Foto: Kegiatan penghijauan dan bersih–bersih di areal mangrove sekitar kawasan Pantai Desa Sidakarya, pada Kamis, 18 Mei 2023.

Denpasar (Metrobali.com)-

Derita warga selama lebih dari 41 tahun akibat tidak memiliki akses jalan masuk ke Pantai Desa Sidakarya ternyata kembali berkepanjangan. Setelah harapannya pupus, karena janji manis yang diberikan Pemerintah Pusat dan daerah akan membangun Terminal LNG di sekitar kawasan Pantai Desa Sidakarya belum juga terwujud.

Padahal sudah tertuang kesepakatan antara Desa Serangan, Sesetan, Sidakarya dan Sanur Kauh untuk mendukung segera berjalannya pembangunan Terus LNG, sehingga otomatis akses jalan masuk ke Pantai Desa Sidakarya bisa segera terwujud.

Penderitaan warga Desa Sidakarya bisa ikut dirasakan ketika berbagai elemen masyarakat mengikuti kegiatan penghijauan dan bersih–bersih di areal mangrove sekitar kawasan Pantai Desa Sidakarya, pada Kamis, 18 Mei 2023. Mirisnya sebelum tiba di Pantai Desa Adat Sidakarya harus menggunakan akses pantai desa tetangga dengan menggunakan perahu atau jukung baru tiba di pantai yang dikelilingi mangroge yang kumuh dan penuh sampah plastik. Pantai seluas 1.500 meter per segi ini, lokasinya memang sangat terisolir, akibat tanpa akses jalan masuk yang tertutup oleh tanaman mangrove yang sebagian mengering dan mati akibat sampah plastik.

“Karena kita tidak punya akses jalan masuk ke pantai, maka kita harus masuk melalui pantai desa lain, yakni Desa Sanur Kauh. Jadi kita harus pakai perahu (jukung, red) baru bisa ke Pantai Desa Sidakarya,” kata Perbekel Desa Sidakarya, I Wayan Madrayasa, SH., kepada awak media, pada Kamis (18/5/2023), ketika kegiatan penghijauan dan bersih sampah di area mangrove, sebagai peringatan HUT ke-41 Desa Sidakarya, sekaligus perayaan Hari Perjuangan Nelayan (Bendega Bali) dan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM).

Karena itulah, seluruh masyarakat Desa Sidakarya turun langsung untuk berjuang dan didukung oleh desa lainnnya mendesak Pemerintah Pusat, termasuk Pemprov Bali dan Pemkot Denpasar, agar segera melakukan menata pantai sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam pertemuan harmonisasi sebelumnya.

“Jika sudah ditata dan ada akses jalan masuk, maka kelompok masyarakat bisa bekerja di pinggiran pantai. Kita baru ngeh (sadar, red) sekarang perlu akses jalan masuk ke pantai untuk mendukung kegiatan keagamaan, khususnya melasti,” tegasnya, seraya menegaskan sudah menyampaikan aspirasi ini ke Pemerintah terkait akses jalan ini. Bahkan sudah memasang berbagai spanduk dan baliho sebagai bentuk dukungan kepada Pemerintah, baik pusat dan daerah untuk mewujudkan program tersebut.

“Kami sangat mendukung pemimpin kami, apalagi niat baik ini juga akan mendukung masyarakat kami ke depan. Bulan April lalu kita demo mendukung dengan memasang spanduk dan baliho di beberapa titik jalan, termasuk di mangrove dan pesisir pantai sebagai wujud dukungan kami yang sudah disepakati dalam rapat paruman bersama bendesa dan para tokoh masyarakat, sehingga berharap agar secepatnya direalisasikan,” tukasnya.

Dijelaskan, penataan pantai dengan konsep Sekartanur di wilayah Serangan, Sidakarya, Sanur Kauh dan Sesetan sangat didukung penuh, sehingga terus menunggu janji Pemerintah. Pihaknya menyatakan sangat mendukung program Pemerintah sesuai dengan kesepakatan harmonisasi sebelumnya yang akan melakukan penataan kawasan pantai di wilayah Desa Sidakarta, secara terintegrasi dengan Desa Serangan, Sanur Kauh dan Sesetan, karena kondisi pesisir pantainya sudah sangat kumuh.

Melalui penataan kawasan ini ke depan akan menjadikan pantai semakin baik, apalagi ada rencana pembangunan Terminal LNG yang sudah didukung oleh semua desa adat. “Kita dari desa adat dan desa dinas sangat mendukung sekali program pembangunan Tersus LNG,” tegasnya lagi.

Ia beralasan karena akan memberi dampak sosial dan ekonomi yang sangat siginifikan bagi masyarakat, apalagi juga akan dibuatkan akses jalan masuk khusus ke Pantai Desa Sidakarya, sehingga tidak perlu lagi harus menggunakan akses pantai desa lain untuk masuk ke Pantai Desa Sidakarya.

“Jika sudah ada akses jalan masuk, maka Kelompok nelayan kita bisa langsung beraktifitas di pantai kita. Bahkan bagi masyarakat terutama generasi muda bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan,” ujarnya, sembari menegaskan Terus LNG ini sebenarnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat Bali untuk menjaga keamanan pasokan listrik dan mengurangi pasokan listrik dari luar Bali,” ungkap Perbekel Desa Sidakarya periode 2019-2025 tersebut.

Untuk itulah, pihaknya menegaskan sengaja mengundang seluruh elemen masyarakat di Desa Sidakarya mulai dari LPM, BPD dan KBS Provinsi Bali, bendesa adat, kelian banjar, PKK, serta tokoh masyarakat untuk bergotong royong bersih-bersih pantai dan tanam pohon Cemara Udang, agar masyarakat paham dan bisa mengetahui dengan jelas pesisir Pantai Desa Sidakarya yang bisa digunakan untuk mendukung kegiatan keagamaan, khususnya upacara melasti.

“Kita perlu akses masuk ke pantai, sehingga sudah mengajukan permohonan terutama ke Pemprov Bali, agar Pak Gubernur terketuk hatinya segera merealisasikan akses masuk ke Pantai Desa Sidakarya,” pungkasnya. (dan)