Foto: Suasana penuh kebersamaan dalam peringatan HUT ke-4 GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung pada Rabu 31 Mei 2023.

Badung (Metrobali.com)-

Peringatan HUT ke-4 GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali digelar penuh kebersamaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung dengan mengambil tema “Edukasi dan Literasi Pendidikan Karakter Pondasi Kuat Menuju Bangsa yang Maju dan Bermartabat” pada Rabu 31 Mei 2023.

GTS Institute Bali yang bernaung di bawah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Pang Pade Payu mengusung visi menjadi pusat pembelajaran peningkatan kualitas SDM. GTS Institut berkomitmen ikut bersama peduli dan bertanggung jawab dalam keikutsertaan untuk melahirkan generasi emas.

Mengusung spirit ” Perempuan Berkarya Warga Binaan Berjaya” peringatan HUT ke-4 GTS Institute Bali ini dimeriahkan dengan Lomba Story Telling Jegeg Merdeka Lapas Perempuan yang diikuti dengan penuh antusias oleh para warga binaan lapas perempuan. Kemudian acara penuh kebersamaan ini berlanjut dengan potong tumpeng bersama. Berbagai acara tersebut digelar bersinergi dengan Rotary Community Corps atau RCC of Lapas Perempuan, Pusat Studi Undiknas Denpasar, DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali, dan Rotary Club of Bali Bersinar.

Kegiatan yang digelar di lapas perempuan ini juga bagian mendukung program Pembelajaran Program Kompetensi Merdeka Jegeg Warga Binaan Lapas Perempuan Kerobokan “Pengembangan Sociopreneur Berkarakter” bagi warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan yang dijalankan Pusat Studi Undiknas Denpasar bersinergi dengan Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali, GTS Institute Bali, Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan serta didukung juga organisasi lainnya seperti Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu, Perempuan Indonesia Maju Provinsi Bali, dan Perempuan Berkebaya Indonesia Provinsi Bali. Program ini akan berlangsung untuk satu tahun pertama dari 22 Desember 2022 sampai 22 Desember 2023 dan akan dilihat sejauh mana warga binaan serius mengikuti program tersebut.

Sementara itu para warga binaan tampak begitu lepas mengekspresikan dirinya dalam Lomba Story Telling Jegeg Merdeka Lapas Perempuan ini. Cerita-cerita dan pesan moral yang diangkat juga merefleksikan harapan dan mimpi mereka setelah keluar dari lapas perempuan ini.

Dalam kesempatan ini GTS Institute Bali juga menyerahkan bunga Teratai kepada warga binaan Lapas Perempuan sebagai simbolasi mereka sedang dalam proses belajar dan menuju hal yang lebih baik sehingga bisa memberikan keindahan dan manfaat bagi sekitarnya.

Para warga binaan juga diberikan sesi healing penurunan gelombang otak yang dibawakan oleh Yayuk Kuswara dari DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali. Para warga binaan diajak melatih sadar senyum dan meditasi senyum dan agar ini dipraktikkan selama 20 setik sebanyak 20 kali sehari.

Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. Gung Tini Gorda dalam sambutannya mengungkapkan banyak makna kehidupan yang bisa diambil dari cerita-cerita yang disampaikan oleh para warga binaan peserta program Jegeg Merdeka. “Artinya bagaimana mengeluarkan hal-hal negatif dari dalam diri kita sendiri yang kuncinya hanya satu yakni ikhlas,” ujarnya.

Sementara itu Agung Rai Wahyuni dari Perpina Provinsi Bali mengatakan masa menempuh pembinaan di dalam lapas ini merupakan pelajaran tidak hanya bagi warga binaan saja, tetapi juga bagi semua yang hadir dalam acara tersebut.

“Ini merupakan bagian dari pembelajaran untuk bisa memilah mana yang negatif yang harus kita tinggalkan dan mana yang positif yang harus kita jadikan sebagai pelajaran untuk kita bisa melangkah lagi di masa yang akan datang,” ujarnya.

Di sisi lain, Gung Tini Gorda yang juga Ketua DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali ini juga yakin para peserta program Jegeg Merdeka tersebut bisa mengakhiri satu babak pertama program pendidikan pada 22 Desember 2024 nanti. Diharapkan juga setelah kenal lebih dekat dengan pendidikan, para warga binaan tersebut akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Lebih lanjut Gung Tini Gorda yang juga Charter President Rotary Club of Bali Bersinar dan Kepala Pusat Studi Undiknas ini mengatakan hasil psikotes yang sebelumnya telah dilakukan terhadap warga binaan peserta program Jegeg Merdeka akan menentukan langkah mereka ke depannya terkait bidang usaha yang cocok mereka kembangkan kedepannya.

