Fakta Inflasi Bali di Februari 2012
Bali mengalami inflasi perdesaan tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 0,81 persen selama Februari 2012 atau hampir dua kali lipat dibanding inflasi secara nasional yang hanya 0,46 persen.
————————————————————————————
PADA bulan Februari 2012 di Kota Denpasar terjadi inflasi sebesar 0,63 persen. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Februari) 2012 sebesar 1,54 persen dan laju inflasi ”Year on Year” (Februari 2012 terhadap Februari 2011) sebesar 4,28 persen. Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Gede Suarsa, di Denpasar, Kamis (1/3).
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa yaitu kelompok bahan makanan 1,06 persen, kelompok makanan jadi, rokok, dan tembakau 1,93 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,63 persen, kelompok sandang 0,49 persen, kelompok kesehatan 0,05 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,09 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,75 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga selama bulan Februari 2012 antara lain nasi, telur ayam ras, beras, kacang panjang, kontrak rumah, batu bata, sewa rumah, semen, dan mobil. Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain angkutan udara, daging ayam ras, ikan jangki, sawi hijau, wortel, apel, jeruk, udang basah, cabe merah, dan daging ayam kampung.
Dari 66 kota tercatat 40 kota yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Mataram 1,73 persen dan terendah di Tangerang 0,03 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Jambi 1,29 persen dan deflasi terendah di Palu 0,04 persen. Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Denpasar menempati urutan ke-12 dari 40 kota yang mengalami inflasi.
Bali alami inflasi perdesaan tertinggi di Indonesia
Bali mengalami inflasi perdesaan tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 0,81 persen selama Februari 2012 atau hampir dua kali lipat dibanding inflasi secara nasional yang hanya 0,46 persen. Kondisi itu menempatkan Pulau Dewata pada urutan tertinggi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan.
Ia mengatakan, dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran survei 30 di antaranya mengalami inflasi dan tiga provinsi deflasi perdesaan. Inflasi perdesaan terendah terjadi di Sumatera Selatan yakni sebesar 0,02 persen dan deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Lampung sebesar 0,12 persen.
Suarsa menambahkan, inflasi perdesaan itu sangat dipengaruhi oleh nilai tukar petani (NTP) dan perubahan indeks. NTP Bali selama Februari 2012 sebesar 108,04 persen, meningkat 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 108 persen. Kenaikan NTP Bali melampaui NTP nasional, berkat kenaikan subsektor utama yang meliputi perkebunan rakyat sebesar 1,05 persen.
Demikian pula hasil pemantauan harga-harga di daerah pedesaan Pulau Bali menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya. Gede Suarsa menambahkan, peningkatan NTP tersebut berkat kenaikan nilai indeks yang diterima petani sebesar 0,70 persen dan indeks yang diterima petani dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani pada subsektor hortikultura.
Sementara itu, meski Nilai Tukar Petani (NTP) Bali pada Februari 2012 berada di atas angka nasional yakni sebesar 108,40 dan NTP Nasional hanya di kisaran 105,10, namun bila dicermati masing-masing subsektor, ternyata NTP subsektor tanaman pangan (padi dan palawija) di bulan Februari justru mengalami penurunan NTP sebesar 1,25 persen. Hal ini didorong oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,50 persen. Disisi lain indeks yang dibayar petani justru mengalami peningkatan. Komoditas yang mengalami penurunan harga pada subsektor ini adalah Gabah Kering Giling (GKG).
Bahkan setelah cukup lama diperdagangkan dikisaran Rp 4.000 per kg, harga gabah untuk kualitas gabah kering panen (GKP) yang menjadi mayoritas produksi petani Bali tampaknya mulai mengalami penurunan. Penurunan kualitas dan harga gabah dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Gde Suarsa, Minggu (4/3) kemarin, akibat sejumlah sentra produksi pertanian pada musim panen mengalami gagal panen karena hujan yang berkepanjangan.
Lanjut Suarsa menjelaskan, umumnya petani wilayah propinsi Bali menjual gabah dalam bentuk GKP, namun berdasarkan observasi pada Februari 2012 ditemukan 34,55 persen petani yang menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) yaitu dengan kadar air di atas 25 persen. Hal itu tentu saja sekaligus mempengaruhi harga jual gabah di Bali, dimana di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP pada Februari 2012 dibanding bulan Januari 2012 yaitu sebesar 3,43 persen di tingkat petani dan 1,90 persen di tingkat penggilingan. “Dari rata-rata harga gabah kualitas GKP pada Februari 2012 berada dikisaran Rp 3.884,14 per kg di tingkat petani dan Rp 3.979,83 per kg di tingkat penggilingan,” paparnya. GAB-MB
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.