Foto: Suasana Flair Bartending Competition serangkaian Dies Natalis yang ke-10 dari Royal Bali College dan juga pendangatangan MoU dengan Indonesia Barista Association (IBA) Bali dan Bali Luxury Villa Management.

Gianyar (Metrobali.com)-

Royal Bali College, Hotel and Cruise Ship Training Center, memperingati Dies Natalis yang ke-10 di tahun 2024 ini. Berbagai rangkaian kegiatan diselenggarakan salah satunya Flair Bartending Competition yang digelar pada Senin 28 Oktober 2024 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Flair Bartending Competition yang digelar di Kampus Royal Bali College, Jalan Pasekan 90X Batubulan, Sukawati, Kabupaten Gianyar itu diikuti peserta dari umum maupun siswa SMA/SMK se-Bali. Lomba bertujuan untuk mewadahi kreativitas dan skill generasi muda Bali di bidang flair bartending dan mendorong lebih banyak muncul talenta muda yang menguasai skill bartending.

Sementara itu rangkaian acara Dies Natalis yang ke-10 dari Royal Bali College telah dimulai sejak tanggal 26 Oktober 2024 dengan diadakan lomba Cooking Class, lalu berlanjut di tanggal 27 Oktober dengan Barista/Latte Art Competition kemudian berlanjut dengan Flair Bartending Competition di tanggal 28 Oktober dan puncak acara pada sore harinya.

Dalam kesempatan di acara pembukaan Flair Bartending Competition ini juga dilakukan penandatanganan MoU antara Royal Bali College, dengan Indonesia Barista Association (IBA) Bali dan juga Bali Luxury Villa Management.

Di usia yang ke-10 tahun ini, Royal Bali College telah ibarat menjadi rumah kedua generasi muda Bali yang ditempa dengan skill mumpuni untuk bersiap menjadi pahlawan keluarga bekerja sebagai profesional di bidang hospitality baik di dalam maupun di luar negeri. Sejauh ini lulusan Royal Bali College juga sangat dipercaya industri pariwisata berkat attitude di atas rata-rata.

Berikan Ruang Kreativitas dan Asah Skill Generasi Muda

Ketua Yayasan Manggala Widya Sastra Nyoman Kariyasa didampingi salah satu founder Royal Bali College Putu Alit Budi Sastrawan yang juga pembina Yayasan Manggala Widya Sastra menerangkan tujuan dari diadakannya berbagai lomba atau kompetisi menyambut Dies Natalis yang ke-10 dari Royal Bali College tahun ini. Dikatakan, berbagai lomba ini diadakan untuk menyediakan ruang bagi generasi muda, baik siswa SMA/SMK maupun masyarakat umum, agar dapat meningkatkan portofolio kemampuan mereka.

“Di Dies Natalis itu adalah untuk memberikan ruang kepada generasi muda, baik itu dari SMA/SMK maupun masyarakat umum, untuk mereka meningkatkan portfolio dalam kemampuan mereka,” terang Kariyasa.

Kariyasa menambahkan bahwa selain kemampuan soft skill, generasi muda juga perlu menguasai hard skill. Oleh karena itu, pihaknya memberikan ruang untuk berkompetisi guna mendorong mereka mengembangkan mentalitas menuju kesuksesan. Kompetisi ini diharapkan dapat memperkuat mental, meningkatkan keterampilan, dan pada akhirnya mempermudah para mahasiswa meraih kesuksesan.

“Karena mental diperlukan dalam bentuk kompetisi, kompetisi akan mendapatkan kemampuan peningkatan skill, peningkatan skill akan mempermudah untuk sukses, itu harapan kami,” katanya.

Mengenai pengembangan Royal Bali College, Kariyasa menerangkan, Yayasan Manggala Widya Sastra terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Tahun ini, pihaknya telah mengembangkan Royal Bali College di Jembrana, dan ke depannya diharapkan akan ada pengembangan program studi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Direncanakan, pada tahun depan akan dibuka kelas khusus untuk barista.

Kariyasa menyatakan bahwa program barista adalah fokus pengembangan terbaru Royal Bali College dalam waktu dekat. Selain itu, peningkatan kualitas pelayanan juga menjadi prioritas, termasuk dengan memperbarui seluruh peralatan praktik dan fasilitas pendukung lainnya.

“Barista itu pengembangan kami saat ini untuk program terdekat kami. Selain daripada tentu peningkatan daripada kualitas pelayanan kami dengan meningkatkan seluruh alat-alat praktek dan sebagainya,” katanya.

Kariyasa menjelaskan bahwa rencana pembukaan kelas Barista di Royal Bali College didasari oleh kebutuhan industri, khususnya di sektor perhotelan dan kapal pesiar. Kampus Royal Bali College selalu berupaya menyesuaikan program studinya dengan permintaan industri. Selain program barista, kelas untuk bidang bar dan kuliner juga akan ditingkatkan untuk memenuhi permintaan yang tinggi di sektor tersebut.

