Denpasar (Metrobali.com)-

Giant mural, yakni mural berukuran besar, di dinding gedung sekeliling Pasar Badung saat ini tengah dirancang dan dibuat untuk menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo yang direncanakan akan meresmikan pengoperasian Pasar Badung, Denpasar, Jumat (22/3) yang akan datang. Gambar-gambar dinding berukuran setinggi gedung tersebut merupakan serangkaian gambar yang mengandung pesan mengenai revitalisasi pasar tradisional yang merupakan salah satu upaya menjaga kearifan tradisional. Diharapkan mural tersebut akan menjadi semacam ucapan selamat datang bagi Presiden Jokowi yang dikenal dangat peduli terhadap pemajuan industri kreatif berbasis kearifan lokal.

Ketua Pelaksana Harian Badan Kreatif Denpasar, I Putu Yuliartha, menerangkan selain untuk menyambut kedatangan Presiden Jokowi, sejatinya pembuatan mural tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan pesan-pesan dari kearifan tradisional dengan gaya kekinian. Menurutnya, pesan-pesan tersebut menyakup ajakan kepada masyarakat agar bangga berbelanja dan berjualan di pasar tradisional.

“Arahan Bapak Walikota, mural ini diupayakan menjadi salah satu daya tarik yang mengubah imej pasar tradisional sebagai tempat yang kumuh menjadi tempat yang menarik dan menyenangkan untuk dikunjungi,” papar Yuliartha yang akrab disapa Putu Lengkong tersebut.

Putu Lengkong menambahkan, bahwa pembuatan giant mural dan ornament-ornamen kreatif lainnya itu juga merupakan salah satu upaya menjadikan pasar terbesar di Bali tersebut sebagai inspirasi bagi pasar-pasar lain di seluruh Bali, bahkan di seluruh Indonesia.

Proyek giant mural tersebut digarap oleh 30 kreator muda dari Sekolah Tinggi Desain (STD) Bali yang bekerja dengan mengedepankan idealisme. Pembiayaan bersumber dari donasi berbagai pihak baik dalam bentuk CSR maupun bentuk lainnya.

Mural Awig

Ditanya mengenai kecenderungan tren mural di Kota Denpasar, Putu Lengkong mengatakan bahwa saat ini gairah bermural di Kota Depasar begitu menarik. Semakin banyak muralis yang membuat ingin mengeskpresikan karya mereka di dinding-dinding kota dengan konsep yang jelas. Jadi mural sebagai ekspresi kreatif, bukan sebagai ekpresi vandalisme yang asal coret.

Melihat itu Badan Kreatif Denpasar mengarahkan mereka melalui tantangan-tantangan kreatif seperti meminta mereka membuat mural yang mengangkat pesan dari _awig-awig_ (peraturan Adat) yang berlaku di masyarakat Bali.

“Rupanya tantangan itu membuat mereka tertarik dan berpikir keras untuk mengekspresikan pesan tradisi dengan ekspresi masa kini,” tandas Mantan Ketua Umum HIPMI Denpasar itu.

Editor : Hana Sutiawati