Jimmy M. Rifai Gani

Jakarta (Metrobali.com)-

Ekonom dan Direktur Eksekutif IPMI International Business School Jimmy M. Rifai Gani menyangsikan dukungan permodalan dari pemerintah, yaitu penyertaan modal negara (PMN), bakal efektif sepenuhnya guna menggerakkan ekonomi rakyat.

“Apalagi, saat ini belum ada kajian tentang dampak langsung PMN kepada rakyat. Jangan-jangan dampak PMN hanya untuk BUMN saja, tidak untuk publik,” kata Jimmy dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (21/2).

Menurut dia, BUMN yang sejatinya harus seperti perusahaan swasta yang semestinya dikelola profesional sehingga tidak harus mengandalkan anggaran negara untuk mendongkrak kinerja bisnis.

Ia berpendapat bahwa kebutuhan pendanaan BUMN sebenarnya bisa dipenuhi dengan banyak cara, antara lain penerbitan obligasi, langkah “go public”, atau mengadakan “joint venture”.

“Itu lebih cocok buat BUMN ketimbang mengharapkan tambahan dana PMN,” katanya.

Mantan Dirut PT Sarinah (Persero) itu mengatakan bahwa BUMN di Tiongkok dan Singapura berhasil mengkapitalisasi modal domestik dengan cara mengaktifkan partisipasi publik, selain dari bantuan pemerintah, termasuk melakukan kerja sama dengan partner asing yang berguna meningkatkan kemampuan perseroan dan mendapatkan transfer teknologi.

Maka, ujar dia, takheran apabila BUMN-BUMN tersebut berdaya saing tinggi dan mampu berkompetisi di tingkat global.

Untuk itu, dia menyarankan pemerintah lebih fokus mengimplementasi pada peningkatan daya saing, pengembangan sumber daya manusia (SDM), dan produktivitas bangsa apabila negara memiliki ruang fiskal yang cukup besar.

“Hal tersebut lebih efektif dalam menggerakkan perekonomian rakyat,” katanya.

Menurut dia, harus pula didorong produk dan jasa domestik agar mampu bersaing dengan asing.

Sebelumnya, praktisi keuangan dari Indosterling Capital William Henley mengatakan bahwa pemberian PMN kepada sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp64,8 triliun bisa memanfaatkannya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen.

“Kucuran dana tersebut harus mendapat pengawasan yang ketat agar alokasi pemanfaatannya bisa sesuai dengan rencana,” ujar William yang merupakan Dirut Indosterling Capital di Jakarta, Selasa (17/2).

William menyambut positif karena dari suntikan modal kepada BUMN itu sebagian besarnya bagi pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan dan pembangunan bandara melalui PT Angkasa Pura II sebesar Rp2 triliun. AN-MB