Frans Manansang

Gianyar (Metrobali.com)-

Direktur Taman Safari Indonesia Frans Manansang membantah tudingan kepada perusahaannya sebagai pihak yang ikut memperparah keadaan di Kebun Binatang Surabaya.

“Kami dari direksi pernah memberikan bantuan supervisi. Kami tidak mengelolanya secara langsung,” katanya di sela-sela peninjauan konservasi bayi satwa di Bali Safari and Marine Park (BSMP) di Desa Lebih, Kabupaten Gianyar, Sabtu (8/2).

Ia mengungkapkan bahwa adiknya, Toni Sumampouw, mewakili direksi TSI sempat menangani permasalahan di KBS. “Namun karena di situ konflik terus, akhirnya dia menarik diri,” kata Frans.

Oleh sebab itu dia menegaskan bahwa direksi TSI tidak akan ikut campur lagi dalam mengelola kebun binatang bersejarah di Kota Pahlawan itu.

Sebelumnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melaporkan mantan direksi KBS termasuk di dalamnya ada Toni Sumampouw ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan penjarahan satwa langka.

Namun Frans justru mengapresiasi sikap Risma. “Baguslah kalau Wali Kota Surabaya mengambil alih pengelolaan KBS,” ujarnya.

Ia melihat bahwa kematian sejumlah satwa langka di KBS secara beruntun bukan akibat faktor lemahnya perawatan semata. “Bibit hewan itu memang tidak bagus. Banyak satwa di sana hasil kawin sedarah,” ujarnya.

Padahal untuk menghasilkan bibit satwa yang bagus dan unggulan, lanjut dia, tidak boleh ada kawin sedarah. “Untuk menghasilkan satwa sehat, besar, dan gagah, kami mendatangkan kurator dari luar negeri,” kata Frans membandingkan.

Selama bulan Januari 2014, satwa langka penghuni BSMP melahirkan empat ekor bayi yang terdiri dari dua ekor singa, seekor gajah sumatra, dan seekor jerapah.

“Biasanya setiap bulan di sini selalu ada satu kelahiran satwa,” kata Frans yang juga mengelola BSMP itu.

Sejak berdiri tahun 2007, BSMP dihuni sekitar 1.000 ekor satwa dilindungi dari 300 spesies. Dibandingkan dengan dua pendahulunya, yakni TSI I di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan TSI II di Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, jumlah satwa dilindungi di BSMP relatif lebih sedikit.

Di TSI Bogor terdapat 3.000 ekor, sedangkan di TSI Prigen dihuni 2.000 ekor satwa langka. AN-MB