framnetari3

Denpasar (Metrobali.com)-

Para seniman Kota Denpasar terus berupaya untuk mengangkat cerita tentang keberadaan daerah-daerah di Kota Denpasar yang memiliki sejarah dalam setiap garapannya. Seperti Sekaa Gong Waja Semara, Banjar Wangaya Kaja, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara telah mengangkat cerita keberadaan Br. Wangaya itu sendiri dalam sebuah framentari “Wongaya”. Diangkatnya kisah daerah-daerah yang memiliki sejarah di Kota Denpasar diharapkan lebih memperkenalkan daerah tersebut pada generasi penerus terutama masyarakat Wangaya. Tentunya ini menjadi suatu kebanggaan dan sebagai ajang pelestarian terhadap budaya leluhur yang ada dengan mengetahui makna dari nama daerah tersebut.

Penampilan Sekaa Gong Waja Semara, Banjar Wangaya Kaja disaksikan langsung Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra yang didampingi Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara, Kamis malam (26/6) di panggung terbuka Arda Candra, Art Center Denpasar. Duta Kota Denpasar tersebut dalam penampilannya berhadapan dengan Duta Kabupaten Tabanan mampu menyedot penonton yang mengunjungi Art Center. Bahkan saking antusiasnya para penonton untuk menyaksikan penampilan kedua duta seni tersebut tidak ada tempat duduk yang kosong di panggung terbuka tersebut.

Fragmentari “Wongaya” mengisahkan keberhasilan Kyayi Nyoman Tegeh membantuk kakak tirinya Kyayi Wayah Tengeh untuk mengalahkan Kyayi Plase penguasa Kuta. Atas keberhasilan tersebut Kyayi Nyoman Tegeh diberikan kekuasaan Tegeh Kori yang saat itu wilayah kekuasaannya diberi nama Pemecutan Badung. Dibawah kepemimpinan Kyayi Nyoman Tegeh yang juga dijuluki Kyayi Jambe Pole rakyatnya sangat sejahtera dan sangat berbakti pada Kyayi Jambe Pole.

Mengingat telah terjadi pertempuran beberapa waktu lalu Kyayi Jambe Pole mengajak seluruh masyarakat untuk mengadakan upacara pengeruwatan sawah dan perairan. Dengan begitu setianya seluruh masyarakat melakukan upacara tersebut maka Kyayi Jambe Pole mengeluarkan Bhisama ” wahai pengikut leluhurku yang setia karena kesetiaan dan kekuatan kamu baktikan kepada leluhurku, maka wilayah yang engkau tempati Ku beri nama Wong Aya. Yang mana Wong berarta manusi dan Aya berarti kekuatan bakti yang tulus sehingga wilayah tersebut dikenal Wangaya.

Disamping menampilkan fragmentari tersebut Duta Kota Denpasar menampilkan beberapa garapan lainnya seperti tabuh lelambatan “Wajang Kiyeng”. Garapan ini mengisahkan sebagai kota besar perkembangan pembangunan sangat pesat sehingga aling fungsi lahan juga sangat besar. Melalui garapan ini penggarap Ketut Suandita mengharapkan untuk menjaga keberadaan tanah pertanian di Kota Denpasar.

Tari kreasi “Kedis Tenggek” yang menjadi Maskot Kota Denpasar juga ditampilkan dengan penuh enerjik. Kreasi ini sebagai bentuk komitmen Pemeritnah Kota Denpasar untuk terus melestarikan satwa ada diantara Kedis Tenggek yang semakin hari semakin punah. AD-MB