Denpasar (Metrobali.com) 

 

Dunia penyiaran saat ini menghadapi tantangan besar, misalnya, keterdesakan dari media-media baru, tantangan kreativitas konten yang sesuai dengan azas dan tujuan penyiaran dan tantangan partisipasi publik.

Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali I Made Sunarsa di Denpasar, Rabu (25/11/2020)

“Sebagai upaya menggairahkan dunia penyiaran yang tengah lesu darah itu, pihaknya menggagas Gerakan Masyarakat Cinta Penyiaran (Gemacipa) 2020. Gagasan ini juga didukung penuh Pemerintah Provinsi Bali,” terang Sunarsa.

Seiring perkembangan teknologi informasi, menurut Sunarsa, masyarakat lebih memilih menikmati konten yang disediakan oleh platform online, seperti YouTube, Spotify, Joox dan yang lain. Tak bisa dipungkiri lagi, perkembangan media yang begitu pesat berbanding terbalik dengan tayangan-tayangan televisi maupun radio yang mulai ditinggalkan, dengan alasan klasik. Sudah tidak menarik lagi.

“Meskipun kita juga tahu bahwa terkadang kontennya banyak mengandung hoax dan hiburan yang tidak sehat, masyarakat juga tidak banyak yang mau berpartisipasi dalam bentuk aduan ataupun saran yang ditujukan kepada Lembaga penyiaran maupoun kepada Komisi Penyiran Indonesia Daerah terkait siaran yang kurang baik atau terindikasi melanggar,” tuturnya.

Ia merinci ada enam rangkaian dalam Gemacipa 2020. Di antaranya, webinar digitalisasi penyiaran bertema ‘Digitalisasi Penyiaran dalam Perspektif Mencerdaskan Masyarakat Bali dan Membangun Potensi Perekonomian Bali’, lomba iklan layanan masyarakat cintai penyiaran, siaran berbahasa Bali serentak di radio dan televisi di seluruh Bali, pembagian seribu radio kepada masyarakat, radio Academy III, dan KPID Bali awards 2020.

Untuk dewan juri, selain komisioner internal, KPID Bali melibatkan praktisi dan akademisi, yakni Wayan Sudiarsa (Komisioner KPID Bali), Agung Suprio (Ketua KPI Pusat), Erick EST (Videografer), Dr. Ni Made Ras Amanda Gelgel (Akademisi), serta I Gusti Agung Bagus Mantra (Praktisi penyiaran). (hd)