Jembrana (Metrobali.com)-
Dirumahkan dari tempat bekerja lantaran pandemi Covid-19, bukan akhir dari segalanya, namun awal mandiri menuju kesuksesan.
Himbas Covid-19 juga dirasakan oleh empat pemuda dari Desa Asahduren, Kecamatan Pekutatan yakni Putu Mega Nada, Putu Ananda, Putu Ari dan Putu Mahendra.
Mereka sebelumnya bekerja disejumlah restauran di kawasan wisata Ubud, Gianyar. Namun sejak empat bulan lalu di rumahkan oleh perusahaannya masing-masing karena pandemi Covid-19.
Tidak ingin berlama-lama berpangku tangan, diusianya yang masih tergolong muda kisaran 20 tahunan mereka mencoba bangkit mengais rejeki ditengah pandemi Covid-19 dengan membuka usaha berjualan sate babi.
Kini usaha yang dirintis sejak dua bulan ini menjadi inspirasi bagi yang lainnya khususnya pemuda dan pemudi di Kecamatan Pekutatan.
Dalam berusaha mereka juga memilih lokasi yang dinilainya strategis yakni di pinggir jalan raya Pekutatan – Pupuan tepatnya depan LPD Asahduren. Demikian juga dalam promosi, mereka pun melakukannya melalui jejaring media sosial (Medsos).
Bahkan mereka menerima pesanan dan siap mengantar sampai ditujuan (COD) tanpa dikenakan ongkir (ongkos kirim) namun seputaran desa terdekat dengan Desa Asahduren.
Kegigihan mereka dalam berusaha mendapat empati dan simpati dari Ketut Sadwi Darnawan. Bahkan anggota dewan dari Desa Asahduren ini juga memberikan bantuan permodalan.
“Saya lihat semuanya tekun dalam bekerja. Mereka tanpa malu dan gengsi mau berusaha berjualan sate babi padahal masih muda-muda” ujar Sadwi, Rabu (13/5).
Keempat pemuda itu kata Sadwi, diketahui menganggur (dirumahkan) setelah datang ke rumahnya dan mengadu bahwa mereka ingin bekerja. Mereka menganggur sejak akhir Pebruari bulan lalu. 
 
Politikus dari Partai Gerindra ini mengaku sempat bingung memikirkan pekerjaan apa yang cocok untuk mereka ditengah pandemi Covid-19.
 
“Saya tahu mereka anak-anak muda yang ulet. Kalau saja tidak ada wabah virus Corona mungkin mereka masih tetap bekerja di Gianyar” ungkap Sadwi.
 
Melihat latarbelakang tempat mereka bekerja kata Sadwi, terbersit ide untuk membuka usaha kuliner. “Kami sempat berembug, akhirnya sepakat menjual sate babi. usaha yang mereka tekuni sekarang menjadi binaan saya” ujarnya.
 
Kenapa menjual sate babi karena menurut Sadwi, bahan dasar untuk sate yakni daging babi mudah didapat. Dia berharap apa yang dilakukan empat pemuda ini bisa menjadi inspirasi pemuda lainnya.
Sementara Putu Mega Nada mengatakan dirinya bersama ketiga temannya membuka usaha menjual sate babi dilatarbelakangi kejenuhan tinggal di rumah pasca di rumahkan.
“Dua minggu diam di rumah bosan. Cerita sama teman-teman, terus buka usaha ini (jual sate). Kalau modal dibantu Pak Tut (Ketut Sadwi” ungkapnya.
Dalam mempromosikan usahanya kata dia, lebih banyak melalui medsos dan pesanan siap diantar karena lebih kepada pelayanan kendati juga ada pembeli yang datang langsung.
 
Dengan modal awal kisaran Rp.400 ribu kini usaha mereka maju pesat. Bahkan dalam sehari mereka mampu menghabiskan empat sampai lima kilogram daging babi sebagai bahan dasar sate. (Komang Tole)