Foto: Pelatihan Pembuatan Silase Rumput Gajah serangkaian kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana Tahun 2021 di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli,  Jumat (2/7/2021).

Bangli (Metrobali.com)-

Manajemen pakan ternak masih menjadi salah satu permasalahan bagi peternak secara umum termasuk peternak ruminansia (seperti sapi, kambing, domba). Terlebih pula komponen biaya pakan ternak merupakan komponen biaya mayoritas dalam peternakan yang bisa mencapai 60 persen hingga 70 persen.

Dalam pola ternak yang konvensional dimana peternak hanya mengandalkan hijauan baik jenis rumput maupun legume yang  ketersediaannya menjadi persoalan tersendiri ketika masuk musim kemarau karena ketersediaan hijauan biasanya lebih terbatas dibandingkan musim hujan.

Persoalan ketersediaan pakan ternak berkualitas ini pula yang kerap dialami peternak sapi di Bali utamanya di musim kemarau. Belum lagi jika bicara pola konvensional dalam penyediaan pakan ternak dimana peternak harus setiap hari ngarit atau menyabit/mencari hijauan untuk ternak sapinya.

Padahal sudah ada teknologi pakan sederhana yang bisa meningkatkan efisiensi dalam biaya penyediaan pakan ternak namun tetap juga mampu menjaga kualitas pakan ternak yakni dengan pakan silase. Penggunaan pakan silase/pakan simpan untuk pakan ternak sapi ini juga yang terus didorong dan diedukasi kepada para peternak sapi di Bali oleh Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana (Unud).

Misalnya dalam kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Udayana Tahun 2021 di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli,  Jumat (2/7/2021) yang salah satu materinya adalah edukasi dan pelatihan mengenai pembuatan pakan silase untuk pakan ternak sapi.

Kegiatan pelatihan yang dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana, MS., ini menghadirkan sejumlah narasumber dari Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Diantaranya dari Dr. Ir. I Gusti Lanang Oka Cakra, M.Si., yang membawakan materi Pembuatan Silase Rumput Gajah.

Lalu Dr. Ir. Ni Wayan Siti, M.Si., dengan materi Pengolahan Limbah ternak untuk Pupuk Organik. Narasumber ketiga yakni Prof. Dr. Ir. I Gst. Nym. Gde Bidura, MS., IPM., Asean.Eng., dengan materi Manajemen Peternakan Babi.

“Kami ingin mengedukasi dan mengubah kebiasaan peternak sapi bahwa ada teknologi pakan simpan yang sederhana yakni dengan silase,” kata Ketua Panitia, Dr. Ir. I Gusti Lanang Oka Cakra, M.Si.

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan/jerami dengan jumlah kadar atau kandungan air pada tingkat tertentu (bisa juga ditambahkan dengan dedak jika ada dan akan lebih baik) kemudian dimasukkan dalam sebuah tempat/wadah yang tertutup rapat kedap udara selama kurang lebih tiga minggu. Tempat pembuatan silase ini bisa berupa silo (bak pakan), tong, maupun plastik.

Di dalam wadah tersebut akan terjadi beberapa proses anaerob, dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi.

Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama (hinga berbulan-bulan) tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.

Dibandingkan harus memberikan hijauan segar kepada sapi dengan pola ngarit/menyabit setiap hari, pembuatan dan penggunaan pakan silase tentu mampu lebih memudahkan petani karena tidak perlu ngarit setiap hari melainkan cukup membuat pakan silase sekali lalu disimpan dan tinggal diberikan secukupnya kepada ternak. Penggunaan pakan silase juga bisa lebih menghemat biaya sehingga lebih efisien dalam biaya manajemen pakan.

Lanang mengaku pihaknya dari Fakultas Peternakan Unud sudah beberapa kali keliling sejumlah desa di Bali untuk mengedukasi peternak sapi menggunakan pakan silase yang cara pembuatannya sangat sederhana dan bahan bakunya tidak perlu membeli, sebab hijauan bahan silase ini semua sudah dimiliki oleh peternak.

Misalnya bahan baku silase ini bisa berupa rumput gajah seperti halnya materi pelatihan silase dari rumput gajah yang diberikan kepada peternak di Desa Pengotan ini. Bahan lainnya dari jenis hijauan apapun yang biasa dimakan sapi bisa digunakan, misalnya dari kaliandra, gamal, indigofera, daun pisang, daun nangka, termasuk daun singkong dan jenis hijauan lainnya.

“Tapi kembali kebiasaan dan mindset peternak yang susah berubah. Namun kami akan terus mengedukasi peternak agar mau memproduksi dan menggunakan pakan silase,” kata pria asal Desa Sidemen, Karangasem ini.

Perbekel Desa Pengotan, I Kadek Yastawan mengapresiasi pelatihan dan pendampingan kepada peternak yang diberikan Fakultas Peternakan Unud ini. Pihaknya pun berharap materi yang diberikan seperti teknologi pembuatan pakan silase bisa diterapkan oleh peternak sapi dalam rangka juga meningkatkan hasil peternakan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan peternak sapi di desanya. (wid)