Ke-50 peserta ini diharapkan nantinya menjadi pengusaha-pengusaha hebat. “Kami yakin dan optimis pada 22 Desember nanti seluruh peserta program Jegeg Merdeka ini akan lahir sebagai orang baru,” kata tokoh perempuang yang aktif di berbagai organisasi ini.

Gung Tini Gorda juga terus memompa semangat para warga binaan untuk terus berkreativitas, berinovasi dan beradaptasi. “Dari ketiga poin tersebut, yang terpenting adalah adaptasi karena jika tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan maka akan mudah untuk ditindas,” pesannya.

Gung Tini Gorda menambahkan GTS Institute Bali memiliki program unggulan yakni mencetak calon-calon ayah dan ibu. “Program ini sangat penting agar di tahun 2045 nanti bangsa Indonesia memiliki generasi emas dan kita bersama optimis hal tersebut bisa tercapai,” tegasnya.

Organisasi ini mengedepankan sejumlah misi. Pertama menyelenggarakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyenangkan bagi generasi emas.

Kedua, menyelenggarakan pelatihan keahlian dan keprofesionalan SDM yang beretika. Ketiga, menjadi mitra diskusi pemerintah, swasta, sekolah, masyarakat terkait SDM. Keempat, membuat kajian-kajian.

Spirit Good, Trustworthy, dan Smart juga terus  menjadi landasan dalam pengelolaan GTS Institute Bali sehingga ke depan akan mampu terus memberikan yang terbaik bagi peningkatan kualitas SDM putra-putri Bali.

Gung Tini Gorda menjelaskan “Good” sebagai formulasi bahwa seorang dalam melaksanakan perannya agar taat aturan. Sementara “Trustworthy” merupakan simbol kepercayaan dan kejujuran dari sebuah komitmen yang lahir dari “Good.” Jika aspek “Good” dilakukan secara konsisten maka seorang akan dipercaya hingga timbul “Trust” dan bisa menjadi panutan.

Semangat “Good” dan “Trustworthy” harus disempurnakan dengan “Smart” yang merupakan kunci untuk mempertahankan dua aspek tersebut. Smart teraktualisasi melalui tindakan yang kreatif, inovatif dan adaptif terhadap dinamika perubahan.

Sementara itu Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, Ni Luh Putu Andiyani mengapresiasi kegiatan ini. Dia mengatakan kegiatan tersebut sangat positif bagi warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan karena mereka diberikan kesempatan untuk menceritakan keluh kesah yang dipendam selama ini. “Kita harapkan para warga binaan ini nantinya bisa belajar dari pengalaman yang terdahulu sehingga tidak tersangkut kasus yang lain lagi,” katanya.

Andiyani juga berharap kepada Gung Tini Gorda beserta timnya dan organisasi yang bersinergi untuk lebih sering mengadakan kegiatan semacam ini di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan. Dijelaskannya bahwa para warga binaan ini memang sempat tersesat, namun mereka mempunyai jalan untuk menuju kehidupan yang lebih baik lagi.

Sementara itu 50 warga binaan yang mengikuti program Jegeg Merdeka ini berasal dari berbagai macam kasus seperti narkotika, dan kriminal. Mereka semua diikutkan dalam program tersebut, terutama yang memiliki ijazah SMA karena nantinya dari program Perpina Bali, juga dengan Undiknas akan memberikan kesempatan bagi mereka mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Lebih lanjut Andiyani mengatakan pihaknya sangat mengharapkan dari masyarakat luar atau organisasi manapun untuk ikut berpartisipasi menggelar kegiatan-kegiatan seperti ini di Lapas. “Sebab dalam pembinaan warga binaan tersebut tidak hanya bisa mengandalkan pihak lapas saja, tetapi juga peran serta dari masyarakat atau organisasi-organisasi. Dan hal tersebut nantinya akan bisa memaksimalkan pembinaan yang diberikan di dalam lapas,” tuturnya.

Diharapkan semua warga binaan bisa kembali ke tengah-tengah keluarga dan masyarakat, menjadi individu yang lebih baik lagi dan tidak kembali lagi ke dalam lapas. Disinilah pentingnya pihak ketiga untuk ikut membina agar para warga binaan ini memiliki skill atau ketrampilan yang bisa membantu kehidupan mereka setelah keluar dari Lapas Perempuan tersebut. (wid)