Foto: Forum Wartawan Dewan (Forward) DPRD Bali dan Setwan DPRD Bali berfoto bersama di Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) usai acara Studi Tiru pada Kamis 31 Oktober 2024.

Yogyakarta (Metrobali.com)-

Sekretariat Dewan (Setwan) DPRD Provinsi Bali bersama Forum Wartawan Dewan (Forward) DPRD Provinsi Bali melaksanakan studi tiru ke Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Kamis 31 Oktober 2024. Rombongan dipimpin Kasubag Tata Kepegawaian, Humas, Protokol Sekretariat DPRD Bali Kadek Putra Suantara, Ketua Forwad DPRD Bali Made Arnyana dan diikuti puluhan wartawan yang bertugas di DPRD Bali. Rombongan diterima Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Liz Rahmawati

Kasubag Tata Kepegawaian, Humas, Protokol Sekretariat DPRD Bali Kadek Putra Suantara menjelaskan studi tiru ini bertujuan salah satunya untuk menumbuhkan sinergisitas rekan-rekan media dengan DPRD Bali dimana lembaga legislatif sebagai pilar demokrasi punya tiga fungsi yakni legislasi, budgeting dan pengawasan. Sementara pers juga menjadi salah satu pilar demokrasi yang sama-sama menjaga aspirasi rakyat.

Suantara mengungkapkan Yogyakarta merupakan daerah yang punya kemiripan potensi pariwisata dengan Bali khususnya juga yang berkaitan dengan pariwisata budaya. Atas dasar kesamaan dan kedekatan karakteristik ini, Bali ingin menggali hal-hal positif dari pengembangan pariwisata di Yogyakarta yang bisa menjadi masukan berharga bagi pengembangan pariwisata di Pulau Dewata khususnya yang berkaitan dengan pengembangan pariwista berkualitas atau quality tourism.

“Tidak ada salahnya kami dari Bali mengambil hal-hal positif di Yogyakarta untuk menjadi masukan bagi pengembangan pariwisata Bali,” kata Suantara.

“Kami ingin sharing saling melengkapi, karena tidak selamanya Bali lebih baik sehingga ada hal-hal yang bisa Bali adopsi dari Yogayakarta. Harapannya Bali menjadi lebih baik dalam pengembangan pariwisata,” sambung Suantara.

Karena itu dalam studi tiru ini pihaknya ingin menggali bagaimana kiat-kiat Pemerintah DIY Yogyakarta dalam pengembangan pariwisata agar tetap dalam menimbulkan banyak multiflier efek. “Jadi pariwista tidak hanya untuk parwisata tetapi juga pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan UMKM. Jangan hanya kue pariwisata dinikmati pihak ternteu, Masyarakat jadi penonton. Haruss ada sinergisitas emua elemen jadi satu kesatuan utuh bisa berjalan bersinergi beriringan

Ketua Forum Wartawan Dewan (Forward) DPRD Provinsi Bali Made Arnyana mengungkapkan perkembangan pariwisata Bali sangat pesat bahkan cenderung tidak terkontrol. Akibatnya banyak dampak negatif salah satunya banyaknya wisatawan berulah dan wisatawan nakal di Pulau Dewata hingga banyak wisatawan asing berbinis atau bekerja secara illegal di Bali.

Bali sempat dihebohkan dengan kasus wisatawan mencuri truk sampai menerobos ke Bandara Ngurah Rai. Kasus wisatawan ugal-ugalan di jalan, wisatawan melakukan aksi pelecehan kesucian pura dan lainnya juga menjadi tantangan serius di Bali.

“Kita ke Yogyakarta studi tiru karena Yogyakarta masih cukup bagus dalam pengelolaan pariwisata. Wisatawan masih mengikuti aturan, tidak banyak berulah. Jadi kami ingin menggali masukan pengelolaan pariwisata di Yogyakarta,” ujarnya.

Wartawan senior Warta Bali ini lantas mengungkapkan Pemprov Bali telah menerapakan kebijakan pungutan wisatawan asing ke Bali dimana setiap wisatawan dikenakan 150 ribu. Diperkirakan sampai akhir tahun 2024 ini akan terkumpul mendekati Rp 300 miliar dari pungutan tersebut yang diharapkan juga dapat mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemprov Bali.

Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Liz Rahmawati menyambut baik kunjungan dan studi tiru ini. Mereka juga mengaku mendapatkan informasi baru mengenai perkembangan pariwisata Bali seperti halnya ada kebijakan pungutan bagi wisatawan asing yang ke Bali.” Secara kebijakan dan peraturan perundang-undangan Bali lebih unggul dari Yogyakarta dengan bisa melakukan pungutan wisatawan asing,” puji Liz Rahmawati.

Pihaknya juga mengapresiasi kemajuan pariwisata Bali yang meraih peringkat I nasional pada Penghargaan Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN). “Kalau kami Yogyakarata nomor 3, Jakarta nomor 2,” ujar Liz Rahmawati.

Di sisi lain pihaknya mengakui walaupun ada persamaan pariwisata Bali dan Yogyakarta yang sama-sama mengutakan pariwisata Budaya namun ada perbedaan karakteristik dari wisatawan yang datang. Di Bali yang lebih banyak datang adalah wisatawan asing, sementara di Yogyakarta yang lebih banyak wisatawan datang wisatawan Nusantara.

Jumlah wisatawan yang kunjungi destinasi wisata di Yogakarta di tahun 2023 mencapai 27.338.996 orang wisatawan. Dari total tersebut jumlah wisatawan asingnya hanya 300 ribu atau hanya 1 persen lebih. “Wisatawan mancanegara pun bukan dari Eropa tapi mayoritas dari Malaysia atau negara rumpun Melayu, masih satu rumpun budaya, tidak seperti wisatawan asing yang liberal,” ungkap Liz Rahmawati.

 

Lebih lanjut dikatakan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang teridi dari 4 kabupaten, 1 kota tetap memegang teguh pariwisata budaya dengan sejumlah daya tarik yang memang berbasis pada kekayaan budaya dan kearifan lokal di DIY.

Sejumlah daya tarik wisata yang diunggulkan yakni Keraton Yogyakarta dan Candi Prambanan. “Wisatawan yang ke Yogyakarta paling banyak ke Keraton dan Prambanan yang juga menjadi bagian pengembangan quality tourism seperti bagaimana mengutamakan experience di Keraton. Orang yang datang ingin belajar budaya Keraton,” ujarnya.

Dinas Pariwisata DIY pun berkomitmen untuk terus mengembangkan quality tourism atau pariwisata berkualitas yang tidak hanya menenkankan pada jumlah wisatawan yang datang tapi bagaimana mereka ikut menjaga dan menghormati budaya lokal hingga lingkungan serta mampu membelanjakan lebih banyak uangnya di destinasi.

“Quality tourism akan mengurangi jumlah wisatawan, sedikit yang datang tapi lebih banyak belanja,” tegas Liz Rahmawati. (wid)