Deret Isu yang Diperjuangkan Peserta PWF Sebelum Dibubarkan Ormas Bali
Denpasar, (Metrobali.com)
Titin Sumiati seorang ibu rumah tangga yang menjadi salah satu peserta diskusi People Water Forum (PWF) atau Forum Air untuk Rakyat Bali mengungkapkan ia membawa isu sulitnya mendapatkan akses air bersih di tempat tinggalnya, Pademangan Jakarta Utara.
“Jadi, mungkin kawan-kawan yang ada di daerah-daerah beranggapannya bahwa kami tinggal di Ibu Kota Jakarta itu semua akses semuanya gampang dan mudah didapat, tapi ternyata tidak,” kata Titin saat ditemui di lokasi acara, Hotel Oranjje, Kota Denpasar, Bali, Kamis (23/5).
Ia juga menyebutkan, dampak dari sulitnya mendapatkan air bersih di tempat tinggalnya, tak jarang berimbas kepada kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
“Karena apa, begitu anak mau mandi mau ngaji tidak ada air. Suami taunya, ibu yang berdekatan dengan air, begitu suami pulang kok tidak diseduhkan kopi, karena airnya susah untuk didapat untuk di wilayah Jakarta Utara,” ungkapnya.
Sementara untuk mendapatkan air bersih harganya sangat mahal. Yakni, harus menggunakan air master meter yang biayanya Rp15 ribu per kubik. Hal itu diklaim setara dengan air untuk kebutuhan hotel berbintang lima.
“Di tempat kami walaupun airnya mahal harga Rp 15 ribu per kubik setara harga air hotel bintang lima dan kualitas airnya juga kurang bagus, airnya keruh, (berwarna) kuning. Jadi begitu dipakai di tangan di badan pada gatal-gatal,” ujarnya.
“Sedangkan kami, tinggal di Kota Jakarta dengan mayoritas pekerja buruh dan serabutan. Kalau untuk membayar air per bulannya Rp1,2 juta gitu, upah kami habis untuk membayar air, bagaimana kita bisa hidup layak dan mendapatkan air yang bersih,” tambahnya.
Ia menyinggung hak rakyat untuk mendapatkan air bersih dan negara menjamin soal itu.
“Kita udah miskin, dimiskinkan lagi oleh negara karena biaya pengeluaran air itu, jadi kita double yang untuk mandi kita pakai air master meter, yang pakai minum kita beli di air isi ulang lagi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Titin mengaku kecewa isu yang ia perjuangkan sirna ketika adanya aksi pembubaran diskusi yang dilakukan salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Bali.
Sementara itu, Djoko Puwanto, pria yang tinggal di pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, datang ke Bali untuk menghadiri forum PWF untuk mengikuti pembahasan soal air yang dapat dijadikan solusi di kampungnya.
Ia mengungkapkan, adanya kondisi yang mengancam ketersediaan air untuk warga di tempat tinggalnya dan wilayah tempat tinggalnya adalah daerah resapan penyimpanan dan tempat penyaluran air.
“Tapi saat ini kondisinya terancam oleh pengembangan yang ada di kabupaten Rembang. Salah satunya untuk bahan semen dan sampai akhir ini banyak sekali tambang-tambang dan salah satunya pabrik semen Indonesia telah berdiri di sana dan beroperasi,” ujarnya.
Ia mengaku sudah melakukan gugatan. Tapi, sampai hari ini pabrik tersebut terus beroperasi dan terus menambang. Warga setempat sudah sangat khawatir akan daerah resapan yang terus ditambang dan akan kekurangan air bersih.
“Makannya, ketika kami dikabari lagi ngumpul di Bali untuk rembukan tentang air, ini merupakan salah satu energi juga untuk kita berkomunikasi dan berjejaring. Tapi faktanya, ketika sampai di sini apa yang kita bawa dari rumah itu tidak tersampaikan,” ujarnya.
Sebelumnya, kegiatan The People’s Water Forum (PWF) yang dilaksanakan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan aktivis lingkungan dibubarkan oleh puluhan orang dari salah satu ormas.
Tak berhenti pada awal pekan ini, massa dari ormas yang sama pun melakukan aksi serupa pada lanjutan gelaran tersebut di hari selanjutnya.
Bahkan, eks Hakim MK I Dewa Gede Palguna yang menjadi pemateri pun turut diusir sehingga tak bisa masuk ke hotel tempat gelaran forum tersebut pada Selasa (21/5).
Selain itu, viral pula Pelapor khusus PBB untuk hak atas air dan sanitasi, Pedro Arrojo Agudo juga diadang massa ormas untuk masuk ke hotel tersebut pada hari yang sama.
Polda Bali menyatakan masih mendalami dugaan upaya pembubaran paksa dan intimidasi oleh ormas terhadap acara dan peserta Forum Air untuk Rakyat (People’s Water Forum/PWF).
“Kami masih dalami dan belum tahu pasti apa masalahnya dan siapa-siapa yang miskomunikasi,” kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Jansen Avitus Panjaitan pada Selasa lalu.
Sumber : CNN Indonesia