Gubernur Bali: Reklamasi Milik Rakyat Bali
Gelombang penolakan terhadap rencana revitalisasi Teluk Benoa ditanggapi dengan santai namun serius oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Ditemui usai Rapat Paripurna di DPRD Bali, Renon, Kamis (04/02) Pastika mengungkapkan masyarakat khususnya yang menolak, tidak hanya sekedar menolak dan ikut-ikutan. Namun menurutnya, harus dipahami dulu kondisi yang sesungguhnya di Teluk Benoa, termasuk 12 Desa Adat yang menyatakan menolak adanya revitalisasi atau reklamasi.
“Menurut saya tidak paham persis Disangkanya, rekamasi proyek Mangku Pastika. Itu keliru, bukan milik Mangku Pastika. Itu milik rakyat Bali,” katanya.
Dikatakan, reklamasi bukan hanya menutup satu pulau, tapi dibuat 12 pulau. Jarak antar pulau 100 sampai 200 meter dengan kedalam 2,5 meter. Jadi kalau itu surut pun masih ada 2,5 meter dibawah.”Kalau sekarang, surut tinggal lumpur dan sampah, tidak bisa dimanfaatkan apa-apa,”ujarnya.
Selain itu, Teluk Benoa itu sudah rusak karena sedimentasi dan sampah. Setiap tahun sedimentasi dan sampah berkontribusi menaikkan 30 sentimeter.
“Kita bisa bayangkan tiga puluh tahun yang akan datang kalau dibiarkan terus menerus. Harus ada perbaikan. Tapi perbaikan sekaligus memberi manfaat,” terangnya.
Pastika juga menegaskan bahwa revitalisasi bukan berarti menyerahkan sepenuhnya kepada investor. Investor hanya mendapat HGB yang berlaku selama 30 tahun. Setelah HGB habis masa berlakunya maka akan menjadi milik Provinsi Bali.
Jadi, lanjutnya, kalau ada yang membangun harus ada IMB, kalau operasional harus ada izin operasional dan harus bayar pajak. Maka bisa dihitung 10 persen dari pengasilan operasional setelah selesai dilakukan rekalmasi untuk Kabupaten Badung dan Denpasar.
Dan jika dikatakan merusak lingkungan, justru menurutnya, reklamasi tersebut memperbaiki lingkungan. Karena sekarang biota laut yang ada di Teluk Benoa tidak ada. Hanya ada lumpur dan sampah.
“Tidak ada apa-apa. Cobalah desa-desa yang tidak setuju itu, waktu surut datang kesana, baru tahu kondisinya. Ini demi Bali, bukan demi saya,” katanya.
Ditambahkannya, belum lagi dengan tenaga kerja yang akan diserap jika sudah selesai direvitalisasi. Sekarang Bali memang ada pada zona nyaman menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia. Pastika mengutip pandangan umum PDIP terkait 10 destinasi wisata yang dikembangkan menjadi Bali baru.
“Itu luar biasa dibangun habis-habisan. Danau Toba diguyur Rp. 20 triliun untuk memperbaiki semua, Komodo, Borobudur, Banyuwangi, Mandalikan, jadi jangan main-main kita,” pungkasnya. SIA-MB
2 Komentar
lanjutkan pak gub sy setuju, yg nolak hny sekedar rame2 berselfi ria dan cm ikut2an, justru memperbaiki teluk benoa akan menambah daratan drpd dibiarkan sampah menumpuk dan daratan terkikis,, nt klo sdh jd toh jg mereka akan ngelamar krjaan kesana,,,bali hrs maju dan melangkah ke depan!!!!!,,,
Tolak reklamasi teluk benoa