Klungkung ( Metrobali.com )-

Sebanyak 230 delegasi Forum Pemuda APEC dari 21 Negara Jumat ( 4/10 ) sekira pukul 09.00 wita tiba di Kamasan Klungkung. Kedatangan  Forum Pemuda APEC ke Desa Kamasan Klungkung  ingin belajar melukis wayang Klasik Kamasan di banjar Geria Kamasan, Klungkung. Mereka dibimbing 15 mentor yang juga mantan murid dari Maestro seni lukis wayang klasik Kamasan Nyoman Mandra dan Mangku Kondra.

Terpantau Metrobali.com, masing masing peserta langsung diberikan contoh tokoh wayang yang harus dilukis. Sementara satu lembar lagi isi sketsa tokoh Wayang yang harus di warnai. Dengan diberi waktu satu jam mereka harus sudah selesai mewarnai sketsa tokoh wayang yang sudah ditentukan. Peserta nampak kebingungan saat belajar mewarnai. Suasana ditempat tersebut layaknya mirip anak anak TK yang sedang mewarnai lukisan.

Sementara itu sang mentor nampak memantau. Sesekali langsung member intruksi. Terkadang mengambil kuas yang dipakai untuk memberi contoh menggoreskan kuas di atas kertas yang berisi seketsa tersebut.

Wayan Pande Sumantra salah satu montor asal banjar Pande Kamasan yang juga sebagai pelukis wayang klasik Kamasan mengatakan kalau rata rata delegasi cukup piawai memasang paduan warna pada sketsa yang diberikan. “Biasanya orang kalau Turis itu punya ketelatenan dalam memasang warna,” ujarnya.

Perlu diketahui lukisan wayang Kamasan disebut sebagai lukisan Klasik karena pekamnya. Sebab lukisan wayang Kamasan tersebut ditemukan di Kamasan dengan pakam dan gaya Kamasan asli. Pakem dan gaya lukisan ini lah yang dipertahankan sampai sekarang sehingga wayang Klasik Kamasan cukup dikenal di mancanegara.

Sumantra  mengaku sering memberikan kursus kepada turis mancanegara yang datang ke kamasan untuk belajar melukis. Para pemuda delegasi dalam mewarnai lukisan dengan tema yang diberikan adalah terkait kisah Mahabrata dan Ramayana. Bahan pewarna masih menggunakan warna Klasik dari bebatuan yang didapat di wilayah Serangan. Proses pembuatan warna menurut Sumantra adalah bebatuan tersebut terlebih dahulu dihancurkan kemudian dicampur air. Campuran inilah yang dipakai sebagai campuran dasar semua warna untuk lukisan Kamasan. Tujuannya  untuk memperkuat warna sehingga lukisan wayang Kamasan bisa bertahan hingga ratusan tahun.

Salah satu peserta Veronica 29 asal Mexico mengaku senang bisa belajar melukis di Kamasan. Wanita berkulit putih yang juga seorang Guru SMA di Negeranya tersebut dirinya mengaku baru pertama kali datang di Bali khususnya di Kamasan. Dia merasa terkesan dengan desa ini dan dirinya berjanji suat saat akan datang lagi ke Kamasan.  Dia juga mengatakan kalau dinegaranya tidak mengenal tokoh dalam pewayangan.

Diakhir belajar melukis Sementara mengatakan melukis itu adalah bayangan diri. Pihaknya meminta kepada semua peserta agar membawa hasil lukisanya tersebut sebagai kenang kenangan di negaranya.

Selanjutnya sebanyak 230 pemuda Forum Delegasi APEC menuju obyek wisata Kerta Gosa untuk makan siang. Terpantau ketika satu persatu diberi makanan yang disajikan memakai ingka ( makan yang sudah disiapkan menggunakan sejeni baki ) besar dan ditutup menggunakan saab  dengan serentak mengambil penutup makan  ( saab ) untuk ditaruh dikepala alias dipakai topi. Untuk membuka buah salakpun kebanyak pemuda delegasi itu kesulitan, dimaklumi karena mereka baru pertama kali dihidangkan buah salak. Usai makan siang mereka menuju Kerta Gosa untuk melihat lihat gambar wayang yang ada diplapon. SUS-MB