panusunan siregar 1

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mengekspor aneka jenis hasil industri kecil sebesar 104,68 juta dolar AS selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2014, naik 2,29 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 102,34 juta dolar AS.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat realisasi ekspor perdagangan luar negeri, Sabtu (6/9), menunjukkan semua jenis hasil industri skala rumah tangga itu menonjolkan unsur seni dengan disain yang unik dan menari.

Hasil industri kecil skala rumah itu mampu memberikan kontribusi sebesar 34,78 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 300,35 juta dolar AS.

Matadagangan industri kecil yang menembus pasaran luar negeri itu terdiri atas enam jenis yang meliputi ikan dalam kaleng, komponen rumah jadi, hasil kerajinan dari bahan plastik, alas kaki (sepatu), tas serta tekstil dan produk tekstil (TPT).

Di antara keenam jenis matadagangan itu yang paling besar menyumbangkan devisa adalah TPT yang mencapai 69,53 juta dolar AS, berkurang 7,97 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 75,55 juta dolar AS.

Demikian pula dari segi volume berkurang 8,32 persen dari 52,09 juta potong pada tujuh bulan pertama 2013 menjadi 47,75 juta potong pada kurun waktu yang sama tahun 2014.

Kepala Badan Pusat Statistok Provinsi Bali Panasunan Siregar mengatakan, pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak TPT yakni mencapai 22,20 persen, menyusul Australia 9,33 persen.

Selain itu juga ditampung pasaran Singapura 8,16 persen, Jepang 7,48 persen, Thailand 0,36 persen, Jerman 3,18 persen, Hong Kong 0,09 persen, Perancis 8,08 persen, Spanyol 2,03 persen, Inggris 13,57 persen dan sisanya 25,52 persen diserap oleh sejumlah negara lainnya di belahan dunia.

Seorang pengusaha eksportir TPT Bali, Ni Nyoman Sukerti dalam kesempatan terpisah menjelaskan, realisasi perdagangan ekspor pakaian jadi hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali kini tidak secerah belasan tahun silam, namun tetap ada saja yang dikirim ke pasaran ekspor terutama ke Amerika Serikat.

Perdagangan pakaian jadi sekarang tidak lagi yang terbesar, melorot dari peringkat pertama menjadi keurutan ketiga setelah kerajinan kayu dan ikan termasuk udang.

Dengan demikian banyak pengusaha pakaian di Pulau Dewata sekarang tidak lagi terlalu bergairah, mengingat pangsa pasar yang semakin berkurang, disamping adanya persaingan ketat dari negara tetangga serta kondisi ekonomi konsumen belum pulih benar.

Pengusaha pakaian di Bali kini banyak berpaling dengan merebut pangsa pasar lokal hanya untuk bisa bertahan hidup, ujarnya. AN-MB