman berfikir yang menjadi sumber kehidupan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat Bali,” kata Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.

Dalam aspirasinya, Komunitas Startup, Surya menyebutkan sebelum Covid -19, semua uang yang beredar di Bali untuk tourism itu rata-rata hampir 80 persen ada di luar bukan di Bali. Namun sekarang menjadi momentum yang tepat, bagaimana Kita harus memindahkan transaksi itu ada di Bali, salah satunya dengan membangun sinergi dengan startup dan membangun industri kreatif melalui teknologi.

Komunitas Games, Arif menyampaikan sebelum pandemi, game telah menjadi industri terbesar di dunia. Setelah pandemi, industri game meroket, karena semua bisa memainkan game ini dari rumah, sehingga dalam jangka 10 tahun industri game ini akan naik sampai 3 atau 4 kali lipat. Jadi dengan keunggulan Bali yang memiliki kebudayaan kuat, Saya rasa Bali akan menjadi pemain utama dan mampu menghadirkan pecinta game ke Bali.

Komunitas Musik, Gede Bagus menyampaikan ini adalah hari yang Kita tunggu-tunggu untuk bisa bertemu dengan Gubernur Bali, Wayan Koster. Karena ekosistem musik Kita di Bali sehat dan musisi Kita banyak sekali. Setiap tahun Kami konsisten punya 850 lebih musisi yang produktif dan Kita dapat 250 sampai 400 karya baru setiap tahunnya yang dirilis secara digital. Untuk itu, Kita berharap di Bali ada Badan Pelindung Pengelolaan Karya Musisi Musik yang nantinya akan menjadi aset dan warisan yang besar untuk daerah Bali. “Karena Bali adalah pintu global dan setiap tempat di Bali ada live entertainment musik, maka Kita berharap musisi musik di Bali dapat dioptimalkan peranannya,” ujar Gede Bagus.

Komunitas Film, Gus Ari menyampaikan semenjak puluhan tahun Kami sudah berkarya, namun di Bali Kami belum dikategorikan terlihat dari temen temen yang lain. Sebenarnya Bali telah menjadi industri film berstandar nasional dan internasional dan di era digital film maker di Bali belum mendapatkan kesempatan yang luas, baik secara pendistribusian maupun dilibatkan di dalam pembuatan film. Hal ini diakibatkan secara regulasi belum ada di Bali, sedangkan film maker dari luar negeri telah memproduksi film dari Bali, namun Kami masih menjadi penonton, sedangkan kualitas temen lokal di Bali sangat besar, bahkan prestasinya tidak kalah dengan temen di nasional dan internasional. Atas hal itulah, Bali yang memiliki 56 bioskop, tercatat satu pun hasil karya yang Kami buat tidak pernah ada yang ditampilkan di bioskop tersebut.

Komunitas Digital Art, Gusman Mones menyatakan Kita bekerja melalui seni dengan menerapkan digital. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan digital art semakin meluas, seperti membuat imajinasi. Kemudian memasuki era pandemi, digital art dibutuhkan untuk membantu UMKM di dalam mempromosikan produknya, dan semakin lama digital art dibutuhkan serta menjadi tren anak muda, sehingga banyak kampus-kampus yang berdiri sekarang telah mengembangkan jurusan digital, bahkan ada kampus yang jam kuliahnya dari reguler sampai ekstensi. “Jadi digital art adalah aset yang Kita miliki, karena Bali memiliki kekuatan budaya dengan tradisi dan kearifan lokalnya yang orang lain tidak bisa meniru kekuatan budaya Kita,” kata Gusman Mones.

Komunitas Comedy, Ida Bagus Anggara menyampaikan komunitas comedy ini berdiri sejak tahun 2011 dengan latar belakang anggota yang bermacam-macam dengan berprofesi bermacam-macam, mulai ada guru, satpam, pengangguran, hingga tukang servis handphone. “Komunitas Kita cukup berprestasi ditingkat nasional dan sempat diundang di Jakarta Comedy Festival, karena itu Kita berharap kepada Pemerintah Provinsi Bali untuk bisa mengkolaborasikan Kita dengan seniman lawak Bali untuk tampil dalam satu event,” ujarnya.

Komunitas Content Creator dan Theater, David menyampaikan ini merupakan momentum yang sangat baik untuk memberdayakan Kami di komunitas di dalam membantu mempromosikan pembangunan Bali melalui content creator dan theater. (RED-MB)