Khartoum (Metrobali.com) –

Dua pemimpin dari aliansi pemberontak utama penentang presiden Sudan dan 15 anggota kelompok mereka dijatuhi hukuman mati secara in absentia pada Kamis, kata pengacara mereka, satu langkah yang akan bisa meningkatkan pertempuran di wilayah selatan.

Malik Agar, adalah gubernur negara bagian Blue Nile selatan yang terpencil, Sudan, sebelum mengangkat senjata, dan Yasir Arman, penentang terhadap Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir pada pemilu 2010, keduanya dijatuhi hukuman mati, kata pengacara Altujani Hassan kepada Reuters.

Agar sekarang kepala, dan Arman sekretaris umum, dari Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N), sangat aktif di Blue Nile dan daerah Kordofan selatan yang memproduksi minyak.

Ini adalah bagian dari satu kelompok payung, Front Revolusioner Sudan (SRF), juga meliputi Darfur di barat yang dirobek pertikaian, yang mengatakan mereka berperang untuk membawa reformasi demokratis dan menggulingkan Bashir. Khartoum telah mencap para pemberontak itu teroris.

Hukuman yang diputuskan oleh pengadilan di Singa, ibu kota negara bagian Sennar Sudan, terjadi beberapa hari setelah Uni Afrika menunda pembicaraan untuk menengahi antara SPLM-N dan pemerintah Sudan, yang dikatakan menemui jalan buntu.

Pertempuran antara para pihak telah membuat mengungsi atau sangat mempengaruhi lebih dari 900.000 orang, menurut Perserikatan Bangsa Bangsa.

“Hakim Abdelmonem Youness menghukum (mereka) karena mencetuskan perang perang terhadap negara … dan terorisme,” kata Hassan Altujani kepada Reuters.

SPLM-N mencakup banyak pejuang yang memihak pemberontak Sudan Selatan dalam beberapa dekade perang saudara yang dipicu oleh pertikaian etnis, minyak dan ideologi yang berakhir dengan perjanjian perdamaian pada tahun 2005.

Tetapi mereka tinggal di Sudan ketika perjanjian yang membuka jalan bagi pemisahan Sudan Selatan pada tahun 2011, dan sekitar pertempuran terbaru pecah di Kordofa Selatan.

Baik Agar dan Arman adalah anggota senior pemberontak SPLM Sudan Selatan, yang sekarang partainya menjadi partai yang berkuasa di negara itu.

Khartoum menuduh Sudan Selatan mendukung pemberontak di Kordofan Selatan dan Blue Nile – negara-negara bagian di perbatasan antara kedua negara. Pemerintah Sudan Selatan telah menolak tuduhan-tuduhan itu. (Ant/Reuters)