Dorong Nusa Penida 100 Persen Energi Terbarukan, IESR Percepat Bali Bebas Emisi 2045
Foto: Acara media gathering Institute for Essential Services Reform (IESR) terkait Nusa Penida 100 Persen Energi Terbarukan menuju Bali NZE 2045.
Denpasar (Metrobali.com)-
Pada Agustus 2023, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah mendeklarasikan net
zero emission (NZE) pada tahun 2045, selaras dengan rencana pembangunan daerah rendah karbon dan visi pembangunan nangun sat kerthi loka Bali. Pencapaian target Bali NZE 2045 ini mencakup sektor ketenagalistrikan, transportasi, dan pengembangan kewirausahaan iklim.
Dalam upaya pencapaian Bali NZE 2045, pengembangan energi terbarukan berbasis
pulau di Nusa Penida menjadi salah satu langkah strategis. Potensi energi terbarukan yang terdapat di Nusa Penida cukup beragam, mulai dari energi surya, angin, hingga biomassa – yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sistem kelistrikan di 3 nusa.
Analisis yang telah dilakukan Institute for Essential Services Reform (IESR) untuk sistem kelistrikan Nusa Penida menunjukkan bahwa Nusa Penida mampu sepenuhnya dilistriki dengan energi terbarukan pada tahun 2030. Hasil ini juga akan menjadi masukan untuk peta jalan Bali NZE 2045, di sistem kelistrikan seluruh Bali yang sedang dilakukan IESR bersama dengan mitra pemerintah dan akademisi.
Untuk menginformasikan perkembangan inisiatif Bali NZE 2045 dan hasil analisis Nusa Penida 100% energi terbarukan pada media dan masyarakat luas pada umumnya, menggelar media gathering di Warung Mina Renon, Denpasar pada Rabu 21 Februari 2024.
Disebutkan Bali memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah menuju Bali Net Zero Emission (NZE) 2045. Untuk mewujudkan itu, perlu upaya kolektif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Program Manager Akses Energi Berkelanjutan Institute for Essential Services Reform (IESR), Marlistya Citraningrum menyampaikan bahwa telah melakukan pengenalan untuk mewujudkan NZE 2045. Baik itu melalui media sosial, maupun upaya lainnya.
Salah satunya mengkampanyekan penggunaan kendaraan listrik, hingga penggunaan alat-alat rumah tangga yang menggunakan listrik.
“Di Nusa Penida seiring peningkatan jumlah wisatawan pascapandemi sempat terjadi pemadaman, sehingga dilakukan program Nusa Penida 100 Persen Energi Terbarukan,” katanya.
Analis IESR Alvin Putra S menyampaikan, dari hasil kajian yang dilakukan di Kepulauan Nusa Penida, ternyata memiliki enam sumber energi terbarukan.
Mulai dari tenaga surya yang memiliki potensi 32 GW, kemudian Biodiesel mengambil dari rumput laut.
Selanjutnya, Biomassa dari tanaman gamal, tenaga angin yang kecepatannya tidak terlalu tinggi, gelombang/arus laut, dan Sea Water PHES.
Diharapkan dengan optimalisasi sumber energi itu, tiga pulau yang ada di Kepulauan Nusa Penida bisa mandiri energi.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menuturkan, untuk di Bali sendiri IESR telah melakukan gerakan.
Bahkan, terlibat dan memberikan masukan kepada Pemprov dalam menyusun Pergub Bali tentang Energi Bersih Terbarukan.
Menurutnya, untuk di Nusa Penida sendiri sudah dilakukan kajian dengan hasil memiliki sumber energi terbarukan yang sangat besar.
Bahkan, bisa menggantikan semua kebutuhan listrik ke depan. Salah satunya potensi PLTS di bangun di tanah dan dibangun di atap.
Selanjutnya ada potensi angin, kemudian ombak dan potensi lainnya. “Intinya Nusa Penida bisa memenuhi kebutuhan listrik, bahkan bisa memenuhi Bali,” bebernya.
Menurutnya, jika ini terwujud dan mampu menyerap tenaga kerja, selain destinasi wisata.
“Kami sudah menyelesaikan kajian teknis untuk energi terbarukan di Nusa Penida,” pungkasnya.
Akademisi Unud, Satya Kumara menyampaikan apresiasi terhadap kajian IESR.“Ini adalah kerja awal untuk mewujudkan Nusa Penida mandiri energi,” katanya. (wid)