Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Emiliana Sri Wahjuni (kiri) saat bersama Walikota Denpasar IGN Jaya Negara.

Denpasar (Metorbali.com)-

Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Emiliana Sri Wahjuni mendukung penuh Kampanye Kebaya Goes To UNESCO. Salah satu pakaian khas Indonesia ini akan didaftarkan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

“Saya mendukung 1000 persen kebaya go internasional, mendukung penuh kampanye Kebaya Goes to UNESCO. Kebaya adalah hasil cipta, rasa dan karsa nenek moyang kita yang harus kita cintai dan lestarikan,” kata wakil rakyat yang akrab disapa Sis Emil ini.

Dalam mendukung Kampanye Kebaya Goes To UNESCO, Sis Emil mengajak kaum muda, perempuan milenial untuk lebih mencintai kebaya dengan cara bangga dan lebih sering menggunakan kebaya dalam keseharian. Terlebih kebaya dapat dikombinasikan dengan bawahan apapun sehingga bisa juga lebih fashionable dan keren dan tentunya bisa nyaman digunakan.

Sis Emil mencontohkan putri keduanya senang sekali menggunakan kebaya untuk kuliah di kampus. Misalnya atasnya kebaya kutubaru bawahannya bisa pakai jeans dan sepatu kets.

“Anak-anak saya senang pakai kebaya bahkan anak saya yang paling kecil kuliah pakai kebaya, padahal teman-temannya tidak ada pakai kebaya pas kuliah. Saya masih punya kebaya warisan ibu dan nenek saya dan itu dipakai anak saya.  Dia bilang, mama kebaya itu vintage. Katanya keren vintage. Anak saya juga buat organisasi perempuan berkebaya. Tujuannya untuk melestarikan warisan leluhur nenek moyang dengan berkebaya,” tutur ibu dari dua orang putri ini.

Menurut Sis Emil, mereka yang merasa kebaya itu ribet karena mereka tidak tahu bagaimana kiat-kiat berkebaya yang praktis. Ada berbagai macam cara untuk membuat nyaman. “Yang penting nyaman, hati happy pakai kebaya dan kita bisa tunjukkan kita punya warisan yang luar biasa,’ imbuh Sis Emil.

 

Menurut Sis Emil perempuan yang memakai kebaya tentu kelihatan anggun, cantik bahkan seksi. Karena kebaya bisa mengikuti lekuk atau bentuk tubuh penggunanya.

Jika diperhatikan seksama, potongan kebaya selalu mengikuti bentuk tubuh. Artinya, perempuan Indonesi, khususnya Bali diharuskan bisa menyesuaikan diri dan menjaga diri sendiri di manapun mereka berada. Kebaya juga mengandung filosofi dan makna lain seperti menggambarkan kesabaran dan sifat lemah lembut.

“Salah satu filosofi kebaya yang saya kagumi adalah kebaya itu bisa mengikuti lekuk tubuh. Jadi perempuan tidak harus menggunakan pakaian minim untuk kelihatan seksi tapi bisa dengan kebaya,” ujar Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini.

“Begitu perempuan pakai kebaya pasti seksi, pasti keren, pasti cantik. Karena kebaya mengikuti bentuk tubuh perempuan. Walaupun tubuh perempuan besar ataupun kecil tapi dia bisa indah saat memakai kebaya. Jadi berkebaya itu keren seksi dan itu adalah bentuk kita mencintai warisan nenek moyang dan melestarikannya,” sambung Sis Emil.

Secara nasional kegiatan Kampanye Kebaya Goes To UNESCO berlangsung dari 9 Agustus hingga 9 Desember 2022. Kampanye ini juga terus digaungkan di Bali terlebih momennya juga tepat bertepatan dengan digelarnya KTT G20 di Pulau Dewata. Hal ini juga menjadi kesempatan menunjukkan kepada dunia kebaya adalah jati diri perempuan Indonesia.

“Jadi kita harus mendukung penuh mendukung kebaya go internasional. Seperti di Bali kebaya bisa digunakan setiap hari. Di Bali setiap Kamis pakai pakaian adat Bali salah satunya kebaya. Itu cara kita melestarikan warisan nenek moyang,” kata pungkas Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar yang membidangi kesehatan, pendidikan, pemuda dan olahraga, pemberdayaan perempuan, sosial dan tenaga kerja, kebersihan dan pertamanan, pariwisata dan lain-lain ini. (wid)