Isyarat Raja Jawa untuk Rakyat Indonesia

 

Denpasar, (Metrobali.com)

Kemarin Ganjar Pranowo berkunjung ke Kepatihan Yogyakarta. Secara pribadi, Sri Sultan Hamengkubuwana X menyambutnya dengan hangat. Pertemuan itu juga menandakan bahwa Ganjar menjadi calon presiden yang pertama kali sowan ke Ngarso Dalem.

Memang sudah dinanti-nantikan siapa sosok capres yang pertama kali akan diterima Sri Sultan. Ini menyangkut tradisi, juga fenomena populer di kalangan masyarakat Jawa, bahwa capres yang pertama kali diterima Sri Sultan selalu memenangi pemilu. Tak main-main, rentetan peristiwa itu sudah berlangsung sejak Pilpres 2004. Dari SBY hingga Jokowi. Inilah yang membuat pertemuan capres dengan Sri Sultan tersebut menarik dan ditunggu banyak orang.

Sri Sultan dan Kraton Yogyakarta adalah simbol masyarakat Jawa. Tak ada yang meragukan betapa kuatnya ketokohan Sri Sultan sebagai figur pemimpin Jawa. Karena itu sudah hampir pasti semua kandidat capres akan sowan ke Sri Sultan menjelang pemilihan, sejak bertahun-tahun lalu. Lantas kenapa Ganjar Pranowo yang diterima pertama kali? Apakah ini kebetulan? Sepertinya tidak.

Inilah yang kusebut sebagai isyarat yang sedang diperlihatkan Sri Sultan kepada kita semua. Ia memang tak mungkin mengumumkan dukungannya secara gamblang. Namun dari keputusannya untuk menerima Ganjar Pranowo pertama kali, sudah pasti bisa kita maknai sebagai satu sikap politiknya.

Apalagi jika kita cermati pertemuan itu juga berlangsung selama dua jam, tentu saja itu waktu yang lama untuk ukuran para tokoh. Mereka bahkan berbincang empat mata. Banyak hal yang dibahas pastinya, termasuk menyangkut isu-isu strategis tentang masa depan bangsa ini.

Dengan kematangan pemikiran dan sifat pengayomnya, penilaian Raja Jawa terhadap seorang calon presiden memang menjadi begitu penting. Kita tahu Sri Sultan sudah selesai dengan dirinya. Apa yang ada di pelupuk matanya hanyalah bayangan tentang bangsa ini beserta nasib masyarakatnya, yang semua itu bergantung erat pada sosok pemimpinnya.

Sri Sultan tahu betul siapa Ganjar. Ia mengaku mengenalnya sudah lama. Sudah pasti ia juga paham karakter kepemimpinan Ganjar yang dekat dengan rakyat, tidak abai terhadap aspirasi sekecil apapun. Pernah ada peristiwa ketika hampir semua masyarakat Yogya turun ke jalan untuk mempertahankan status keistimewaan daerah tersebut. Ganjar Pranowo yang waktu itu menjabat DPR RI pun mendengar hingga terlibat langsung dalam melahirkan undang-undang keistimewaan untuk menjawab keresahan masyarakat Yogyakarta.

Selama menjabat Gubernur Jateng, Ganjar kian dikenal sebagai pemimpin responsif, dan mau turun langsung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Karakter kepemimpinan semacam inilah yang tampaknya terus dibawa Ganjar. Gerak cepat, sat-set, adalah gambaran yang melekat pada diri Ganjar Pranowo.

Pada akhirnya isyarat Sri Sultan pun mampu menebarkan energi yang begitu besar. Masyarakat tampak antusias dengan pertemuan itu. Begitu juga di media sosial. Semua akan berjibaku, gotong royong, untuk merealisasikan harapan-harapan itu, membawa bangsa ini lebih baik dan bermartabat. Tentu saja itu bukan hal yang mustahil.

Menurut pengamat politik dan sosial I Gde Sudibya, alulasan ini benar adanya, dari perspektif kultural kepemimpinan Jawa, dan dari perspektif kepemimpinan “nation state” Indonesia.

Dikatakan, GP adalah sosok manusia yang memegah teguh tinggi kearifan budaya Jawa: respek pada senior, setia pada organisasi dan idealisme organisasi, rendah hati dalam berelasi dengan semua lapisan masyarakat, tampak dari “gesture”tubuhnya selama perjalanan karier politiknya.

Menurutnya, GP berempati pada “wong cilik” , menjalankan amanah dalam berkarya, selama dua periode menjadi anggota DPR dan dua periode selaku Gubernur Jawa Tengah.

“Empati tidak sebatas diucapkan, melalui tindakan selaku Gubernur: persekolahan bagi warga miskin, pengendalian harga pokok pangan, prioritas anggaran bagi: kaum perempuan, penyandang disabilitas dan masyarakat pinggiran,” katanya.

Dikatakan, ucapan-ucapan yang menyentuh tentang keprihatannya terhadap para supir truk yang sulit memperoleh solar, demikian juga nelayan, dan keluhan petani kesulitan memperoleh pupuk. Pemimpin yang membumi, menangkap denyut jantung dan suara hati rakyat, pemimpin dengan kualifikasi negarawan.

Menurutnya, di pasangan GAMA, program peningkatan kesejahteraan rakyat, yang terangkum sistimatik kongkrit dalam 21 program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kecil dalam lingkup luas: harga pangan yang terjangkau, kesempatan kerja luas yang terukur, fasilitas kesehatan di akar rumput, peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan dan program kemanusiaan lainnya.

“Keseriusan dalam pembrantasan KKN memberikan impresi, bersama Pak Machfud, Ganjar Pranowo pemimpin pembeti harapan, sekaligus “problem solver” dari permasalahan bangsa yang menggunung,” katanya. (Adi Putra)