WARGA petani di wilayah Subak Basang Be, Desa Perean Kangin, Kec. Baturiti Tabanan, lima tahun terakhir terus mengupayakan sistem pertanian organik, khususnya padi sawah. Hasil pertaniannya sampai  saat ini memang sangat memuaskan.

Ketua Kelompok Tani Padang Jerak Wayan Gede Kariasa, saat ditemui wartawan Metro Bali, Minggu (9/10/2011) di Subak Basang Be, Baturiti, Tabanan mengatakan, hingga saat  ini kelompoknya secara bertahap terus mencoba metode alternatif untuk mendukung sistem pertanian organik, khususnya padi sawah. Hal ini sudah menjadi kesepakatan anggota, kelompok yang terdiri dari 30 orang petani dengan luas lahan sawah seluas 55 hektar.

Untuk produk padi organik Wayan Gede Kariasa menambahkan, perlakuan dan olah lahan diusahakan tanpa menggunakan pupuk maupun pestisida kimia, meminimalkan penggunaan sampah plastik dan teknologi yang mencemarkan udara. ‘’Dan yang terpenting semua tahapan pertanian sangat erat dan selaras dengan budaya, agama  dan keyakinan lokal,’’ katanya seraya menambahkan, saat ini anggota kelompoknya terus melakukan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

Sejalan dengan itu I Nyoman Rajin, Kelian Subak Basang Be mengatakan, metode pertanian organik padi sawah di desanya terus diselaraskan mulai dari tahapan Mapag Toya, Mawinih, Ngawiwit, Nyaeb, Maiseh, Biu Kukung, Masabe dan Mantenin.  Bahkan saat ini anggota kelompok sudah melirik pengembangan usaha ekonomi kreatif, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, dan pemasaran pasca panen,  yang dapat mendukung sistem pertanian organik dalam arti yang lebih luas.

Subak Basang Be berada di ketinggian 600 m di atas permukaan laut dengan udara yang sejuk, kondisi alam yang alami menjadikan kawasan Subak Basang Be potensial untuk mempertahankan dan memelihara sistem pertanian padi organik yang sudah menjadi warisan leluhur sejak lama. Saat ini, seiring dengan kesadaran konsumen dalam mengkonsumsi pangan sehat, permintaan akan produk pangan organik terus meningkat di pasaran.(MN)