Oleh Prof. Putu Alit Suthanaya
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Denpasar (Metrobali.com) –

TRANS METRO DEWATA merupakan layanan Angkutan massal berbasis jalan Di Kawasan Perkotaan Dengan Skema Pembelian Layanan (Buy The Service) di Kota Denpasar (SARBAGITA) yang merupakan Program Unggulan Kementerian Perhubungan yang pada Tahun Pertama dioperasikan di 5 (lima) kota (Medan, Palembang, Yogya, Solo, Denpasar).

Layanan transportasi massal ini beroperasi tanggal 6 September 2020 diresmikan oleh Bapak Gubernur Bali, di hadiri oleh Bapak Dirjen Perhubungan Darat beserta jajarannya, Kadishub Provinsi Bali, DPRD Bali Komisi III, Sekda Kota Denpasar, Kadishub Kota Denpasar, Organda Bali.

Dan faktanya merupakan Operator terbaik dengan rasio sangsi per bus terendah adalah PT. Satria Trans Jaya yang mengoperasikan Trans Metro Dewata selama 2 th berturut-turut yang dinilai oleh Kemenhub c/q Dirjendat Load Factor Trans Metro Dewata dikatagorikan nomer 2 setelah Solo Trans dari 5 (lima) kota yang dinilai (Medan, Palembang, Yogya, Solo, Denpasar).

Pertumbuhan penduduk dan aktivitas di wilayah perkotaan Sarbagita diikuti oleh peningkatan penggunaan kendaraan bermotor pribadi tetapi tidak mampu diikuti oleh peningkatan supply (peningkatan kapasitas melalui pelebaran dan penambahan jaringan jalan baru), sehingga pergerakan (demand) melampaui kapasitas (supply). Ada dua acara utama untuk menyeimbangkan demand dan supply, yaitu dengan meningkatkan supply (memperlebar jalan atau membangun jalan baru) atau dengan mengelola permintaan perjalanan (demand management). Ketika di wilayah perkotaan Sarbagita sudah tidak memungkinkan lagi untuk membangun jalan baru akibat keterbatasan lahan, maka solusi yang memungkinkan untuk diterapkan adalah ‘demand management’, salah satunya yaitu dengan memindahkan sebagian beban lalu lintas ke sistem angkutan umum.

Namun dalam kenyataanya, kondisi angkutan umum sangat terpuruk, padahal keberadaan angkutan umum merupakan salah satu solusi mengatasi kian padatnya lalu lintas. Bisa kita lihat bahwa di kota-kota negara maju tidak bisa survive dari permasalahan kemacetan lalu lintas tanpa memiliki sistem angkutan umum yang handal.

Ketika angkutan umum mengalami keterpurukan dari waktu ke waktu, maka diperlukan kehadiran pemerintah untuk menyelamatkannya. Tidak akan ada operator swasta yang bisa bertahan mengoperasikan angkutan umum dalam kondisi seperti sekarang ini. Beroperasinya Trans Metro Dewata merupakan perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam upaya untuk menyediakan layanan angkutan umum perkotaan sesuai amanat Pasal 139 UU 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, disebutkan bahwa pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum.

Operasional angkutan umum dalam kondisi saat ini membutuhkan subsidi dari pemerintah. Saat pemerintah daerah tidak mampu memberikan subsidi, kemudian pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan hadir memberikan subsidi tersebut. Sehingga perlu kita pahami bersama bahwa keberadaan Trans Metro Dewata adalah dalam rangka memenuhi amanat UU 22 Tahun 2009 tersebut.

Dalam operasionalnya, jumlah penggunanya belum sesuai harapan. Memang diperlukan sebuah proses yang cukup panjang hingga akhirnya nanti operasional Trans Metro Dewata bisa menarik minat masyarakat. Tahapan saat ini baru sebatas upaya awal penyediaan angkutan umum.

Tentu diperlukan tahapan lanjutannya seperti pengembangan jaringan trayek (utama, cabang dan ranting), pemberian prioritas terhadap angkutan umum dan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Ketika masih jauh lebih nyaman dan murah bila menggunakan kendaraan bermotor pribadi, maka sulit untuk mengharapkan masyarakat mau berpindah moda. Kenapa di kota-kota negara maju yang tingkat perekonomian masyarakatnya lebih tinggi justru pengguna angkutan umumnya cukup banyak? Karena layanan angkutan umumnya nyaman, aman, tepat waktu dan menjangkau seluruh pelosok kota, sedangkan kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi dibatasi dengan berbagai skema. Kita ketahui bersama bagaimana mahalnya biaya untuk memiliki dan menggunakan kendaraan pribadi di kota-kota negara maju.

 

Rute trayeknya masih jauh dari memadai untuk dapat menjangkau seluruh kebutuhan pergerakan masyarakat. Diperlukan untuk memperbanyak jaringan trayek utama yang kemudian dilengkapi dengan jaringan trayek cabang dan ranting dengan moda kendaraan yang lebih kecil. Sehingga kemanapun tujuan pergerakan masyarakat (terutama untuk pergerakan bekerja, bersekolah, berbelanja dan rekreasi) dapat terlayani oleh angkutan umum.

Saat ini angkutan pengumpannya (feeder) belum ada yang beroperasi dengan baik sehingga dari titik halte ke lokasi asal dan tujuan pergerakan belum terlayani angkutan pengumpan.

 

Untuk dapat menarik minat masyarakat menggunakan angkutan umum adalah dengan menerapkan kebijakan Pull Strategy, antara lain dengan melanjutkan pengembangan angkutan umum ke tahap berikutnya (perbaikan kualitas, jangkauan, integrasi antar moda, pemberian prioritas pada angkutan umum) dan Push Strategy, antara lain dengan membatasi penggunaan kendaraan bermotor pribadi dengan berbagai skema seperti pengembangan zero pollution area, pembatasan parkir, biaya parkir, road pricing, dan skema lainnya. Pada intinya menggunakan angkutan umum dibuat sebisanya lebih nyaman dan murah dibandingkan dengan menggunakan kendaraan bermotor pribadi.