Keterangan foto: Johan Eka Pahasa, S.E., caleg PSI (Partai Solidaritas Indonesia) maju ke DPRD Bali dapil Denpasar nomor urut 1 bersama Ketua Umum PSI Grace Natalie dan kader PSI lainnya dalam rangkaian “Solidarity Tour” PSI ke sejumlah daerah di Bali Sabtu dan Minggu, 16-17 Maret 2019/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Kehadiran Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie ke sejumlah daerah di Bali Sabtu dan Minggu, 16-17 Maret 2019 serangkaian “Solidarity Tour PSI” mampu menjadi magnet tersendiri bagi sejumlah segmen pemilih di Bali. Utama generasi milenial, kalangan perempuan dan juga pemilih cerdas.

Keyakinan para caleg PSI pun kian membuncah. Bahwa dalam Pileg 2019 ini partai yang identik sebagai partai anak muda dan harapan masa depan ini akan lolos ambang batas parlemen (parliamentary treshold) sebesar 4 persen suara sah nasional.

“Kami yakin Solidarity Tour dan kehadiran Ketum PSI Sis Grace Natalie ini bisa meningkatkan elektabilitas PSI di Bali dan juga nasional. Masyarakat bisa menerima dengan baik  figur dan tokoh muda PSI,” kata Johan Eka Pahasa, S.E., caleg PSI yang maju ke DPRD Bali dapil Denpasar nomor urut 1, ditemui di sela-sela puncak acara “Solidarity Tour PSI” di Hotel Aston, Denpasar, Minggu (17/3/2019).

Johan yang juga ikut dalam rangakaian “Solidarity Tour PSI” ke sejumlah daerah di Bali melihat langsung bagaimana masyarakat juga menerima dengan antusias kehadiran Grace Natalie dan para kader serta caleg PSI. Tentu hal ini menjadi sinyal yang semakin positif untuk menguatkan eksistensi PSI sebagai partai baru dan mampu mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Johan pun yakin dukungan kepada PSI di Bali makin hari jelang Pileg 17 April 2019 yang kian dekat akan terus bergelinding ibarat bola salju. Apalagi mayoritas masyarakat menginginkan adanya perubahan dari cara-cara lama yang dilakukan partai politik sebelumnya dan ketidakpuasan atas kinerja wakil rakyat yang ada.

Selain itu kebanyakan pemilih PSI  juga diyakini termasuk silent voters, yang cenderung tertutup akan pilihan politiknya, namun sudah dipastikan memilih PSI di TPS nanti. Pemilih PSI juga mayoritas pemilih cerdas, yang tidak bisa ditipu dan diiming-imingi dengan dana hibah bansos apalagi janji palsu.

“Tipe pemilih PSI adalah silent voters dan juga pemilih cerdas yang sudah tidak respek dengan cara politik lama. Mereka yakin hadirnya PSI sebagai harapan baru bagi bangsa dan sistem perpolitikan yang ada,” tegas Johan Eka Pahasa.

Gencarkan Kampanye Canvassing dari Rumah ke Rumah

Di waktu yang semakin tipis menjelang pencoblosan Pileg 17 April 2019, Johan Eka Pahasa pun makin menggencarkan kampanye canvassing atau kampanye door to door langsung ke rumah-rumah warga calon pemilih dengan pendekatan personal. Setiap hari ia melakukan canvassing, dari rumah ke rumah langsung menyapa dan berdiskusi dengan warga Denpasar.

Ia langsung turun ke masyarakat, membangun kontak langsung dengan masyarakat pemilih secara personal maupun emosional.  Disinilah tidak ada jarak antara dirinya selaku caleg dan masyarakat yang saling berbaur dan mengenal lebih jauh.

Istilahnya high touch campaign (kampanye dengan sentuhan langsung yang intensif) bukan high cost campaign (kampanye berbiaya tinggi) apalagi money politics (politik uang).

“Kami kedepankan high touch campaign bukan high cost campaign. Sentuh hatinya, baru kunci pilihanya. Bangun  kedekatan  dan kepercayaan personal serta emosional,” tegas Johan.

Ia  pun bekerjasama dengan relawan dalam melakukan canvassing. “Mereka turun langsung door to door, ke rumah-rumah masyarakat membantu sosialisasi diri saya sebagai caleg dan memperkenalkan PSI sebagai partai baru yang memberikan harapan baru,” ungkap Johan.

Dalam setiap kesempatan canvassing, Johan juga memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa ada harapan baru bersama caleg PSI.  “Beri kami kepercayaan sebagai  harapan baru, partai baru dan caleg baru yang penuh rasa tanggung jawab terkait standar operasional prosedur (SOP) tupoksi (tugas pokok dan fungsi) legislatif dan dalam pertanggungjawaban aspirasi masyarakat,” tutupnya.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati