anak-anak TK mengusung ogoh-ogoh

Jembrana (Metrobali.com)-

Sejumlah Sekaa Teruna Teruni (STT) di Jembrana mempertanyakan sistem penjurian festival ogoh-ogoh yang dilombakan itu. Mereka juga menuding tim juri tidak transparan. Pasalnya hingga lomba selesai, tim juri hanya mengumumkan pemenangnya saja, tanpa memberitahukan berapa nilai yang diperoleh, serta dimana letak kekurangan ogoh-ogoh yang kalah.

Ketua STT Kerti Yowana Banjar Dauh Pasar Desa Pakraman Pergung, Mendoyo, Kadek Dwi. Ia mengaku kecewa dengan kiberja tim juri. Ia dinilai tim juri kurang kooperatif, tidak objektif dan tidak transparent. “Masak ogoh-ogoh yang belum jadi juga dinilai, apanya yang dinilai. Penilaian macam apa ini” ujarnya, Minggu (30/3).

Lanjut, apa tim juri tahu, mana ogoh-ogoh yang dibeli dan dibuat murni oleh STT. Pasalnya ada ogoh-ogoh yang sengaja mendatangkan tukang dari Gianyar, malah terpilih ikut lomba.  “Apa lomba ini murni untuk meningkatkan kreasi STT atau apa? Kalau hanya untuk sekedar memeriahkan..ya.. jangan dilombakan” ungkapnya.

Ia juga mempertanyakan peran bendesa dalam menentukan atau menunjuk ogoh-ogoh mana berhak ikut lomba. “Memangnya bendesa itu tahu mana ogoh-ogoh yang baik dan jelek” ujarnya.

Menurutnya dengan terlibatnya bendesa, bisa memicu kecemburuan STT lainnya. Pasalnya penunjukkan itu lebih kepada selesa bendesa dan nepotisme, sehingga muncul kesan kurang  objektif.

Untuk diketahui, Pemkab Jembrana mulai tahun 2014 ini menggelar lomba ogoh-ogoh. Sistemanya, ogoh-ogoh yang ikut lomba ditunjuk oleh bendesa masing-masing. Ditingkat kecamatan, ogoh-ogoh kembali dinilai oleh tim juri dari kabupaten, untuk mendapatkan tiga ogoh-ogoh yang akan di lombakan di Catus Pata saat pengerupukan. Ditingkat kabupaten, tim kembali menilai untuk mendapatkan juara pertama dan kedua. Juara pertama berhak atas hadiah uang Rp.3 juta ditambah 2 godel dan juara kedua, 2 godel. MT-MB