Keterangan foto: Bioskop Tukad #2 bertema “Merawat Sungai, Merawat Masa Depan” yang digelar di Taman Kumbasari, Tukad Badung, Sabtu malam (22/6/2019)/MB

Denpasar, (Metrobali.com) –

Sungai sangat berperan penting untuk mendorong kemajuan sebuah bangsa.  Sungai yang “sehat” akan mendorong kemajuan bangsa di sekitar sungai tersebut baik dalam bidang perdagangan, pertanian, maupun kebudayaan. Bangsa-bangsa Mesopotamia bersandar pada sungai Tigris dan Sungai Eufrat; Bangsa Afrika, khususnya Mesir, bergantung pada Sungai Nil;  Bangsa India pada Sungai Indus;  Bangsa Cina bersandar pada Sungai Kuning; dan seterusnya. Di Nusantara banyak contoh peradaban bear tumbuh dan berkembang di kawasan sekitar aliran sungai. Sejak Kerajaan Kutai di Sungai Mahakam, hingga Majapahit di Kawasan Sungai Berantas. Itulah yang menjadi dasar kuratorial film-film dokumenter yang diputar pada acara Bioskop Tukad #2 bertema “Merawat Sungai, Merawat Masa Depan” yang digelar di Taman Kumbasari, Tukad Badung, Sabtu malam (22/6/2019).

Menurut IGK Trisna Pramana, Koordinator Program Bioskop Tukad, dengan memutar film-film dokumenter dan dokudrama bertema perawatan sungai diharapkan publik yang sudah paham teringat kembali mengenai hal tersebut, dan publik yang belum mengetahui mendapat wawasan baru mengenai pentingnya merawat sungai untuk kelangsungan peradaban. “Dari film-film tersebut kita semua bisa belajar mengenai pentingnya merawat sungai untuk kemuliaan generasi mendatang,” ujar Tutut, sapaan akrabnya.

Adapun film-film dokumenter tentang sungai yang diputar tersebut adalah “What Makes Denpasar” yang bekisah tentang kehidupan di sekitar Tukad Badung, Denpasar; “Namami Gange” yang memaparkan tentang proyek sangat ambisius pemerintah India untuk menata Sungai Gangga menjadi kawasan terpadu yang memuliakan sungai tersebut sekaligus menjadikannya sebagai kawasan yang menghadirkan kemakmuran bagi rakyat India; “Colorado River – I Am Red” sebuah film puitik yang memberi peringatan kepada bangsa-bangsa di Amerika Serikat agar menjaga sungai tersebut untuk keberlangsungan peradaban bangsa-bangsa yang ada di sekitarnya.

Kemudian, film “The Water City – Gujo Hachima” dan “Mekong, The River of Nine Dragons” menceritakan mengenai arti penting kedua sungai tersebut bagi masyarakat di sekitarnya dan bagaimana masyarakat (termasuk pemerintah di dalamnya) menjaga dan melestarikannya sehingga keduanya menjadi sumber kemaslahatan bagi masyarakat dalam cakupan yang lebih luas.

Selain itu, “The Short Tailed River Stingray – River Monsters” menceritakan tentang sebuah sungai yang menjadi semacam penampungan bagi ikan-ikan pari yang buntung ekornya akibat ulah para pemburu liar.  Selanjutnya, dua film yang diambil di pedalaman Kalimantan (Sungai Utik Masyarakat Dayak Iban dan “Long Sa’an”) bercerita tentang betapa sungai menjadi urat nadi kehidupan yang menghubungkna titik peradaban satu dengan lainnya.

“Intinya, melalui film-film yang kami putar ini kami mengajak diri kami sendiri dan masyarakat yang menonton acara ini semakin menyadari mengenai betapa pentingnya merawat sungai bagi kehidupan yang lebih baik.  Apalagi di Bali sungai mempunyai arti dan filosofi tersendiri diluar fungsinya untuk menyalurkan air dari hulu ke hilir,” pungkas Tutut.

Di bagian lain Tutut memaparkan bahwa Program Bioskop Tukad merupakan program mengenalkan dan mendekatkan film dokumenter kepada masyarakat Kota Denpasar dan pemanasan menuju puncak acara Denpasar Documentary Film Festival (DDFF) 2019 yang akan diselenggarakan pada bulan September mendatang.

Editor: Hana Sutiawati