Denpasar (Metrobali.com)-

Serangkaian perayaan 50 tahun Unud Denpasar, Fakultas Sastra (Faksas) Jurusan Sastra Bali menggelar beragam aktivitas budaya mulai dari lomba nyurat lontar, temu alumni, hingga seminar nasional. Aktivitas budaya ini mengusung tajuk Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Pengemban Peradaban dan Jati Diri Orang Bali.

Untuk seminar nasional akan digelar, Sabtu (22/9) besok di Auditorium Widya Sabha, Denpasar, kampus setempat. Melibatkan narasumber tingkat lokal dan nasional di antaranya AAN Puspayoga, IB Rai Dharmawijaya Mantra, Drs. IB Gede Agastia, Sastria Narada, Ida I Dewa Ngurah Swasta, dan Ida Wayan Oka Granoka, serta Mendikbud/Wamen Dikbud bidang kebudayaan dan Kepala Badan Bahasa Jakarta.

Ketua panitia, Drs. I Gde Nala Antara, mengatakan bahwa aktivitas budaya ini bertujuan untuk membangun pencerahan bahasa, aksara, dan sastra Bali. Demi penguatan jati diri bangsa khususnya orang Bali melalui gerakan cinta budaya mebasa Bali. Di samping itu, juga dalam upaya merumuskan secara holistik dan komprehensif tentang pelestarian dan pengembangan bidang ilmu bahasa, aksara, dan sastra Bali serta penguatan lembaga (akademis) dalam menyongsong world class university.

Intinya, katanya, aktivitas budaya ini sekaligus untuk menguatkan spirit Faksas Unud sebagai ujung tombak pelestarian dan pengembangan bahasa, aksara dan sastra Bali sebagai mahkota budaya dan religiusitas keagamaan di Bali secara berkelanjutan. “Menjadikan bahasa, aksara, dan sastra Bali sebagai mosaik tersendiri yang mampu menetaskan kreativitas peradaan adiluhung kebudayaan bangsa, agar tidak tercerabut dari akar tradisinya,” tegasnya.

Lebih jauh, Ketua Badan Bahasa Sastra Bali (B2SB) ini menambahkan bahwa kebertahanan bahasa, aksara, dan sastra Bali menjadi landasan kehidupan masyarakat Bali dalam pergaulan peradaban tradisional dan modern. Masyarakat Bali dapat hidup berdampingan, secara kreatif, akomodatif, dan harmonis dengan kebudayaan global.

Ini artinya, budaya luar yang masuk dalam peradaban Bali, bukan menjadikan kebudayaan Bali itu sebagai peradaban minor, melainkan budaya yang datang justru memetik manfaat untuk pencerahan kebudayaan itu sendiri. Dalam konteks ini, budaya Bali adalah menjadi pusat dan model pembinaan dan pengembangan kebudayaan dunia ke depan.

Makanya, masyarakat Bali ke depan dituntut untuk mengembangkan bahasa, aksara, dan sastra Bali pada ranah-ranah kebudayaan yang berbasis informasi teknologi tanpa meninggalkan sentuhan langsung tangan humanis para penggagasnya. IJA-MB