Singaraja (Metrobali.com)-

 Depertemen Kementrian Agama Buleleng Bali menuai kecaman
dari pembina Pesantren/Majelis Taklim seKabupaten Buleleng terkait
bantuan pusat untuk tenaga pengajar non PNS. Pasal nya, Depertemen
Kementrian Agama diskriminatif terhadap pendidikan
kepesantrenan/Majelis Taklim yang ada di kecamatan Busungbiu Buleleng
Bali Pesantren Jabarrahmah Almasu’udiyah. Penyebab nya adalah bukan
materi palajaran yang di selenggarakan di pesantren (majelis Ta’lim)
tersebut, namun di sebabkan sikap kritis yang di lakukan oleh Pembina
Pesantren H. Sukarno terhadap kinerja oknom di lingkungan Depertemen
Kementrian Agama Buleleng Bali.

Kejadian itu berawal  saat Depertemen Kementrian Agama Buleleng Bali
menyelenggarakan pembinaan produk halal tahun 2013 lalu. Pembinaan
yang nota bene merupakan program Depertemen Kementrian Agama Pusat.
cara tersebut yang seharus nya di selenggarakan dua kali dalam
setahun, sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk
teknis (juknis) pusat, nanmun oleh Depertemen Kementrian Agama
Buleleng hanya di selengarakan sekali. Akan tetapi, saat acara
berlangsung, panitia memasang  dua tulisan. Tulisan yang pertama
berbunyi “Pembinaan Produk Halal Tahun 2013 tahap pertama Tanggal 14
September”. Sementara di sebelah kiri ada tulusan ” Pembinaan Produk
halal Tahun 2013 Tahap ke dua Tanggal 28 September”. Saat itu tanggal
28 September, Pembina Pesantren Jabarrahmah Almas’udiyah H. Sukarno
mempertanyaan tulisan yang ada di samping kanan panitia yang
menunjukkan tanggal 14 September, karena semua peserta merasa tidak
pernah mengikuti pembinaan tanggal 14 September tersebut. Oleh karena
nya, semua peserta sepakat tulisan tersebut di minta untuk di
turunkan. Namun pihak panitia besikukuh tidak menurunkan tulisan itu.
Usut punya usut, ternyata panitia sengaja mempolitisasi acara, dengan
satu kali acara,namun laporan ke pusat acara pembinaan produk halal di
Buleleng Bali seolah-olah diselenggarakan dua kali. Dengan bukti yang
di laporkan ke pusat dua tulisan yang di foto secara terpisah.

Ternyata kritikan Pembina Pesantren Jabarrahmah Almas’udiyah H.
Sukarno tahun lalu tersebut, berimbas dengan pencoretan Pesantren
(Majelis Ta’lim) satu-satunya yang ada di Kecamatan Busungbiu Buleleng
Bali sebagai penerima bantuan dana pembinaan. “Tanpa bantuan itu
(Bantuan dana pembinaan), majelis taklim kami tidak akan kekurangan.
Apalagi sampai berhenti. Tidak mungkin. Silahkan makan saja uang nya,”
ujar nya.

Tanpa terkecuali, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Seririt
dan Kecamatan Busungbiu Ahmad Ghazali Selasa (19/8) tadi mengecam dan
menyesali tindakan diskriminatif Oknom Depertemen Kementrian Agama
Buleleng tersebut. Walaupun diri nya saat kejadian itu belum bertugas
di Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu, pihak nya tidak
sependapat, penghapusan bantuan dana pembinaan dari pusat karena oknom
Depertemen kementrian Agama Buleleng Bali merasa tersinggung dan
merasa di kebiri oleh salah satu Pembina majelis taklim. “Seharus nya
professional menyikapi kritikan dan saran dari pihak manapun yang
sifat nya membangun, bukan malah mencoret nya, kalau pejabat nya
seperti ini, kapan maju masyarakat kita,” ujar Ghozali.

Sementara saat dikonfirmasi oleh METRO BALI, pejabat yang di
lingkungan Depertemen Kementrian Agama Buleleng Bali saling lempar
tanggung jawab. Tidak ada satu pun yang berani memberikan keterangan.
Termasuk ketua panitia Pembinaan produk Halal tahun 2013 lalu H.
Lukman. Tidak tahu menahu soal itu. ED-MB