Denpasar (Metrobali.com)-

Warga Desa Pekraman (Adat) Sema, Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar kegiatan ritual berskala besar “Karya Padudusan Agung, Tawur Pedanan” pada hari Rabu, Buda Kliwon Sinta, bertepatan hari Purnamaning Kapat, 8 Oktober 2014.

“Ratusan warga setempat mulai melakukan persiapan, membuat sarana upakara dengan harapan semuanya dapat terlaksana dengan baik dan lancar,” kata Bendesa Desa Pakraman Sema I Nyoman Sukanada, S.H.,M.M., Jumat (12/9).

Kegiatan ritual berskala besar itu akan dipimpin (dipuput) oleh 12 pendeta, antara lain Ida Pedanda Gede Sunia Arsa dari Griya Bongkasa Kabupaten Badung, Ida Pedanda Gede Kemenuh (Griya Sembung Badung), dan Ida Pedanda Gde Made Gianyar (Griya Kawan Buda Keling Karangasem).

Selain itu, juga Ida Pedanda Gde Made Gunung (Blahbatuh Gianyar), Ida Pedanda Gde Telaga (Sanur), Ida Pedanda Gede Ketut Kawan (Buda Keling), Ida Rsi Bhujangga Wesnawa Agni Murwa Natha (Griya Sunia Hening Bukian Payangan), dan Ida Pedanda Gde Giri Dwija Kemenuh, Mengwitani Kabupaten Badung.

Nyoman Sukanada yang didampingi Kelian adat Sema Nyoman Wirya menjelaskan ritual kali ini akan mengundang (ngerauhan) sekitar 30 tapakan barong, antara lain dari pura kahyangan tiga di lingkungan Kecamatan Payangan, pura sad kayangan Pucak Padang Dawa, Baturiti Kabupaten Tabanan.

Selain itu, barong yang disakralkan Pura Taman Sari Apuan, Baturiti Kabupaten Tabanan, Pucak Pauisan, dan Pura Penglimut Langgahan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Dari sejumlah barong yang disakralkan itu, sudah mulai datang 29 September atau seminggu menjelang puncak kegiatan untuk ikut ambil bagian acara Melasti ke Pantai Masceti Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Dalam rangkaian ritual berskala besar itu diperkirakan menhabiskan biaya sekitar Rp1 miliar, dan dana tersebut peroleh dari iuran warga masyarakat penyungsung Pura Puseh yang jumlahnya sekitar 446 keluarga, dan dana bisa terkumpul Rp660 juta.

Kekurangan tersebut diharapkan bisa ditutupi dengan adanya dana punia (bantuan secara ikhlas) dari masyarakat, tokoh yang ada di lingkungan daerah ini, maupun dari bantuan pemerintah yang diperuntukkan desa adat.

Dengan demikian, kata dia, kegiatan ritual itu diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Sebelumnya, masyarakat setempat berhasil merampungkan pembangunan wantilan secara permanen, memperluas areal pura dengan memasang senderan beton dengan biaya sekitar Rp1 miliar.

Hal itu, kata Sukanada, dapat terlaksana berkat kesadaran, semangat, dan peran serta seluruh warga desa adat Sema yang secara tidak langsung ikut mengajegkan Bali. AN-MB