“Di awal kami selalu meningkatkan jurusan-jurusan sesuai dengan permintaan. Jadi barista dan juga dan juga kelas bar adalah permintaan yang luar biasa. Kami juga akan meningkatkan di kuliner,” tegasnya.

I’m ROBINS

Royal Bali College juga mengusung budaya organisasi dan nilai-nilai yang ditanamkan kepada seluruh keluarga besarnya yang disebut ROBINS yang merupakan singkatan dari Respect, Optimist, Brilliant, Integrity, Nationalism, Satisfaction. Keenam nilai-nilai ini juga ditanamkan kuat kepada seluruh mahasiswa Royal Bali College dimana mereka juga disebut sebagai ROBINS.

Terkait nilai-nilai ini, Kariyasa menjelaskan, ROBINS adalah identitas bagi seluruh siswa di Royal Bali College. Nama ini memiliki makna yang mendalam, di mana huruf R melambangkan Respect atau penghargaan yang diharapkan dimiliki oleh setiap mahasiswa, staf, dan pegawai di kampus ini, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. O melambangkan Optimistik, mencerminkan sikap optimis yang harus dimiliki oleh seluruh komunitas di Royal Bali College, dengan keyakinan yang besar dan pandangan ke depan yang positif dalam hidup.

“O adalah Optimistik, bagaimana orang-orang di Royal Bali College, siswa-siswa Royal Bali College, dan staff Royal Bali College itu sendiri mempunyai optimistik dalam hidupnya. Mempunyai keyakinan yang besar dalam hidupnya, brilliant selalu melihat ke depan,” terangnya.

Kariyasa menyatakan bahwa sebagai ROBINS dan Ketua Yayasan, ia memiliki visi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pasar dan masyarakat agar dapat bersaing di dunia industri. Identitas ROBINS juga mencerminkan nilai-nilai inti seperti Integrity atau integritas dalam setiap tindakan yang dilakukan untuk bangsa, serta Satisfaction sebagai kepuasan diri yang diperoleh dari pencapaian dan keberhasilan. Nilai-nilai ini menjadi roh yang menggerakkan setiap siswa, yang memahami dan menghayati identitas mereka sebagai ROBINS.

“Kita semua di sini adalah Robin. Who you are? I’m ROBINS. Tidak ada Made, Nyoman, Ketut. Kita di sini satu nama. Nama kita adalah ROBINS. Seperti itu filosofinya,” tegasnya.

Semakin Dipercaya, Lulusan Terserap di Dalam dan Luar Negeri

Sementara itu Direktur Royal Bali College Ni Kadek Suwandayani S. Pd., M.M., menjelaskan capaian dari kampus ini selama 10 tahun berdiri dan juga seperti apa pengembangan ke depan. Dikatakan, Royal Bali College  telah berhasil membuka beberapa program baru. Program pendidikan tidak hanya mencakup jenjang Diploma satu, tetapi juga telah diperluas hingga Diploma dua.

“Selain itu, capaian lainnya adalah kesempatan bagi para siswa untuk mengikuti program magang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” ujarnya seraya menambahkan bahwa peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas program pelatihan Royal Bali College tercermin dari meningkatnya jumlah peserta pada tahun ini.

Terkait program studi untuk Diploma I dan II, Suwandayani menjelaskan bahwa untuk Diploma I tersedia program F&B Service, Housekeeping, Front Office Service, Bartending, dan Culinary. Sementara itu, untuk Diploma II, tersedia program Butler Service dan F&B Division. Ia juga mengungkapkan rencana untuk mengembangkan program studi lainnya yang akan diluncurkan sebagai kejutan bagi masyarakat.

“Tentunya ada rencana untuk pengembangan lagi prodi lainnya. Untuk pengembangan programnya kami akan launching agar menjadi kejutan untuk masyarakat,” katanya.

Dari sisi serapan lulusan Royal Bali College tersebar di dalam negeri dan luar negeri. Suwandayani mengungkapkan, di dalam negeri, kampus ini memiliki kerja sama yang luas dengan berbagai pemangku kepentingan di industri perhotelan. Sementara itu, untuk lulusan yang ingin bekerja di luar negeri, Royal Bali College juga menyediakan bantuan untuk menjembatani para siswa agar dapat bekerja, baik di darat maupun di kapal pesiar.

Suwandayani menyatakan bahwa kepercayaan dunia industri pariwisata terhadap lulusan Royal Bali College sangat tinggi. Hal ini terbukti dari lebih dari 90 persen lulusan yang berhasil terserap di industri perhotelan dan kapal pesiar. Sementara itu, sebagian kecil lulusan lainnya memilih untuk membuka usaha sendiri, yang masih berkaitan dengan industri perhotelan, seperti restoran dan bisnis sejenis.

“Terbukti dengan adanya lebih dari 90 persen anak-anak kami terserap di industri perhotelan dan kapal pesiar. Kemudian sisanya mereka memilih untuk membuka usaha sendiri, tapi masih berhubungan dengan industri perhotelan, seperti restoran dan lain sebagainya,” pungkasnya.

Diberikan Pembinaan Berkelanjutan

Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar diwakili Wayan Ardika selaku Kabid Pelatihan dan Produktivitas mengapresiasi eksistensi Royal Bali College yang sudah menginjak usai 10 tahun ini. Ardika berharap agar lembaga pelatihan kerja (LPK) di Kabupaten Gianyar, khususnya Royal Bali College, terus mendapatkan pembinaan. Ia menekankan pentingnya pendampingan dalam aspek kelembagaan, kualitas, dan lulusan untuk memastikan perkembangan yang berkelanjutan.

” Artinya pembinaan-pembinaan yang kita lakukan baik dari sisi kelembagaan mereka, dari sisi kualitas, dari sisi lulusan mereka, kita selalu dampingi,” katanya.

Ardika menekankan bahwa dalam hal proses perizinan untuk lembaga pelatihan kerja (LPK) di Gianyar, pihaknya sangat ketat. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa LPK berfungsi hanya sebagai tempat pelatihan dan tidak menjanjikan sesuatu yang tidak realistis, seperti keberangkatan ke luar negeri. Ia menegaskan bahwa LPK seharusnya hanya fokus pada pencetakan lulusan dengan kompetensi tertentu, melalui jurusan dan program yang tersedia.

“Tidak boleh LPK itu menjanjikan sesuatu, apalagi mereka menjanjikan untuk berangkat ke luar negeri. Itu tidak diizinkan. Karena mereka dalam hal ini hanya mencetak lulusan yang memiliki kompetensi tertentu, melalui jurusan dan program yang mereka miliki,” paparnya.

Ardika menjelaskan bahwa untuk penempatan lulusan, diharapkan adanya kerjasama, terutama untuk kesempatan kerja di luar negeri melalui Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI). Ia juga mengingatkan para siswa untuk selalu berhati-hati dalam memilih peluang kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan penekanan khusus pada risiko yang mungkin ada di luar negeri.

Ardika mengingatkan bahwa banyak kasus yang terjadi akibat kurangnya kehati-hatian dari individu yang memilih pekerjaan di luar negeri. Ia mencatat bahwa sering kali ada iming-iming dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang mencari keuntungan pribadi dengan menjanjikan hal-hal yang tidak sepatutnya. Misalnya, mereka menawarkan kesempatan kerja di luar negeri dengan tarif murah dan proses yang dipermudah. Namun, sebenarnya mengikuti prosedur yang benar tidak selalu sulit, yang diperlukan hanyalah melengkapi dokumen yang dipersyaratkan oleh pemerintah.

“Dalam hal ini misalnya kena iming-iming, mereka mengajak ke luar negeri dengan tarif murah, dengan dimudahkan. Sebenarnya kalau mereka mengikuti prosesnya, itu tidak selalu sulit. Hanya mereka ini perlu melengkapi dokumen-dokumen yang memang dipersyaratkan oleh pemerintah,” tandasnya.

Siap Cetak Barista Handal

Chairman Indonesia Barista Association (IBA) Bali Nyoman Suweca mengapresiasi MoU dengan Royal Bali College untuk bisa mencetak lebih banyak barista profesional dari Bali. Dia mengatakan, kolaborasi ini melibatkan penyediaan trainer bersertifikat barista, termasuk sertifikasi dari BNSP, sehingga pengajaran yang dilakukan resmi diakui oleh pemerintah.

Selain itu, anggota asosiasi juga berperan sebagai roster, dan mereka sering dipercaya oleh dinas provinsi dan kabupaten untuk menyelenggarakan pelatihan serta bimbingan teknis tentang cara menyeduh kopi secara manual dan menggunakan mesin, serta teknik-teknik dalam pembuatan kopi.

Suweca menjelaskan bahwa kolaborasi dengan Royal Bali College menjadi lebih berarti karena adanya kelas barista di kampus tersebut. Dengan adanya MoU ini, setiap kali Indonesia Barista Association dipanggil untuk memberikan pelatihan, anggota mereka akan selalu siap untuk datang ke kampus dan memberikan edukasi.

“Nah, kolaborasi kami dengan Royal Bali College ini, karena di sekolah kan juga ada kelas barista, jadi dengan adanya MOU ini kami di asosiasi setiap kali dipanggil untuk memberikan training, ya anggota kami pasti akan siap untuk ke kampus untuk memberikan pelatihan,” terangnya.

Nyoman Suweca menambahkan bahwa dengan adanya MoU, telah terjalin ikatan kerjasama yang jelas. Hal ini membuat program pendidikan bagi barista di kampus menjadi lebih terstruktur dalam menyerap pengetahuan tentang kopi. Ia juga mencatat bahwa saat ini, tren kopi sedang berkembang pesat di Bali, sehingga kolaborasi ini sangat relevan.

Suweca menyatakan bahwa peluang bagi barista untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha sendiri sangat besar. Ini dibuktikan dengan munculnya gerai-gerai kopi baru hampir setiap hari. Ia menekankan pentingnya bersaing dengan praktisi barista di tingkat nasional dan internasional di Bali.

Oleh karena itu perlu mengedukasi siswa agar kualitas mereka tidak kalah. Suweca juga menyoroti antusiasme para siswa yang tinggi, terutama karena banyak dari mereka mendapatkan sertifikasi melalui program pelatihan gratis yang didanai oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.

Suweca menjelaskan bahwa sebagai trainer, pihaknya memberikan pelatihan kepada siswa secara konsisten dan berkelanjutan. Indonesia Barista Association (IBA) melakukan pelatihan dari kampus ke kampus, namun dengan syarat bahwa harus ada MoU yang terjalin terlebih dahulu.

“Jadi kami dari kampus ke kampus selalu memberikan pelatihan, tetapi dengan catatan harus ada MOU dulu,” pungkasnya.

Attitude di Atas Rata-Rata

I Rai Wiradarma selaku Villa Area Manager Bali Luxury Villa Management mengapresiasi kualitas SDM yang dihasilkan Royal Bali College. Dia mengatakan, Royal Bali College merupakan salah satu penunjang pariwisata yang sangat berarti, karena berperan dalam mendidik siswa agar menjadi lebih profesional.

Kerja sama ini memungkinkan Royal Bali College menyediakan tenaga kerja freelance atau trainee yang ditempatkan di vila-vila yang dikelola oleh Bali Luxury Villa Management, sehingga memberikan dukungan yang signifikan bagi industri pariwisata.

Rai Wiradarma menambahkan bahwa Bali Luxury Villa Management juga menyiapkan sertifikat untuk siswa yang telah menjalani pelatihan di vila-vila yang dikelola. Sertifikat ini sangat bermanfaat bagi para pelajar.

“Sertifikat untuk pelajar-pelajar yang sudah melakukan training di vila-vila kita. Dan ini sangat bermanfaat sekali. Ya, seperti simbiosis mutualisme. Kita saling memberikan manfaat,” ujarnya.

Rai Wiradarma menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Royal Bali College dalam rangka Dies Natalis sangat bermanfaat bagi kelanjutan karir anak didik mereka, dan pihak Bali Luxury Villa Management bahkan siap memfasilitasi anak-anak RBC sebagai tenaga freelance.

Lebih lanjut Rai Wiradarma menjelaskan bahwa ada beberapa aspek penting yang mereka tekankan kepada siswa Royal Bali College. Pertama adalah sikap (attitude), di mana meskipun memiliki keterampilan yang hebat, sikap yang baik tetap sangat penting. Ia mengapresiasi bahwa siswa-siswa RBC memiliki sikap yang baik, yang menjadi harapannya.

Kedua, mereka adalah pekerja keras yang antusias dalam menerima pengetahuan dari Bali Luxury Villa. Ketiga, loyalitas juga menjadi fokus penting. Dan secara umum, para siswa RBC sudah memiliki sikap yang baik, kejujuran, kerja keras, dan loyalitas.

“Kalau mengenai kualitas dan kuantitas kerja itu learn by doing. Jadi, apa yang kita tekankan di sini, yaitu attitude, kejujuran, kerja keras, loyalitas itu mereka sudah pada umumnya punya,” tutupnya.

Apresiasi serupa disampaikan Rendy selaku Villa Area Manager Bali Luxury Villa Management. Dia mengatakan, trainee yang diterima di Bali Luxury Villa Management dari Royal Bali College memiliki skill yang cukup mumpuni. Ia menambahkan bahwa sikap (attitude) yang ditunjukkan oleh para trainee tersebut juga sangat baik.

“Sejauh ini yang trainee yang kita terima di management kami dari Royal Bali College itu saya lihat secara skill sudah cukup mumpuni, and then dari attitude terutama itu sangat baik sekali,” katanya.

Rendy menjelaskan bahwa dalam dunia hospitality, pelayanan kepada tamu merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Ia menekankan bahwa pelayanan adalah aspek terpenting, bahkan lebih utama daripada skill itu sendiri.

“Karena kita tidak bisa pungkiri, kita di dalam dunia hospitality, yang kita berikan kepada tamu itu adalah pelayanan. Jadi itu salah satu hal yang terpenting yang buat saya adalah poin paling atas sebelum skill,” pungkasnya. (wid)