dokter-dewa-ayu-sasiari-prawani

Denpasar (Metrobali.com)-
Dokter Dewa Ayu Sasiari yang baru bebas pada tanggal 8 Februari atas putusan PK oleh Makamah Agung akhirnya datang ke Bali. Kedatangan Dokter Dewa Ayu tersebut untuk melakukan upacara melukat. Upacara melukat dalam tradisi Hindu adalah upacara pembersihan diri. Saat ditemui di Denpasar, Selasa (11/2), dokter yang masih bekerja secara resmi di RS Permata Hari Samarinda tersebut menjelaskan, upacara melukat tersebut dilakukan dalam tradisi Hindu di Pura Pancoran Selukat, Kramas, Kabupaten Gianyar.

Upacara tersebut digelar pada Minggu (9/2) lalu sesaat setelah tiba dari Menado. “Ini upacara untuk pembersihan diri, dilahirkan kembali dalam tradisi agama Hindu. Upacara ini dilakukan agar tidak terulang lagi kejadian yang sama pada masa yang akan datang atau upacara buang sial,” ujarnya.

Selain melakukan upacara melukat, ibu dari satu putra ini, ingin sowan kepada kedua orang tua, sanak keluarga yang ada di Bali terutama yang ada di Tabanan dan Bangli sebagai tempat asal kedua orang tuanya. Ia ingin meyakinkan seluruh keluarga besar di Bali bahwa dirinya tidak bersalah.

“Tidak pernah ada niatan atau kesengajaan sedikit pun untuk membunuh atau menghilangkan nyawa orang. Saya sudah jalankan prosedur medis sebagaimana mestinya. Berbagai upaya sudah saya lakukan. Tetapi Tuhan berkehendak lain dan saya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kehendak Yang Kuasa. Bagaimana mungkin saya disalahkan. Saya hanya bisa pasrah dan berdoa. Dan Tuhan mendengarkan doa saya. PK saya dikabulkan dan saya bebas,” ujarnya.

Setelah upacara melukat, para Rabu (12/2) dr Ayu akan bertolak ke Jakarta. Tujuannya untuk bertemau teman-teman dan para pengacara. “Saya akan silaturahmi dengan teman-teman seprofesi dan tim pengacara yang selama ini sudah bekerja keras untuk saya. Salah satunya bapak OC Kaligis,” ujarnya.

Kepada sejumlah media yang hadir, dr Ayu mengisahkan pengalamannya selama berada di penjara. “Saya berada di penjara selama 3 bulan. Sempat beberapa hari stress, tetapi lama kelamaan saya mulai belajar dan membaca,” ujarnya.

Sampai akhirnya bisa menerima kondisi yang ada. Ia mengaku sering dimintai bantuan oleh tim penjaga untuk mengobati untuk membantu tahanan lain yang sakit. Di Rutan memang sudah ada dokter, tetapi mereka hanya bekerja pada jam dinas. Selebihnya bila di luar jam dinas, maka penanganan para napi yang sedang sakit ditanganinya. JAK-MB