Denpasar (Metrobali.com)-

Empat seniman grafis yang mempunyai nama di tingkat nasional dan internasional akan menggelar pameran di Bentara Budaya Bali (BBB) lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia, selama 12 hari, 30 Maret – 9 April 2013.

“Keempat seniman itu masing-masing Chairin Hayati, Haryadi Suadi, Ipong Purnama Sidhi, dan T Sutanto,” kata Putu Aryastawa, staf budaya BBB yang menata pameran tersebut, Kamis.

Ia mengatakan, keempat seniman andal itu menampilkan karya dua dimensi dengan beragam teknik, etsa, cukil kayu maupun kerborundum.

Pameran tersebut rencananya dibuka Anak Agung Gede Rai, budayawan dan pendiri Museum Arma Ubud.

Putu Aryastawa menambahkan, masing-masing keempat seniman itu telah berkarya dalam bidang seni rupa sejak puluhan tahun silam.

Mereka menjelajahi ragam medium, mengamati kerja seni grafis dari perupa-perupa yang telah berpengalaman.

“Bagi saya seperti mengamati kerja orang-orang yang tidak hendak lekas berpuas diri,� tutur kurator pameran tersebut, Heru Hikayat.

Setiap perupa telah punya sejumlah citra yang khas pada dirinya masing-masing. Chairin dengan citraan yang terkesan domestik, tetumbuhan, binatang, dan orang-orang terdekat.

Demikian pula Hariyadi dan T. Sutanto dengan rujukan pada wayang. Ipong dengan garis-garis tebal serupa sulur-suluran, membuat sosok apapun karyanya terkesan sama hidup.

“Kekhasan ini selalu tertoreh pada plat yang mereka garap. Grafis sejatinya memiliki dua entitas sekaligus memadukan dua kutub berbeda, yakni seni (murni) dan teknologi,” tutur Heru Hikayat.

Ia menambahkan, pameran kali ini memang menyajikan karya seni dalam pemahaman seni murni, bukan seni grafis yang aplikatif seperti desain grafis.

Dalam pengerjaan seni grafis sedikitnya memerlukan beberapa proses, seperti menyukil papan, menoreh dan menggurat plat tembaga dengan ujung jarum.

Selain itu mengulas permukaan tembaga dengan aspal dan mencelupkan merendam dalam asam, atau mengoles tekstur plastik dengan perekat khusus serta menabur bubuk silika karbonat.

Semua itu meninggalkan jejak-jejak, tanda-tanda sebagai perpaduan pengalaman diri yang berhubungan dengan “craftsmanship”.

“Dengan semangat kembali ke konvensi seni grafis murni, pameran kali ini bisa dipandang sebagai upaya menggelorakan dan mendorong minat para pegrafis seperti yang dilakukan Bentara Budaya melalui kompetisi Trienal Seni Grafis-nya,” ujarnya. INT-MB