Denpasar (Metrobali.com) –

Di tengah tingginya mobilitas masyarakat Indonesia, kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, menjadi pilihan utama untuk aktivitas sehari-hari. Diskusi terbaru di Denpasar pada 19 Desember 2023, yang melibatkan berbagai pihak termasuk Asisten Deputi Perlindungan Anak, Ciput Eka Purwianti, dan Psikolog Seto Mulyadi, menggarisbawahi kebutuhan kolaborasi lintas sektor untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, terutama yang melibatkan anak-anak.

Dalam konteks Asia Tenggara, sepeda motor mendominasi jumlah kendaraan, mencapai 50% dari total registrasi di negara seperti Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Sayangnya, angka kecelakaan sepeda motor, terutama yang melibatkan remaja usia 11-19 tahun, menjadi keprihatinan serius. Data Bulan Agustus 2023 mencatat 6.004 anak sebagai pengemudi dan 408 anak sebagai penumpang terlibat dalam kecelakaan di Indonesia.

Regulasi keselamatan lalu lintas, terutama Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), menetapkan batasan usia minimal 17 tahun untuk memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Namun, data menunjukkan bahwa anak-anak masih terlibat sebagai pengemudi dan penumpang, melanggar aturan dan membahayakan keselamatan mereka.

Psikolog Seto Mulyadi menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam upaya menurunkan angka kecelakaan. Edukasi tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui praktek, seperti memperbanyak taman lalu lintas yang sederhana namun efektif. Kota Denpasar, yang mendapatkan penghargaan KLA, berupaya mendorong kesadaran masyarakat terhadap keselamatan berlalu lintas anak-anak.

“Anak-anak diedukasi tidak hanya dengan kata- kata saja tetapi dengan memperbanyak taman lalu lintas tidak usah terlalu mewah tetapi membuat anak bisa mempraktekan,” ungkapnya usai diskusi.

Kesenjangan antara regulasi dan faktor-faktor seperti pemahaman orang tua, status ekonomi pengemudi, minimnya alternatif transportasi, gaya hidup, dan pengaruh teman sebaya, menjadi tantangan dalam menangani kecelakaan lalu lintas. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan sekolah diwujudkan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak.

“Kami ingin mendorong masyarakat untuk peduli dengan pemerintah daerahnya jangan take it for granted (menerima begitu saja), yaudalah kita rakyat diterima tetapi mendukung pemerintah dengan kinerja yang bagus tetapi juga mengingatkan, memberikan masukan – masukan,” ungkap Ciput.

AKBP Putu I Gede Putu Putra Astawa, Kabag Bin Ops Ditlantas Polda Bali, mengungkapkan upaya sosialisasi dan kerjasama dengan sekolah untuk meningkatkan kesadaran keselamatan.

Meskipun ada peningkatan kecelakaan pasca-COVID, kerjasama dengan masyarakat tetap menjadi kunci untuk mengurangi risiko kecelakaan.(Tri Prasetiyo)