Buleleng, (Metrobali.com)

Anggota DPR RI, I Ketut Kariyasa Adnyana,SP yang kini duduk di Komisi IX dari Fraksi PDI Perjuangan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan terobosan bagi kepentingan Bali. Artinya disetiap program Komisi IX dengan mitra kerjanya, baik itu Menteri Kesehatan, Menteri Ketenagakerjaan, Kepala BKKBN, Kepala Badan POM, Kepala BNP2TKI, Dirut BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan selalu terkonsentrasi memberikan perhatian penuh untuk kepentingan pembangunan Bali.

Seperti yang dilakukan pada saat diskusi yang diadakan Komisi IX dan Tim World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta secara daring, Sabtu, (25/9/2021), Kariyasa Adnyana menegaskan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) harus tetap disikapi dengan serius, ditengah menghadapi pandemi covid-19. Mengingat korban jiwa yang disebabkan DBD tidaklah sedikit.

“Guna mengatasi wabah demam berdarah dengue ini, harus disikapi dengan beberapa alternatif. Khususnya kali ini, dengan program Wolbachia,” tegas politisi senior PDI Perjuangan ini.

Dalam diskusi tersebut, yangmana WMP Yogyakarta adalah kerja kolaborasi antara World Mosquito Program – Monash University, Universitas Gadjah Mada, dan Yayasan Tahija telah mengumumkan hasil akhir penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) di Yogyakarta.

Tampak hadir dalam diskusi, Direktur Regional Asia untuk Program WMP, Claudia Suryadjaya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, MPPM, serta Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se Provinsi Bali.

Peneliti Utama WMP Yogyakarta Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, M.PH, Ph.D menerangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, metode Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kejadian Dengue didaerah intervensi (yang mendapatkan intervensi Wolbachia) dibandingkan dengan daerah kontrol di Kota Yogyakarta.

Penelitian RCT yang dimulai pada Tahun 2017 lalu, menyasar 35 dari 45 kelurahan di Kota Yogyakarta dengan populasi 312.000 orang. Dimana pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia mendapat penerimaan yang baik dari warga masyarakat setempat. Dan teknologi Wolbachia aman bagi manusia maupun lingkungan.

Lebih lanjut Kariyasa Adnyana mengungkapkan bahwa Bali memang beberapa kali kesulitan menghadapi wabah DBD. Hal ini terlihat dari data pertanggal, 30 Nopember 2020. Dimana terdapat 51 penambahan kasus DBD, dan 1 penambahan kematian akibat DBD. Dengan prosentase sebanyak 73,35 persen atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49 per 100 ribu orang penduduk.

“Dari data tersebut, terdapat lima kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi. Untuk Bali di tiga kabupaten, diantaranya Kabupaten Buleleng 3.313 orang, Kabupaten Badung 2.547 orang serta Kabupaten Gianyar 1.717 orang. Sedangkan dua daerah lainnya yakni Kota Bandung (Provinsi Jawa Barat) 2.363 orang dan Kabupaten Sikka (Provinsi NTT) 1.786 orang,” urai Kariyasa Adnyana.

Iapun kembali menegaskan agar teknologi Wolbachia dapat di impkementasikan di Bali dan dapat dikombinasikan dengan upaya penanganan DBD lainnya.

“Secara teknis mohon Tim dari WMP, agar membantu kami di Bali terkait penanganan DBD dengan teknologi Wolbachia,” pungkas Kariyasa Adnyana putra Busungbiu ini. GS